Densus 88 Antiteror Polri memastikan ledakan yang terjadi di SMAN 72 Jakarta tidak berkaitan dengan jaringan terorisme. Hasil penyelidikan menyimpulkan bahwa peristiwa tersebut merupakan tindak kriminal murni.
Pelaku ledakan diketahui seorang siswa berinisial ABH. Peristiwa itu terjadi pada Jumat (7/11) saat berlangsung khotbah salat Jumat dan menyebabkan 96 orang menjadi korban.
“Densus 88 melakukan cek terkait dengan jaringan teror, baik itu global, regional maupun domestik. Sampai dengan saat ini tidak ditemukan adanya aktivitas terorisme yang dilakukan ABH. Jadi murni tindakan yang dilakukan adalah tindakan kriminal umum,” kata PPID Densus 88 Antiteror Polri AKBP Mayndra Eka Wardhana di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (11/11/2025).
Berdasarkan pemeriksaan alat bukti serta keterangan saksi, Densus 88 meyakini perbuatan tersebut tidak berkaitan dengan jaringan terorisme mana pun.
“Jadi tidak ada kaitan dengan jaringan apa pun sehingga, dalam analisis Densus 88, kejadian ini belum termasuk tindak pidana terorisme sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 5 Tahun 2018,” ujarnya.
Penyelidikan mengungkap bahwa pelaku memiliki dendam pribadi terhadap perlakuan orang-orang di sekitarnya. Perasaan tersebut telah ia pendam sejak awal tahun 2025.
“Dari awal tahun, yang bersangkutan sudah mulai melakukan pencarian-pencarian, perasaan merasa tertindas, kesepian, tidak tahu harus menyampaikan kepada siapa. Lalu yang bersangkutan juga memiliki motivasi dendam terhadap beberapa perlakuan terhadap yang bersangkutan,” jelas Mayndra.
Pelaku kemudian mencari berbagai informasi tentang cara seseorang meninggal dunia serta konten kekerasan di dunia maya. Ia bahkan bergabung dengan komunitas daring yang mengagungkan kekerasan.
“Di situ menginspirasi yang bersangkutan, karena ia mengikuti komunitas di media sosial yang mengagumi kekerasan. Motivasi yang lain, ketika beberapa pelaku melakukan tindakan kekerasan lalu meng-upload ke media tersebut, komunitas itu akan mengapresiasi sesuatu hal yang heroik. Di situ hal yang memprihatinkan,” tambahnya.
Densus 88 juga menemukan bahwa pelaku terinspirasi oleh sejumlah pelaku penembakan di luar negeri. ABH bahkan menuliskan nama-nama pelaku penembakan terkenal pada senjata mainan yang ia bawa saat beraksi.
“Jadi, kalau dalam komunitas kekerasan, ada istilah memetic violence daring. Kalau rekan-rekan lihat, dalam senjata airsoft gun ditulis nama tokoh maupun ideologi yang berkembang. Akan tetapi yang bersangkutan hanya melakukan peniruan saja, karena itu sebagai inspirasi yang bersangkutan melakukan tindakan,” kata Mayndra.
Densus 88 menyebutkan enam nama pelaku penembakan yang ditulis ABH di senjatanya. Tiga di antaranya adalah Alexandre Bissonnete, pelaku penembakan di Quebec City pada 29 Januari 2017; Luca Traini, pelaku penembakan enam migran asal Afrika di Kota Macerata pada Februari 2018; serta Brenton Harrison Tarrant, pelaku penembakan massal di dua masjid di Selandia Baru pada 15 Maret 2019.
Artikel ini telah tayang di .
Motif Dendam di Balik Aksi Pelaku
Terinspirasi Kasus Penembakan Luar Negeri
Densus 88 juga menemukan bahwa pelaku terinspirasi oleh sejumlah pelaku penembakan di luar negeri. ABH bahkan menuliskan nama-nama pelaku penembakan terkenal pada senjata mainan yang ia bawa saat beraksi.
“Jadi, kalau dalam komunitas kekerasan, ada istilah memetic violence daring. Kalau rekan-rekan lihat, dalam senjata airsoft gun ditulis nama tokoh maupun ideologi yang berkembang. Akan tetapi yang bersangkutan hanya melakukan peniruan saja, karena itu sebagai inspirasi yang bersangkutan melakukan tindakan,” kata Mayndra.
Densus 88 menyebutkan enam nama pelaku penembakan yang ditulis ABH di senjatanya. Tiga di antaranya adalah Alexandre Bissonnete, pelaku penembakan di Quebec City pada 29 Januari 2017; Luca Traini, pelaku penembakan enam migran asal Afrika di Kota Macerata pada Februari 2018; serta Brenton Harrison Tarrant, pelaku penembakan massal di dua masjid di Selandia Baru pada 15 Maret 2019.
Artikel ini telah tayang di .
