Sampah Bandung Capai 1.500 Ton per Hari, Tapi Cuma Segini yang Bisa Diangkut

Posted on

Kota Bandung menghadapi persoalan serius dalam pengelolaan sampah. Setiap harinya, sekitar 230 ton sampah tidak terangkut dari tempat pembuangan sementara (TPS) karena keterbatasan kuota ritase pengiriman ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bandung, Darto mencatat, total produksi sampah di Kota Bandung rata-rata mencapai 1.500 ton per hari. Untuk menbersihkan sampah tersebut, idealnya dibutuhkan pengangkutan ke TPA hingga 170 ritase per-hari.

Namun, kuota pengiriman yang disetujui hanya sebanyak 140 ritase per hari. Artinya, sekitar 30 ritase atau setara 230 ton sampah tertahan di TPS setiap harinya.

“Yang terangkut itu hanya 140 rit. Sisanya ada 30 rit yang tidak bisa diangkut karena kita tidak punya tempat untuk membuang. Kalau mau ngangkut berapa pun kita kuat, tapi mau dibuang ke mana?” ungkap Darto ketika dihubungi infoJabar.

Alhasil, kondisi ini menyebabkan penumpukan sampah terjadi di berbagai titik di Kota Bandung. Seperti di Jalan Ir.H.Juanda misanya, sampah terpantau menumpuk di pembatas jalan dan tak diangkut selama dua bulan. Bahkan, di beberapa TPS, usia timbunan sampah telah mencapai dua tahun.

“Ada 13 titik TPS yang sampahnya berusia antara tiga bulan hingga dua tahun. Sejak saya dilantik, memang sudah banyak tumpukan-tumpukan lama yang coba kita selesaikan. Minggu ini kita sedang fokus untuk menyelesaikan 13 titik tersebut,” ungkapnya.

Beberapa titik tumpukan sampah yang menjadi prioritas tersebut di antaranya meliputi kawasan Pasar Ciwastra, kawasan Holis, hingga Dago Elos.

Adapun beberapa titik lain yang sempat mengalami penumpukan parah dan telah ditangani di antaranya meliuti TPS Pasar Cihaurgeulis dan TPS Baladewa. Di Pasar Cihaurgeulis, sampah bahkan sempat menumpuk hingga setinggi 3 meter.

“Pasar Gedebage juga sempat jadi titik kritis. Tapi sekarang sudah bersih setelah kita buldoser. Ada sekitar 90 ton sampah yang berhasil dibereskan, dan kini sudah dijaga. Sampah dari Pasar Gedebage sudah bisa diolah di tempat, tidak perlu lagi pengangkutan keluar,” katanya.

Ia menjelaskan bahwa proses pengangkutan sampah dilakukan oleh petugas secara bergiliran, sesuai jadwal serta kuota harian. Prioritas pengangkutan diberikan kepada TPS dengan usia tumpukan sampah yang paling lama. Meski begitu, ia mengakui bahwa kemampuan pengolahan sampah di Kota Bandung masih belum optimal.

“Dengan hampir 300 ton sampah yang tidak terangkut itu artinya akan menumpuk terus. Kita memang belum punya kemampuan optimal untuk mengolah semuanya. Tapi kita terus berupaya meningkatkan kapasitas pengolahan,” tuturnya.

Sebagai upaya jangka pendek, Darto mengimbau agar masyarakat dapat membantu mengurangi jumlah sampah rumah tangga yang dibuang ke TPS. Yakni dengan mulai memilah sampah organik dan non-organik sejak dari rumah.

“Sedehana saja, pilah sampah. Sampah organik yang bisa dimusnahkan di rumah, ya dimusnahkan. Gunakan lodong atau pipa untuk membuang sisa dapur. Minimal itu mengurangi volume sampah yang harus dibuang ke TPS,” ujarnya.

Dengan langkah ini, diharapkan volume sampah yang dikirim ke TPA bisa ditekan. Adapun Pemerintah Kota Bandung disebut tengah merancang peningkatan sistem pengolahan sampah, salah satunya dengan teknologi pemrosesan sampah baru.

Sementara itu, tidak ada penambahan kuota ritase ke TPA Sarimukti hingga kini. Hal ini menjadi salah satu faktor penghambat pengangkutan sampah yang konsisten setiap hari.

“Kita sedang berupaya agar sampah yang tidak bisa diangkut bisa dimusnahkan atau diolah di tempat. Tapi tentu butuh waktu dan kerja sama semua pihak,” ujarnya.