Serba-serbi ‘Wisata Berhenti Seribu Detik Kiaracondong’ di Bandung

Posted on

Lampu lalu lintas atau traffic light belakangan menjadi sorotan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. Mantan Bupati Purwakarta itu menyebut, traffic light menjadi salah satu biang kerok kemacetan.

Berdasarkan data Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandung, terdapat 150 titik lampu lalu lintas yang tersebar di berbagai penjuru kota.

“Kita lagi membuat analisis tentang traffic light. Karena traffic light itu justru bikin macet. Bisa nggak ke depan sih traffic light itu membuat menjadi lancar,” kata Dedi di Gedung Sate, Jumat (11/7/2025).

Menurutnya, penempatan dan pengaturan waktu lampu lalu lintas di sejumlah titik di Kota Bandung dinilai belum akurat. Akibatnya, arus kendaraan justru tersendat, menciptakan tumpukan kendaraan dari arah yang tidak semestinya.

“Kan bisa jadi ini penghitungan yang di sini, yang di sana belum tepat. Nah, ini kita lagi ngitung nih biar tepat,” ungkapnya.

Di Kota Bandung ada traffic light yang tersohor di media sosial, bukan karena keindahannya tetapi karena waktu tunggunya yang relatif lama.

Berdasarkan perhitungan infoJabar, lampu merah di Stopan Kircon punya durasi sekitar 410 info atau 6 menit 50 info. Sedangkan, saat lampu hijau menyala, durasinya hanya sekitar 80-90 atau 1 menit 30 info.

Bahkan ada ulah iseng netizen, yang menandai stopan ini dengan sebutan ‘Wisata Berhenti Seribu info Kiaracondong’. Bahkan, ada yang mengulas jika kehilangan waktu di lampu hijau maka waktu anda akan terenggut sia-sia.

“1 menit lampu hijau dan 5 menit lampu merah. Artinya jika dalam waktu 60 info anda tidak bisa memanfaatkan waktunya, anda akan kehilangan 300 info dari waktu anda” tulis salah seorang netizen.

Yang lebih menjengkelkan, pengendara dibuat tidak nyaman ketika menunggu di Stopan Kircon saat terik matahari sedang panas-panasnya. Berdasarkan aplikasi pemberitahuan cuaca di gawai, terik matahari saat itu menunjukkan angka 27-28 derajat celcius.

Alhasil, banyak pengendara yang menyerah menunggu lampu merah di Stopan Kircon. Mereka kemudian memilih menunggu di atas trotoar, terutama di bawah pepohonan rindang agar lebih nyaman.

“Wah kalau diomongin mah banyak yang enggak kuat sebenernya. Udah panas, nunggunya lama, jadi nggak heran kalau yang bawa motor mah lebih nunggu lampu merah di trotoar,” ujar Rendi, tukang antar paket.

Rendi saat itu bahkan harus melepas jaket warna oranyenya karena tidak kuat dengan kondisi panas yang ada. Meski terkesan menyiksa, ia menyebut tak punya pilihan lain untuk meneruskan perjalannya.

“Soalnya cuma ke sini doang aksesnya. Kalau motong jalur, sebenarnya bisa. Tapi muter lagi, jadi enggak efektif. Jadi ya, harus banyak sabar aja,” ucapnya sembari berlalu karena harus mengantarkan paket pesanannya.

Gerah Luar Biasa Saat Menunggu di Siang Bolong