Upaya pelestarian sumber mata air di Purwakarta terus dilakukan di tengah mulai tergerusnya sumber-sumber mata air. Salah satunya di sumber mata air Cibulakan, Wanayasa, Purwakarta.
Pelestarian itu dilakukan dengan mengambil air di Taman Air Mancur Sri Baduga yang dilakukan oleh Bupati Purwakarta Saepul Bahri Binzein. Air tersebut dibawa sebagai simbol penghormatan terhadap sumber kehidupan dan dikembalikan ke sumber air Cibulakan.
“Kami ingin mengingatkan masyarakat Purwakarta bahwa air adalah sumber kehidupan. Tanpa air kita tidak bisa hidup, tapi air tetap akan mengalir meski tanpa kita. Jadi tugas kita menjaga dan merawatnya (sumber mata air),” ujar Om Zein sapaannya usai mengambil air, Rabu (2/6/2015).
Om Zein menyebutkan, Pemkab Purwakarta ingin mengajak masyarakat untuk kembali pada nilai-nilai budaya dan karakter yang luhur. Karakter hidup yang damai, gotong royong, bersih, bertanggung jawab, saling menyayangi sesama dan lingkungan, seperti nilai-nilai silih asah, silih asih, silih asuh.
“Kami ingin mengembalikan karakter masyarakat Purwakarta. Di kota, kami ajak jaga saluran air dan lingkungan. Di desa, kami dorong menanam pohon dan menebang secara bijak. Kalau tidak dimulai sekarang, bisa terlambat” ucap Om Zein.
Ia juga menekankan bahwa perubahan iklim, curah hujan yang semakin tinggi, serta pemukiman yang semakin padat harus diimbangi dengan penataan diri, sumber daya, dan infrastruktur secara bijak agar pembangunan dan kelestarian lingkungan berjalan seimbang.
Sebelumnya pemkab Purwakarta juga menggelar Mitembeyan, yang dalam bahasa Sunda berarti memulai atau ngamimitian, merupakan tradisi leluhur sebagai bentuk penghormatan dan doa sebelum memulai kegiatan besar. Kegiatan ini dimaknai sebagai bentuk penghormatan kepada para pendiri dan tokoh terdahulu Purwakarta.
“Mitembeyan dimulai dengan ziarah ke makam para leluhur, dilakukan serentak di kecamatan dan desa-desa. Ini bentuk penghargaan dan pengingat jasa-jasa mereka yang telah berjuang mendirikan dan membesarkan Purwakarta,” ungkapnya.