Penjualan arang dan tusuk sate di Pasar tradisional di Kabupaten Cianjur kebanjiran berkah di momen Idul Adha 1446 hijriah. Bahkan keuntungan penjual naik dua kali lipat dibandingkan hari biasa.
Zakaria (18), penjual arang, mengatakan permintaan dan penjualan arang kayu atau batok kelapa naik di setiap momen Iduladha untuk membakar daging kurban yang didapat warga.
“Selama beberapa hari momen Idul Adha memang terjadi kenaikan permintaan arang, mau itu arang kayu ataupun batok kelapa. Dari kemarin yang beli banyak, kemungkinan sampai terakhir hari tasyrik,” kata dia, Sabtu (7/6/2025).
Tingginya permintaan membuat harga arang juga naik, dari yang semula Rp 8.000 per kantong menjadi Rp 10 ribu per kantong.
Meski harga naik, lanjut dia, penjualan tetap tinggi dan membawa berkah bagi pedagang. Pasalnya omzet pedagang naik hingga 100 persen lebih atau dua kali lipat dari hari biasanya.
“Kalau hari biasa paling banyak jual setengah karung atau sekitar Rp 150 ribu. Tapi di momen Idul Adha minimalnya bisa terjual 1 karung arang, dengan keuntungan Rp 300 ribu hingga Rp 350 ribu per hari,” tutur Zakaria.
Senada, Saepul (29), penjual tusuk sate, mengatakan permintaan tusuk sate di momen Iduladha cukup tinggi meskipun harga per ikatnya naik.
Menurutnya satu ikat tusuk sate berisi 50 tusuk yang semula Rp 4.000 per ikat menjadi Rp 5.000 per ikat, sedangkan satu ikat tusuk sate berisi 200 rusuk yang biasanya Rp 15 ribu naik menjadi Rp 17 ribu per ikat.
“Harga naik sejak beberapa hari sebelum Iduladha. Tapi tetap banyak yang beli. Saya bisa jual sampai puluhan ikat per hari,” katanya.
Namun, dia menyebut jika lonjakan permintaan tersebut tidak akan bertahan lama. Sepekan setelah Iduladha penjualan akan kembali normal.
“Harga dan penjualan akan turun lagi, biasanya bertahan hanya sepekan,” kata Saepul.
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.