Senang dan bahagia, itulah ekspresi yang ditunjukan Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Abdul Kadir Karding seusai meresmikan Migrant Center yang ada di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
Fasilitas Migrant Center ini ada di Lantai 4, Gedung Center of Exchange (CoE) UPI, Jalan Setiabudi, Kota Bandung. Seusai peresmian, Abdul Kadir ditemani Rektor UPI Didi Sukyadi langsung menemui awak media yang sudah menunggu di Lobby CoE UPI.
Abdul Kadir mengaku bangga, kurang dari satu bulan, UPI serius menjawab tantangan Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (KP2MI) dan mewujudkan fasilitas Migrant Center tersebut.
“Migrant Center ini adalah upaya kita menjawab tenaga-tenaga kerja kita yang akan dikirim ke luar negeri ini rata-rata tingkat kelulusan di LPK dan tempat-tempat lain, ini masih belum memuaskan, masih 20-30 persen terutama untuk negara-negara seperti Jepang, Korea, Jerman yang menjadi bahasa menjadi sangat penting dan sangat sulit untuk dipelajari. Jadi ini untuk menjawab itu,” kata Kadir, Kamis (28/8/2025).
Kadir mengungkapkan, selama ini untuk melatih, memupuk pekerja di luar negeri butuh banyak pelatihan yang disiapkan. Salah satunya, mereka harus memiliki sertifikasi. Selama ini, sertifikasi dan pelatihan dilakukan di dua tempat berbeda, namun dengan adanya Migrant Center ini, seluruh kegiatan dapat terintegrasi.
“Namanya Migrant Center, di situ ada informasi soal pekerjaan dan segala macamnya, ada pelatihan skillnya, ada pelatihan bahasanya, ada soft skillnya berupa bela negara, kemudian literasi keuangan, budaya setempat. Jadi istilahnya ini adalah ekosistem vokasi yang terintegrasi,” ungkapnya.
Menurut Kadir, peluang kerja di luar negeri dengan standar gaji yang bagus seperti, di Jepang, Korea sangat terbuka besar. Saat ini Jepang, ada 639 ribu kebutuhan pekerja per tahun dan negara tersebut meminta prioritasnya warga Indonesia.
“Jadi ini satu peluang pasar yang kita harus supply dengan treatment-treatment terstandar sehingga betul-betul bagus. Nah Migrant Center ini kita memang kerjasama salah satunya dengan universitas nanti dengan Pemda yang mau aja, kemudian juga dengan pengusaha, bisa juga diantara mereka ini berkolaborasi, jadi kerjasama,” jelasnya.
Pihaknya juga mendorong UPI untuk membuat Kelas Migran, nantinya setelah masuk di data orientasinya apakah ingin bekerja di dalam negeri atau ke luar negeri. Jika akan keluar negeri, pihaknya siap mendorong dan sasaran nya ada tiga negara di Asia dan Eropa, yakni Jepang, Korea, dan Jerman.
“Nah tapi kelas migran ini kurikulumnya sederhana, hanya belajar bahasa dan budaya dan pengetahuan negara setempat, skillnya dikit-dikit dulu. Sehingga dia dari kelas 1 sampai kelas 3 dia sudah belajar itu, tetapi pilihannya sementara ekstra kurikuler, supaya tidak mengganggu pelajaran kurikulum yang sudah ditetapkan oleh Dikdasmen atau oleh Saintek atau oleh Rektorat. Nah nanti ke depan kalau kalau sudah bagus benar-benar bagus, kalau perlu kita dorong di universitas-universitas dibuka jurusan khusus untuk migran. Jadi bukan hanya kedokteran, bukan hanya bahasa, tapi jurusan migran. Biar dari awal dia memang sudah menyiapkan mentalnya mau bekerja di luar negeri dengan masuk di jurusan migran misalnya di UPI,” jelasnya.
Rektor UPI Didi Sukyadi mengatakan, P2MI ini sangat strategis, tidak hanya untuk bangsa Indonesia, tetapi juga untuk UPI. “Karena apa? Karena UPI ini punya mahasiswa yang jumlahnya cukup banyak, yang aktif itu 45 ribu, tetapi kalau dengan semua total bisa sampai dengan 50 ribu lebih,” ujarnya.
“Tentu kita harus pikirkan agar mahasiswa itu setelah lulus, mereka bisa mendapatkan cara untuk mencari nafkah. Jadi kita tidak ingin setelah lulus mereka kesulitan mendapatkan lapangan pekerjaan. Disamping mereka menciptakan lapangan kerja sendiri, atau mereka juga bisa melanjutkan studi,” tambahnya.
Menurut Didi jika lulusan UPI memilih untuk bekerja dan belum bisa mendapatkan pekerjaannya di dalam negeri, maka kesempatan untuk bekerja di luar negeri perlu dibuka secara lebih lebar. “Jadi UPI ingin mengedukasi kepada para mahasiswanya, bahwa bekerja itu tidak hanya bekerja di dalam negeri, tetapi juga bisa di luar negeri. Nah oleh karena itu, UPI bekerja sama menggandeng P2MI,” terangnya.
Didi menyebut, UPI mempunyai jurusan bahasa yang cukup lengkap, ada bahasa Inggris, ada bahasa Jepang, Korea, Arab, Jerman, dan Perancis. UPI juga bekerja sama dengan berbagai pihak, khususnya untuk tes keterampilan bahasa, salah satunya menyelenggarakan tes topik untuk bahasa Korea yang secara resmi diberikan izinnya oleh pemerintah Korea.
“Nanti kita di sini akan menjadi juga pusat-pusat pelatihan, pusat sertifikasi kompetensi, yang nanti insyaallah para mahasiswanya siap bekerja di luar negeri. Itu sebagai bentuk bahwa UPI bertanggung jawab tidak hanya ketika proses pendidikan berlangsung, tetapi juga setelah mereka nanti lulus, itu menjadi perhatian UPI juga agar tidak menciptakan lebih banyak lagi pengangguran di negara kita tercinta ini.
“Gagasan Pak Menteri, selain sekolah migran, kemudian ada jurusan migran, itu gagasan yang baru dan perlu kami pikirkan, kalau nanti gagasan ini makin matang, insyaallah mudah-mudahan UPI yang pertama membuat jurusan migran. Itu luar biasa dan gagasan itu mungkin tidak datang dari guru besar, tapi datang dari Pak Menteri, jadi luar biasa,” pungkasnya