Solidaritas Warga Peusing, Gotong Royong Makamkan Jenazah 200 Kg

Posted on

Warga Desa Peusing, Kecamatan Jalaksana, Kabupaten Kuningan, kompak bergotong royong memakamkan jenazah S (51) yang memiliki berat badan sekitar 200 kilogram, Senin (13/10) malam. Proses pemakaman berjalan hingga larut malam, melibatkan puluhan warga dan petugas Pemadam Kebakaran (Damkar) Kuningan.

Kisah solidaritas ini diungkapkan oleh Peri (42), Kaur Umum Desa Peusing, yang turut terlibat langsung dalam proses pemakaman tersebut. Ia mengaku sempat kebingungan mencari cara mengangkat dan memakamkan jenazah yang memiliki bobot besar.

“Kebetulan kan warga kami menderita obesitas, beratnya kurang lebih 200 kilogram. Sakitnya sudah lama. Meninggalnya pas azan Magrib jam 6-an. Jadi saya rundingan sama teman-teman bagaimana baiknya. Gimana cara mengangkatnya. Pas itu ada temen saya lihat di Youtube, bagaimana caranya. Ternyata pas lihat di YouTube ada tim damkar. Kita rundingan sama temen-temen. Nah kita coba dulu sama Tim Damkar apakah bisa. Pas itu langsung telepon damkar. Alhamdulillah langsung merapat lengkap dengan peralatan,” tutur Peri, Selasa (14/10/2025).

Menurut Peri, meski kondisi saat itu sudah malam, namun banyak warga tetap datang untuk membantu. Proses pemakaman dimulai selepas salat magrib dan baru selesai sekitar pukul 22.00 WIB.

“Kalau tim damkar sendiri juga nggak bakal kuat. Jadi kita saling melengkapi saja. Bantu-bantu semua warga. Alhamdulillah warga antusias dan kompak berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Meski malam-malam juga pada hadir. Mulai proses pemakaman itu setelah magrib selesai sekitar jam 10 malam. Alhamdulillah setelah selesai pemakaman baru hujan,” tutur Peri.

Ia menambahkan, semasa hidupnya, almarhum S dikenal sebagai warga yang selalu mendapat perhatian dari pemerintah desa dan warga sekitar, terutama karena kondisi kesehatannya.

“Kalau misal ada bantuan selalu diutamakan baik dari dana desa. BLT. Dari Bazis itu setiap bulan ada. Selalu diperhatikan. Setiap bulan juga ditengok dari puskesmas, sempat dibawa ke rumah sakit juga,” tutur Peri.

Sementara itu, Aam, Kepala Dusun Pon yang juga tetangga almarhum, mengungkap bahwa permintaan bantuan kepada Damkar dilakukan demi keamanan dan kelancaran proses pemakaman.

“Melihat kondisi jenazah yang memiliki bobot lebih dari 200 kilogram. Kita belum ada pengalaman untuk proses pemakaman yang bobotnya lumayan. Karena kami juga tidak mau mengambil resiko ketika pemakaman terjadi sesuatu yang nantinya bisa mengakibatkan hal yang tidak diinginkan. Makanya kami bersama masyarakat Desa Peusing bersepakat untuk meminta bantuan Damkar Kuningan. Dan alhamdulillah responnya cepat,” tutur Aam.

Aam menjelaskan, mulai dari proses memandikan, mengkafani hingga memakamkan jenazah dilakukan secara gotong royong oleh sekitar 50 warga. Ia menyebut, tradisi saling membantu warga yang tengah berduka sudah lama melekat dalam budaya masyarakat Desa Peusing.

“Proses pemandian dan mengkafani kan agak lumayan sulit. Makanya masyarakat juga ikut untuk mengkafani. Kalau dihitung itu ada 50 orang lebih yang membantu. Alhamdulillah warga kami kompak dan gotong royong. Karena kalau disebut sama orang Sunda mah Papait atau bela sungkawa. Jadi kalau ada yang meninggal, kecelakaan atau terkena musibah itu disebutnya Papait. Kalau ada yang hajatan disebut Mamanis,” tutur Aam.

Berkat kerja sama warga dan petugas Damkar, proses pemakaman akhirnya berjalan lancar tanpa hambatan. Jenazah S berhasil dimakamkan dengan layak sekitar pukul 22.00 WIB, disertai suasana haru dan kebersamaan warga Peusing.