Sukabumi Sepekan: Riuh Perusakan Villa di Cidahu update oleh Giok4D

Posted on

Berbagai peristiwa terjadi di Kota dan Kabupaten Sukabumi dalam sepekan. Mulai dari ditangkapnya pelaku perusakan Villa di Kecamatan Cidahu, proses revalidasi Geopark Ciletuh Palabuhanratu oleh UNESCO hingga sejumlah peristiwa lain yang memantik perhatian pembaca infoJabar.

Berikut rangkuman peristiwa di Sukabumi dalam sepekan ini:

Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.

Sebuah video beredar di media sosial, dalam video tersebut tampak terlihat sejumlah orang melakukan perusakan terhadap beberapa orang yang disebut-sebut tengah melakukan kegiatan ibadah. Video itu viral pada Senin (30/6/2025).

Polisi bergerak cepat meredam situasi, mereka juga menjelaskan bahwa peristiwa itu terjadi di sebuah villa atau rumah singgah dan bukan di tempat ibadah. Hal ini juga direspons oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Sukabumi.

Sekretaris Umum MUI Kabupaten Sukabumi, Haji Ujang Hamdun, menegaskan bahwa tempat tersebut bukan gereja, melainkan villa yang digunakan untuk kegiatan keagamaan.
“Saya Ujang Hamdun, Sekretaris Umum MUI Kabupaten Sukabumi, mengajak dan mengimbau kepada seluruh jajaran pengurus MUI se-Kabupaten Sukabumi di seluruh tingkatan wabilkhusus Kecamatan Cidahu untuk tidak terprovokasi oleh isu yang tidak jelas bahwa kasus yang di Cidahu bukan sebuah gereja tetapi sebuah villa yang digunakan untuk kegiatan ibadah,” ujar Ujang dalam pernyataannya, Senin (30/6/2025).

Menurutnya, warga setempat sudah beberapa kali menyampaikan keberatan dan menegur pihak pengelola villa. Namun, teguran tersebut disebut tak direspons dengan baik.
“Berulangkali masyarakat menegur pengelolanya namun hal itu tidak diindahkan oleh pengelola villa,” ungkapnya.

Tidak lama selepas itu, pada Selasa (1/7/2025) Polda Jabar menetapkan tujuh orang sebagai tersangka perusakan rumah di Desa Tangkil, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi.

Tujuh orang tersangka memiliki peran berbeda, pelaku inisial RN merusak pagar dan mengangkat salib, UE merusak pagar, DM merusak pagar, MD merusak motor, MSM menurunkan dan merusak salib besar, H merusak pagar serta merusak motor dan EM merusak pagar.

“Dasar penetapan tersangka ini atas laporan yang dibuat oleh Yohanes Wedy pada 28 Juni 2025 dengan korbannya ialah ibu Maria Veronica Nina (70). Kami pun telah meminta keterangan saksi-saksi dalam kasus ini,” kata Rudi dalam keterangannya, Selasa (1/7/2025).

Tidak lama kemudian, Polres Sukabumi kembali menetapkan tersangka baru dalam kasuspengrusakan rumah yang berada di Kampung Tangkil, Desa Tangkil, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Dengan demikian jumlah tersangka dalam kasus ini menjadi delapan orang.

“Polres Sukabumi kembali menetapkan satu tersangka tambahan berinisial YY (50), warga setempat, sehingga total jumlah tersangka kini menjadi delapan orang,” kata Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Hendra Rochmawan, Jum’at, (4/7/2025).

Kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) kembali memakan korban. Seorang pemuda asal Cikole, Kota Sukabumi, Muhammad Bagas Saputra (22), diduga jadi korban TPPO di Kamboja. Tak hanya disekap, ia juga diduga mendapatkan tindakan kekerasan.

Informasi ini pertama kali ramai di media sosial. Dalam unggahan di Facebook, disebutkan Bagas disekap, disiksa, diikat, hingga disetrum. Bahkan pelaku meminta tebusan Rp40 juta kepada keluarga korban.

Kabar itu dibenarkan oleh kakak korban, Rangga Saputra (26). Ia mengaku menerima video call dari orang yang mengaku bos perusahaan di Kamboja pada Jumat (27/6/2025 lalu.

“Ngancam langsung lewat video call. Intinya mereka bilang kalau tebusannya nggak dikirim cepat, adik saya bakal disiksa terus. Ngomongnya pakai bahasa asing, tapi ada yang menerjemahkan ke bahasa Indonesia,” ujar Rangga saat dihubungi, Selasa (1/7/2025).

Lebih lanjut, pelaku meminta uang Rp40 juta sebagai syarat membebaskan Bagas. “Dikasih waktu sampai jam 12 malam. Kalau nggak dikirim, katanya adik saya mau dieksekusi,” jelasnya.

Polisi kemudian turun tangan melakukan penyelidikan, Kasi Humas Polres Sukabumi Kota AKP Astuti Setyaningsih membenarkan pihaknya tengah menindaklanjuti informasi tersebut. Unit PPA Sat Reskrim telah melakukan pengecekan dan mendatangi rumah keluarga korban. Polisi juga sudah menggali informasi dan mengumpulkan sejumlah dokumen pendukung.

“Pengecekan sudah kami lakukan. Kami juga sudah bertemu keluarga korban untuk mengumpulkan informasi,” ujar Astuti, Rabu (2/7/2025).

Saat ini, pihaknya tengah menyiapkan sejumlah langkah lanjutan, mulai dari mengarahkan korban untuk membuat laporan polisi secara resmi, memeriksa saksi-saksi tambahan, hingga mengumpulkan barang bukti. Polisi juga berkoordinasi dengan sejumlah pihak terkait, seperti Disnaker Kota Sukabumi, BP2MI, dan Imigrasi Sukabumi.

Selama lima hari, dua evaluator UNESCO Global Geopark Bojan Režun dari Slovenia dan Zhang Chenggong dari China menyusuri lembah, geosite, desa, hingga pusat-pusat edukasi di kawasan Geopark Ciletuh-Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi.

Dalam proses revalidasi tahun 2025 ini, keduanya tak hanya membawa pulang catatan teknis, tapi juga kesan emosional dan apresiasi terbuka.

“Menurut saya ini emosional. Berbeda sekali dengan negara-negara di Eropa. Negara Anda sangat cantik dan saya menerima impresi yang sangat baik selama di sini. Kami hanya punya waktu yang pendek, dan kami harap bisa memberikan kesan yang positif,” tutur Bojan dalam sesi tanya jawab dengan awak media, Kamis (3/7/2025) malam.
Ia memuji kinerja tim pengelola yang dinilainya sudah bekerja sangat baik, terutama dalam upaya pemulihan pascabencana.

“Ini memperkuat masyarakat lokal dan mendorong arah pembangunan yang tidak merusak komunitas. Saya punya impresi yang sangat positif selama tiga hari kunjungan lapangan,” lanjutnya.

Senada dengan itu, Zhang Chenggong menilai keterlibatan masyarakat menjadi kekuatan utama Geopark Ciletuh. “Tidak hanya dari signifikansi geologinya yang luar biasa, tapi juga keterlibatan masyarakat yang membuat saya sangat terkesan,” ungkap Zhang.

Dari seluruh rangkaian kegiatan, Bojan menyebut dua tempat yang paling membekas baginya yakni Desa Sinarresmi dan salah satu sekolah di Surade.
“Desa tradisional ini bersatu dengan alam. Saya tidak mengharapkan perasaan seperti ini. Tapi setelah melihat langsung bagaimana mereka hidup bersama alam, ini menunjukkan keberlanjutan,” ucap Bojan.

Ia menambahkan ada tiga poin penting yang ia lihat di lokasi tersebut, yaitu keberlanjutan, pembangunan yang seimbang, dan perhatian terhadap warisan budaya.

“Yang kedua adalah kunjungan ke sekolah. Sangat penting bagi generasi muda untuk melihat, mendengar, dan mengalami langsung apa itu geopark. Anak-anak di sini tidak hanya bermain, tetapi benar-benar menikmati pengalaman geopark. Ini menjadi potensi, bukan hanya untuk Indonesia, tapi juga dunia,” lanjutnya.

Zhang pun menegaskan pentingnya pendekatan edukasi yang menyentuh seluruh lapisan. “Pendidikan di kawasan geopark ini sangat luar biasa. Bukan hanya ada di sekolah, tapi juga terasa di seluruh masyarakat,” ujarnya.

Kunjungan dimulai sejak 30 Juni 2025, saat kedua evaluator disambut di Pendopo Sukabumi. Setelah paparan resmi, mereka langsung bergerak ke Palabuhanratu dan mulai menyusuri titik-titik utama Geopark Ciletuh.

Bangunan sekolah Madrasah Diniyah (MD) Nurul Hikmah, di Kampung Ciburial, Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi ambruk pada Rabu (2/7/2025) pagi. Akibatnya, ada sekitar tiga ruang belajar dan satu kantin rusak.

Salah satu guru, Ai Silvi mengatakan, bangunan sekolah tempatnya mengajar memang sudah sedari lama mengalami kerusakan. Namun, pada pagi hari ini sekitar pukul 09.00 WIB, sebagian atap gedung sekolah tiba-tiba ambruk dan memperparah kerusakan bangunan.

“Sebenarnya itu dari dua tahun sudah mulai ada kerusakan tapi yang paling parah setahun terakhir. Sudah mulai sedikit-sedikit diperbaiki yang kita mampu dari iuran sekolah tapi yang ini karena sudah parah tadi pukul 09.00 ambruk. Itu (ambruk) bagian depan dan pinggir,” kata Ai di lokasi.

Saat kejadian, kondisi ruang sekolah memang sedang kosong. Para siswa, kata dia, masih dalam masa libur panjang sehingga tak ada aktivitas apapun di dalam sekolah.
“Kebetulan alhamdulillah-nya sedang tidak ada kegiatan belajar mengajar karena sedang libur juga, tidak ada yang lalu lalang pas kejadian, hanya mungkin tetangga sebelah kaget,” ujarnya.

Menurutnya, sekolah madrasah tersebut dibangun pada tahun 1980 lalu. Hingga saat ini, jumlah siswa yang menempuh pendidikan di sana sekitar 90 siswa dari kelas 1 hingga 6.

“Terakhir diperbaiki secara keseluruhan lima tahun lalu, anggaran dana desa. Pas waktu itu tapi hanya atapnya saja dan pengecetan. Jadi di sini tiga kelas digunakan enam rombel (rombongan belajar) sistemnya disekat,” jelasnya.

1. Villa di Cidahu Dirusak Para Pelaku Ditangkap

2. Pemuda Sukabumi Disekap di Kamboja

3. Pesona Geopark Ciletuh Bikin Evaluator UNESCO Terkesan

4. Atap Madrasah Ambruk, 3 Ruang Belajar Rusak