Membangun Citra Teh Indonesia di Mata Dunia

Posted on

Ketika mendengar nama “Darjeeling” dan “Ceylon”, produk teh asal India dan Sri Lanka menjadi hal yang melintas di dalam benak banyak orang. Sejak lama, kedua kata tersebut telah terasosiasi sebagai jaminan mutu produk teh yang berkualitas.

Keduanya merepresentasikan produk teh dengan karakteristiknya masing-masing, dan bisa dikenali hingga pasar global. Sayangnya, asosiasi serupa belum ditemukan pada teh asal Indonesia.

Padahal, Indonesia adalah salah satu negara penghasil teh terbesar, menempati peringkat ketujuh dunia dari sisi produksi. Namun, nama “teh Indonesia” belum juga masuk dalam daftar teh yang dikenal luas oleh konsumen global.

“Dunia hanya tahu teh Darjeeling dari India dan Ceylon dari Sri Lanka, teh Indonesia siapa yang tahu. Sekarang kita sudah harus bisa branding, kita masuk top 10 produsen teh terbesar di dunia,” ungkap Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan, Fajarini Puntodewi di Bandung beberapa waktu lalu.

Ia memaparkan, meskipun Indonesia masuk ke dalam peringkat 10 besar dunia dari sisi kuantitas produksi teh, hal tersebut tidak berbanding lurus dengan kuantitas ekspornya. Peringkat 5 besar bahkan sebagian diduduki oleh negara yang tidak memiliki kebun teh.

“Kalau bicara ekspor, kita ada di peringkat 13. Sementara negara-negara yang bukan produsen teh, tidak punya kebun, bisa masuk top 10 bahkan top 5. Contohnya Polandia, Jepang, Jerman hingga Inggris,” terangnya.

Oleh karenanya, ia mengatakan, upaya peningkatan valuasi teh Indonesia di mata dunia menjadi hal yang krusial. Terlebih, Indonesia memiliki sejarah panjang produksi teh sejak zaman kolonial Belanda.

“Kita punya lahan dan volume produksi besar, tapi kenapa valuasi tidak besar. Pangsa ekspor teh hanya 0,06% dibandingkan total pangsa ekspor Indonesia ke dunia. Ini sudah sangat krusial,” papar Fajarini.

“Dulu Belanda memasarkan teh kita secara global. Harusnya sekarang Indonesia sudah jadi sultan teh,” lanjutnya.

Untuk itu, ia mengatakan, branding produk teh Indonesia di bawah satu naungan nama besar menjadi salah satu langkah penting untuk dilakukan. Salah satu yang tengah diupayakan adalah dengan meluncurkan logo “Jatayu Indonesia” sebagai jaminan mutu teh yang diproduksi di Indonesia.

Logo yang diinisiasi oleh para pelaku industri teh tanah air ini menjadi penanda bahwa teh yang ditempeli logo tersebut merupakan 100% produk Indonesia. Tehnya dipetik, diproses, dan dikemas di dalam negeri.

“Ketika konsumen memilih produk teh berlogo Jatayu Indonesia, mereka tidak hanya membeli teh. Tetapi juga mendukung petani teh Indonesia, pabrik teh lokal, dan ribuan pekerja seluruh rantai pasok teh dalam negeri,” ungkap Board Indonesian Tea Marketing Association (ITMA) Delima Hasri Azahari dalam kesempaatan yang sama.

Nantinya, logo Jatayu Indonesia bisa digunakan oleh seluruh produsen teh tanah air, baik skala industri maupun skala teh rakyat.

Agar Teh Tetap Lestari

Di samping meluncurkan logo “Jatayu Indonesia”, upaya memperkuat branding produk-produk teh Indonesia juga dilakukan melalui gelaran “Tea Fest 2025” di Bandung Indah Plaza yang berlangsung pada 15-20 Juli 2025. Di dalamnya terdapat pameran berbagai jenis teh yang dihasilkan langsung oleh para petani di Jawa Barat dan Jawa Tengah sampai menjadi produk siap pakai.

“Teh di pameran ini adalah produk-produknya petani semua yang dibina melalui Paguyuban Tani Lestari. Mereka diajarkan sampai bisa membuat produk hilir. Semuanya murni teh rakyat, bukan milik swasta maupun pemerintah,” ungkap Pembina Paguyuban Tani Lestari sekaligus Ketua Panitia Tea Fest 2025 Arys Buntara.

Ia mengatakan, beberapa petani yang terlibat meliputi petani teh asal Sumedang, Ciwidey, Majalengka, Cianjur, Subang, dan lain-lain. Selain mengelola kebun teh, mereka juga telah mampu memproduksi teh siap jual hasil kemasan sendiri dengan berbagai jenisnya.

Arys mengatakan, pameran ini juga menggelar kompetisi meracik minuman teh keninian dari bahan dasar teh tradisional yang dicampur dengan berbagai bahan lainnya. Tujuannya adalah mengenalkan teh sebagai alternatif minuman yang menyenangkan kepada kaum muda.

“Ternyata teh bisa divariasikan dengan macam-macam ha, misalnya dicampur sirup, kopi, dicampur jus, rasanya bisa unik dan enak banget. Tampilannya juga oke. Ini tujuannya untuk memasarkan dan mengangkat hasil teh kita agar lebih banyak dikenal generasi muda,” tuturnya.

Pasalnya, ia mengatakan, saat ini tak banyak generasi muda yang mau melanjutkan pengelolaan perkebunan teh karena dianggap tidak menyejahterakan. Padahal, bila diolah dan dikembangkan, teh merupakan komoditas yang sangat menjanjukan.

“Tujuan Tea Fest 2025 ini adalah untuk mengangkat dan memasarkan produk-produk teh kita agar bisa terus dilestarikan terutama oleh kaum muda,” jelasnya.

Nur Khansa Ranawati