Sutradara kenamaan Joko Anwar kembali hadir dengan karya film terbarunya, Pengepungan di Bukit Duri. Film action yang menggambarkan konflik sosial di kalangan pelajar ini telah tayang di seluruh bioskop Indonesia sejak 17 April 2025.
Film yang memiliki judul versi Bahasa Inggris “The Siege at Thorn High” ini merupakan hasil kolaborasi antara Come and See Pictures dengan studio besar Hollywood, yakni Metro Goldwyn Meyer (MGM). Saat ini, film Pengepungan di Bukit Duri meraih rating tinggi, yakni 8.0 dari 10 di Internet Movie Database (IMDb) berdasarkan 200-an ulasan.
Dilansir dari akun Instagram Joko Anwar @jokoanwar, dalam tiga hari penayangannya, film ini telah disaksikan oleh 272.092 penonton. Simak ulasan selengkapnya seputar synopsis, para pemain dan fakta menarik Pengepungan di Bukit Duri berikut ini!
Latar film ini berada di Indonesia tahun 2027, di mana kondisi sosial berada di titik kritis akibat diskriminasi dan rasisme yang semakin merajalela. Dalam suasana negara yang digambarkan nyaris runtuh, seorang guru pengganti idealis bernama Edwin (diperankan oleh Morgan Oey) menerima tugas mengajar di SMA Duri.
Tak sekadar tugas biasa, Edwin diam-diam memiliki tujuan pribadi. Ia ingin menemukan keponakannya yang hilang, sesuai permintaan terakhir sang kakak sebelum meninggal dunia.
SMA Duri dikenal sebagai tempat bagi para siswa bermasalah, dengan lingkungan yang penuh kekerasan. Kedatangan Edwin membawa tantangan tersendiri, mengingat ia adalah bagian dari salah satu kelompok sasaran rasisme dan kebencian. Konflik pun memuncak ketika situasi di luar sekolah mulai berubah menjadi kerusuhan besar-besaran.
Saat kota dilanda kekacauan, SMA Duri terkepung. Edwin dan para siswa terjebak, memaksa mereka bertahan hidup di tengah kekerasan yang meningkat drastis.
Dalam perjuangannya, Edwin tidak sendirian. Ia dibantu oleh Diana (Hana Pitrashata Malasan), sesama guru yang berusaha bertahan dalam situasi genting. Di antara kekerasan, ancaman nyawa, dan suasana mencekam, keduanya berusaha menyelamatkan para siswa dan menyelesaikan misi masing-masing.
Pengepungan di Bukit Duri juga menyorot sejumlah persoalan sosial yang kerap diabaikan seperti diskriminasi, kekerasan sistemik di lingkungan pendidikan, hingga pendidikan yang tak berpihak pada kaum muda.
Film ini menghadirkan jajaran aktor dan aktris muda berbakat,di antaranya:
Film Pengepungan di Bukit Duri bukan sekadar fiksi. Konflik utama film ini terinspirasi dari kejadian nyata yang disaksikan sendiri oleh sang sutradara. Joko Anwar menyatakan bahwa film ini sangat personal dan salah satunya didasarkan pada pengalaman pribadi.
Dalam podcast Panggil Saya BTP yang tayang pada 16 April, Joko menceritakan tentang kekerasan yang dilakukan teman SMA-nya terhadap kelompok ras tertentu. Saat itu, ia merasa kekerasan tersebut telah sering dilakukan oleh teman-temannya.
“Mereka melakukan kegiatan yang terlihat telah sering dilakukan. Mereka hunting ‘anak Cina’ untuk dipukulin. Mereka tarik anaknya, lalu pukulin. Saya pada saat itu bingung dan shock, itu mengganggu sampai saya dewasa,” ungkap Joko.
Oleh karenanya, ia mengatakan, pembuatan film ini menjadi salah satu upaya Joko untuk menebus kesalahannya kala itu, yakni menjadi pihak yang diam dan tidak melakukan apa-apa.
“Jadi film ini adalah penebusan dosa saya, di film ini juga ada karakter yang mewakili hal saya rasakan kala itu,” jelasnya.
Melalui film ini, ia juga sekaligus menyampaikan kritik dan kegelisahannya terhadap sistem pendidikan di Indonesia yang menurutnya tidak konsisten dan tidak memiliki arah yang jelas.
Demikian ulasan mengenai sinopsis, daftar para pemain hingga fakta menarik di balik pembuatan film Pengepungan di Bukit Duri. Film ini memiliki rating 17+, maka tontonlah tanpa membawa anak kecil ke bioskop. Semoga membantu!