Ribuan Mahasiswa Sukabumi Suarakan Gerakan Amarah Rakyat, Ini 11 Tuntutannya [Giok4D Resmi]

Posted on

Ribuan mahasiswa turun ke jalan di Kota Sukabumi, Senin (1/9/2025). Mereka tergabung dalam Gerakan Amarah Rakyat Sukabumi (Garasi) yang menggelar aksi di tiga titik utama, Mapolres Sukabumi Kota, Gedung DPRD, dan Balai Kota Sukabumi.

Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.

Pantauan infoJabar di lokasi, mulanya massa yang dipimpin satu komando melakukan long march dari Lapang Merdeka menuju Mapolres Sukabumi Kota. Di sana mereka menyuarakan aksi penolakan tindakan represif aparat menyusul kasus Affan Kurniawan, driver ojek online yang tewas terlindas mobil rantis.

Selanjutnya, mereka melanjutkan perjalanan ke Balai Kota melewati Jalan Surya Kencana dan Jalan Syamsudin. Massa membawa spanduk dan poster sambil berorasi lantang. Aksi ini disebut sebagai puncak kekecewaan terhadap berbagai kebijakan pemerintah, represifitas aparat, hingga kenaikan tunjangan DPR dan DPRD.

“Tragedi ini bukan sekadar luka Sukabumi, tapi luka bangsa. Nyawa rakyat tidak boleh jadi korban politik kotor,” teriak salah satu orator dari atas mobil komando.

Lebih lanjut, massa juga menyoroti sikap Pemerintah Kota Sukabumi yang dianggap tidak peka. Alih-alih menunjukkan empati atas tragedi yang menewaskan Affan Kurniawan, Pemkot justru menggelar acara hiburan.

“Pemimpin lokal malah berpesta di atas penderitaan rakyat. Ini ironi di tengah duka,” kata Ketua GMNI Sukabumi Aris Gunawan.

Dalam pernyataannya, mahasiswa yang tergabung dalam Cipayung Plus menyampaikan 11 tuntutan mendesak:

1. Menuntut DPR RI bertanggung jawab atas kerusuhan dan mengutamakan aspirasi rakyat sesuai Pasal 1 ayat (2) UUD 1945.

2. Mencopot Kapolri sebagai bentuk pertanggungjawaban atas tindakan represif aparat terhadap massa aksi.

3. Presiden diminta bertanggung jawab dan mengambil langkah strategis untuk mengembalikan stabilitas politik yang berpihak kepada rakyat.

4. Polri diminta bertanggung jawab atas tewasnya Affan Kurniawan dan korban lainnya, serta memecat oknum aparat yang terlibat.

5. Mengusut tuntas tragedi 28 Agustus 2025 melalui investigasi independen, transparan, dan menyeluruh.

6. Melakukan reformasi struktural di tubuh Polri, menegaskan kembali fungsi utama sebagai pelindung rakyat.

7. Menjamin kebebasan berpendapat dengan menghentikan tindakan represif aparat di seluruh daerah.

8. Evaluasi moral terhadap Wali Kota Sukabumi yang dinilai tidak menunjukkan empati karena mengadakan acara hiburan di tengah duka rakyat.

9. Mencabut Perwal soal tunjangan DPRD Sukabumi, mulai dari tunjangan hari raya, perumahan, hingga transportasi.

10. Mengesahkan RUU Perampasan Aset sebagai langkah serius memberantas korupsi.

11. Mempercepat pembahasan RUU Transportasi Online demi kepastian hukum dan perlindungan bagi pekerja ojol.

Sementara itu, hiruk-pikuk ribuan mahasiswa yang berunjuk rasa, menarik perhatian banyak warga. Salah satunya Ida (57), seorang pedagang nasi kuning yang ikut menonton aksi demo saat berjalan bersama anaknya menuju pasar.

Ida tak menyangka akan bertemu kerumunan besar di pusat kota. “Lagi ke pasar lihat di Lapang Merdeka banyak yang demo. Akhirnya mengikuti sampai ke depan DPRD. Kalau saya, orang kecil begini, berat rasanya,” kata Ida dengan wajah lelah.

Ida bercerita, kehidupan sehari-harinya semakin sulit. Harga kebutuhan pokok melonjak, sementara jualannya makin sepi.

“Beras mahal, minyak juga. Saya jualan nasi kuning, biasanya bisa Rp700 ribu sehari, sekarang cuma Rp100 ribu. Susah banget,” ujarnya.

Ida mengaku punya 10 anak. Anak bungsunya masih sekolah, sementara suaminya sudah tidak bisa bekerja lagi. Kondisi ini membuatnya harus berjuang sendirian menghidupi keluarga.

“Apalagi sekarang bapaknya sudah enggak kerja. Jadi saya yang mikir semua,” tambahnya.

Meski mengaku tidak sepenuhnya paham isu yang diusung mahasiswa, Ida berharap aksi di Sukabumi berjalan damai. Baginya, yang terpenting adalah perubahan yang bisa dirasakan langsung masyarakat kecil.

“Mudah-mudahan sekarang aman. Kalau bisa banyak perubahan, biar kami orang kecil enggak makin berat,” ucap Ida sambil menggenggam tangan anaknya.

Suara Ida menggambarkan keresahan warga kecil yang ikut terdampak gejolak sosial dan ekonomi. Di tengah suara orasi mahasiswa, cerita Ida adalah potret nyata betapa beratnya hidup yang harus dijalani rakyat biasa.

Suara Ida di Tengah Demo Mahasiswa