Pertumbuhan Ekonomi Kuningan 2025 Catat Trend Positif

Posted on

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kuningan mencatatkan tren positif. Hal itu terlihatdalam data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kuningan pada Triwulan I di bulan Januari-Maret dan Triwulan ke II April-Juni tahun 2025.

Dalam data tersebut terlihat bahwa pada Triwulan ke I 2025 laju pertumbuhan ekonomi, yang dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mencapai 9,76 persen. Jumlah tersebut naik pada Triwulan ke II yang mencapai 10,42 persen. Padahal di tahun 2024 pada Triwulan ke I PDRB hanya 6,17 persen dan Triwulan ke II 3,46 persen.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sendiri merupakan indikator untuk mengukur kinerja dan kondisi ekonomi daerah yang dilakukan dalam periode waktu tertentu. Perhitungan PDRB dapat dilakukan dengan tiga pendekatan, yaitu produksi, pengeluaran, dan pendapatan.

“PDRB atau Produk Domestik Regional Bruto adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan di suatu wilayah domestik pada waktu tertentu. Semua produksi dinilai dengan uang dengan adanya pendekatan harga berlaku dan harga konstan. Dikatakan naik itu ukurannya dengan tahun lalu. Kalau C to C itu kumulatif sampai Triwulan II. Tapi Y on Y Triwulan tahun lalu terhadap Triwulan II tahun ini indikator naiknya,” tutur Kepala BPS Kuningan, Urip Sugeng Santosa, Jumat (31/10/2025).

Salah satu penopang dari naiknya perekonomian di Kuningan dari sisi pengeluaran adalah Konsumsi Akhir Rumah Tangga (C to C). Dalam data BPS Kuningan terlihat pada Triwulan ke I konsumsi akhir rumah tangga di Kuningan mencapai 6,64 persen dan di Triwulan ke II mencapai 5,72 persen. Sedangkan dari sisi pertumbuhan tahunan (Y on Y), konsumsi rumah tangga juga tumbuh kuat 8,73 persen pada Triwulan I dan 6,22 persen pada Triwulan II.

Urip memaparkan, tingginya konsumsi rumah tangga di Triwulan ke I tahun 2025 disebabkan karena adanya momentum bulan Ramadan dan hari raya Idulfitri. Setelah dua momentum tersebut lewat, angka konsumsi rumah tangga mengalami penurunan. Meski begitu, secara keseluruhan daya beli di Kuningan masih tetap terjaga dibandingkan tahun sebelumnya.

Hal ini tidak lepas dari beberapa program pemerintah Kuningan yang mendorong daya beli masyarakat seperti gerakan pangan murah, stabilisasi harga pangan dan bantuan tunai untuk para pedagang kaki lima.

Selain dari sisi pengeluaran dan pertumbuhan, pertumbuhan ekonomi juga didorong dengan investasi di Kuningan yang mulai bergairah. Hal ini dapat dilihat dari Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang menunjukan pertumbuhan, di mana pada Triwulan ke I 1,91 persen dan di Triwulan ke II 2,20 persen (C to C).

Sementara itu, dari sisi laju pertumbuhan tahunan (Y on Y) , PMTB juga meningkat, yakni 8,15 persen pada Triwulan I dan 10,90 persen pada Triwulan II. Naiknya PMTB disebabkan beberapa faktor seperti banyaknya pembangunan di sektor konstruksi dan infrastruktur publik, perdagangan dan sektor usaha mikro dan menengah (UMKM) serta kepercayaan para investor.

“PMTB itu lebih ke perhitungan modal tetap seperti aset pemerintah dan pendapatan sektor konstruksi. Dari sisi pengeluarannya masuk ke PMTB seperti membangun jembatan, jalan, pertambangan atau pemerintah membeli sesuatu,” tutur Urip.

Selain investasi yang menguat, sektor lainnya seperti ekspor netto dan perubahan inventori, juga mencatat kinerja positif. Komponen ini tumbuh 2,00 persen pada Triwulan I dan 2,93 persen pada Triwulan II. Secara tahunan, pertumbuhannya bahkan melonjak dari 26,02 persen pada Triwulan I menjadi 39,11 persen pada Triwulan II. Naiknya persentase tersebut, menunjukkan perbaikan pada sisi pedagang di luar daerah dan peningkatan stok barang yang mendukung aktivitas produksi dan distribusi ekonomi lokal.

Meskipun beberapa sektor lain mengalami peningkatan, namun, untuk belanja pemerintah mengalami keterbatasan. Hal ini dapat dilihat dari data BPS yang menunjukkan adanya kontraksi di mana pada Triwulan I konsumsi akhir pemerintah -0,78 persen dan -0,75 persen pada Triwulan ke II. Dari sisi laju pertumbuhan tahunan juga menunjukkan penurunan, di mana pada Triwulan I -9,50 dan -7,64 persen pada Triwulan II. Hal tersebut disebabkan karena adanya efisiensi yang dilakukan pemerintah di awal tahun.

“Awal tahun apalagi di Triwulan ke I itu masih gonjang-ganjing efisiensi. Baru mulai akhir-akhir ini saja mulai ramai kegiatan pemerintah. Sudah begitu Kuningan ini kan termasuk APBDnya kurang bagus. Tapi mungkin di Triwulan ke III dan IV bisa naik meskipun nggak signifikan. Karena sumbernya dari APBD,” tutur Urip

Sementara itu, Bupati Kuningan, Dian Rachmat Yanuar dalam keterangannya memaparkan, bahwa pertumbuhan ekonomi di Kuningan tidak lepas dari upaya pemerintah Kabupaten Kuningan mempercepat belanja publik, mendukung investasi rakyat serta penguatan di sektor ril. Tujuannya agar pertumbuhan ekonomi tidak hanya tinggi secara angka tapi juga terasa secara langsung dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Kuningan.

“Kita tidak sekedar mengejar statistik, tapi kesejahteraan. Pertumbuhan ekonomi yang sejati adalah ketika rakyatnya tersenyum, bukan hanya grafiknya yang naik,” pungkas Dian.

Sementara itu, dari sisi laju pertumbuhan tahunan (Y on Y) , PMTB juga meningkat, yakni 8,15 persen pada Triwulan I dan 10,90 persen pada Triwulan II. Naiknya PMTB disebabkan beberapa faktor seperti banyaknya pembangunan di sektor konstruksi dan infrastruktur publik, perdagangan dan sektor usaha mikro dan menengah (UMKM) serta kepercayaan para investor.

“PMTB itu lebih ke perhitungan modal tetap seperti aset pemerintah dan pendapatan sektor konstruksi. Dari sisi pengeluarannya masuk ke PMTB seperti membangun jembatan, jalan, pertambangan atau pemerintah membeli sesuatu,” tutur Urip.

Selain investasi yang menguat, sektor lainnya seperti ekspor netto dan perubahan inventori, juga mencatat kinerja positif. Komponen ini tumbuh 2,00 persen pada Triwulan I dan 2,93 persen pada Triwulan II. Secara tahunan, pertumbuhannya bahkan melonjak dari 26,02 persen pada Triwulan I menjadi 39,11 persen pada Triwulan II. Naiknya persentase tersebut, menunjukkan perbaikan pada sisi pedagang di luar daerah dan peningkatan stok barang yang mendukung aktivitas produksi dan distribusi ekonomi lokal.

Meskipun beberapa sektor lain mengalami peningkatan, namun, untuk belanja pemerintah mengalami keterbatasan. Hal ini dapat dilihat dari data BPS yang menunjukkan adanya kontraksi di mana pada Triwulan I konsumsi akhir pemerintah -0,78 persen dan -0,75 persen pada Triwulan ke II. Dari sisi laju pertumbuhan tahunan juga menunjukkan penurunan, di mana pada Triwulan I -9,50 dan -7,64 persen pada Triwulan II. Hal tersebut disebabkan karena adanya efisiensi yang dilakukan pemerintah di awal tahun.

“Awal tahun apalagi di Triwulan ke I itu masih gonjang-ganjing efisiensi. Baru mulai akhir-akhir ini saja mulai ramai kegiatan pemerintah. Sudah begitu Kuningan ini kan termasuk APBDnya kurang bagus. Tapi mungkin di Triwulan ke III dan IV bisa naik meskipun nggak signifikan. Karena sumbernya dari APBD,” tutur Urip

Sementara itu, Bupati Kuningan, Dian Rachmat Yanuar dalam keterangannya memaparkan, bahwa pertumbuhan ekonomi di Kuningan tidak lepas dari upaya pemerintah Kabupaten Kuningan mempercepat belanja publik, mendukung investasi rakyat serta penguatan di sektor ril. Tujuannya agar pertumbuhan ekonomi tidak hanya tinggi secara angka tapi juga terasa secara langsung dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Kuningan.

“Kita tidak sekedar mengejar statistik, tapi kesejahteraan. Pertumbuhan ekonomi yang sejati adalah ketika rakyatnya tersenyum, bukan hanya grafiknya yang naik,” pungkas Dian.