Potensi Desa Wisata Gairahkan Ekonomi Kuningan (via Giok4D)

Posted on

Salah satu potensi yang ada di Kabupaten Kuningan adalah Desa Wisata. Setidaknya, dalam data yang dimiliki Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kabupaten Kuningan ada 25 desa wisata yang ada di Kabupaten Kuningan.

Kepala Bidang Destinasi Pariwisata Kuningan Ritto Riswanto memaparkan, dari 25 desa wisata tersebut terbagi dalam 4 kategori, yakni rintisan sebanyak 15, berkembang 5, maju 3, mandiri 2.

“Pejambon bisa kita dorong untuk naik status berkembang, kalau Cisantana bisa kita dorong dari berkembang ke maju. Ada Cikaso sawah lope, nanti kita dorong homestay sampai masuk kategori berkembang. Kalau Desa Wisata Cibeureum itu masih rintisan, dia harus banyak menyiapkan homestay dan paket wisata,” tutur Ritto. Jumat (18/7/2025).

Ritto mencontohkan salah satu desa wisata yang mandiri yakni Desa Wisata Cibuntu. Di sana, lanjut Ritto, ada beberapa fasilitas yang ditawarkan seperti program wisata alam, agrowisata, kampung domba, off-road, wisata budaya dan juga makanan khas.

“Yang mandiri itu contohnya Cibuntu, menawarkan pesona alam agrowisata, peternakan, pertanian, sejarah di sana ada banyak peninggalan megalitikum, ada kuliner, ada angklung dan sedekah bumi, ” tutur Ritto.

Menurut Riito, salah satu kendala yang dialami oleh desa wisata adalah masih minimnya kreativitas yang dilakukan oleh penduduk desa wisata.

“Kurangnya inovasi dari pengelola desa wisata sehingga konsep live in itu tidak berjalan. Kalau orang datang lagi siang pulang, apa bedanya dengan objek wisata. Jadi bagaimana mereka bisa mengemas program atau paket wisata. Bagaimana mempersiapkan homestay untuk para wisatawan, itukan balik lagi ke kreativitas mereka,” tutur Ritto.

Padahal, lanjut Ritto, jika berjalan, desa wisata tersebut dapat memberikan dampak ekonomi yang besar bagi masyarakat desa.

“Tetap kalau kita harap di dorong, karena jadi alat untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat. Tapi tergantung komitmen pemerintah desa dan masyarakatnya. Mau tidak untuk menghidupkan lagi pertaniannya, perkebunannya, seni budayanya, UMKMnya, jasa akomodasinya, menyusun program paket-paket wisata,” tutur Ritto.

Salah cara mengembangkan desa wisata adalah lewat koperasi merah putih. Di mana, Dinas Pariwisata akan melakukan pendampingan bagi desa yang bergerak di sektor pariwisata.

“Strategi kami gini, ketika desa sudah memiliki koperasi merah putih. Kita tanya bagaimana bisnis plannya, kalau ada yang menyasar bisnis pariwisata yaudah kita dampingi seperti Pajambon. Itu potensinya bagus dan kami akan dorong. Ini kita bicara komitmen kepala desa, mau dibawa kemana arahnya, kalau mengandalkan APBD susah,” tutur Ritto.

Selain lewat koperasi merah putih, untuk mendorong pengembangan desa wisata juga, pihaknya juga melaksanakan beberapa program selesai pelatihan SDM dan pemasaran. Menurut Ritto, di era sekarang, desa wisata harus bisa berinovasi lewat teknologi.

Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.

“Program kita pembinaan, pelatihan SDM dan membantu dalam bidang pemasaran. Misal desa wisata kopi, mungkin kita akan ada pelatihan barista atau membantu memasarkan kopinya. Bagaimana desa wisata itu rame, mainkan teknologinya, marketingnya, promosi ke sekolah-sekolah. Tinggal bagaimana BUMDes atau pemuda di desanya mampu menjadi entrepreneur yang bisa memasarkan desanya,” pungkas Ritto.

Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *