Negara Ini Bertaruh pada Kasino Mewah untuk Selamatkan Ekonomi

Posted on

Sri Lanka tengah menaruh harapan besar pada sektor pariwisata mewah, khususnya industri kasino, untuk keluar dari krisis keuangan yang sempat mengguncang negeri itu pada 2022-2023.

Presiden Anura Kumara Dissanayake menjadikan pariwisata sebagai salah satu pilar utama pemulihan ekonomi. Awal Agustus ini, ia meresmikan sebuah resor kasino raksasa di Kolombo. Kehadiran resor tersebut disebut sebagai tonggak baru strategi Sri Lanka membangkitkan industri pariwisatanya.

“Pariwisata memainkan peran sangat penting bagi kami untuk keluar dari masalah ekonomi yang kami hadapi,” kata Wakil Menteri Pariwisata Sri Lanka Ruwan Ranasinghe, dikutip dari Reuters, Rabu (27/8/2025).

Resor kasino yang baru diresmikan itu menjadi kompleks perjudian pertama berskala besar di Asia Selatan dengan nilai investasi mencapai US$ 1,2 miliar. Proyek ini lahir dari kolaborasi konglomerat Sri Lanka, John Keells Holdings, dengan perusahaan hiburan asal Makau, Melco Resorts & Entertainment.

Untuk mendukung langkah tersebut, Presiden Dissanayake juga mendorong lahirnya undang-undang baru yang mengatur praktik perjudian, termasuk operasional kasino. Regulasi ini menegaskan posisi industri hiburan tersebut sebagai bagian penting dari strategi ekonomi Sri Lanka.

Target pemerintah pun cukup ambisius. Tahun ini, Sri Lanka menargetkan kunjungan wisatawan meningkat 50% hingga mencapai 3 juta orang. Jika tercapai, pendapatan pariwisata diproyeksikan naik menjadi US$ 5 miliar, dari US$ 3,7 miliar tahun sebelumnya.

“Beberapa tahun ini kami lebih fokus pada target jangka pendek dan meningkatkan kunjungan wisatawan. Tetapi dalam jangka panjang, rencana kami adalah mengejar pariwisata yang berkualitas, lebih berkelanjutan dan mewah, dengan kasino dan perjudian akan menjadi bagian darinya,” ujar Ranasinghe.

Pada 2024, pariwisata tercatat menyumbang sekitar 4% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Sri Lanka. Pemerintah berharap kontribusi tersebut dapat meningkat hingga 10% dalam beberapa tahun mendatang. Pariwisata kini menjadi penyumbang devisa terbesar ketiga, setelah remitansi dan ekspor pakaian jadi.

Bank Sentral Sri Lanka bahkan memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2025 mencapai 4,5%, lebih tinggi dibandingkan perkiraan Bank Dunia yang hanya 3,5%. Optimisme itu ditopang oleh geliat sektor pariwisata.

Perekonomian senilai US$ 99 miliar ini baru kembali mencatat pertumbuhan tahun lalu setelah mengalami kontraksi dua tahun berturut-turut. Kondisi krisis sebelumnya memaksa Sri Lanka meminta dana talangan US$ 2,9 miliar dari Dana Moneter Internasional (IMF). Negara ini juga dijadwalkan mulai melanjutkan pembayaran utang luar negeri pada 2028, setelah gagal bayar pada 2022.

Artikel ini telah tayang di .