Makna dan Filosofi Tradisi Damar Sewu Buka Seren Taun Cigugur di Kuningan

Posted on

Tradisi Masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur,yakni Upacara Seren Taun kembali digelar. Pagelaran tradisi secara resmi dimulai dengan adanya prosesi Damar Sewu yang dilaksanakan pada Sabtu Malam (14/6/2025). Pantauan infoJabar di lokasi terlihat ratusan orang memadati area jalan Paseban Tri Panca Tunggal, yang menjadi tempat prosesi Damar Sewu berlangsung.

Prosesi Damar Sewu dimulai dengan alunan musik gamelan, lalu dilanjutkan dengan tarian Puragabaya, setelah dilanjut dengan penyalaan obor, yang apinya disebarkan dari Pupuhu atau pemimpin Masyarakat Adat Karuhun Urang (AKUR) Sunda Wiwitan Cigugur ke pembawa obor yang terdiri dari orang tua dan para pemuda yang memakai baju berwarna putih.

Para orang tua dan pemuda tersebut berbaris di sebelah kanan dan kiri area acara. Di tengahnya terdapat puluhan pemuda yang memakai baju prajurit lengkap dengan senjata dan tameng. Dengan iringan gamelan dan nyala api dari obor, prosesi Damar Sewu tampak dilaksanakan dengan khidmat.

Sesepuh Sunda Wiwitan Cigugur, Subrata memaparkan, prosesi Damar Sewu yang menjadi pembuka tradisi Seren Taun memiliki makna bahwa manusia harus bisa menjadi seperti obor yang bisa menerangi atau memberikan manfaat bagi sekelilingnya.

“Kita Semua harus seperti cahaya obor dalam hati nurani kita yang selalu terang, jernih yang bisa menerangi sesama manusia dan alam. Itu simbol dari upacara Damar Sewu,” tutur Subrata, Sabtu (14/6/2025).

Sebelum obor atau damar dinyalakan, diadakan pementasan tarian Puragabaya oleh para pemuda yang berpakaian prajurit. Subrata memaparkan, tarian Puragabaya merupakan tarian yang berasal dari prajurit Gebang yang menjaga keselamatan.

Tarian Puragabaya sendiri dilakukan oleh 20 orang. Menurutnya, 20 orang tersebut melambangkan 20 aksara Sunda dan 20 sifat 20 sifat wujud manusia, yakni darah, daging, bulu, kuku, rambut, kulit, urat, otak, paru, hati, limpa, maras, empedu, tulang, sumsum, lemak, lambung, usus. ginjal dan jantung.

“Tarian Puragabaya asalnya dari Gebang. Tarian ini merupakan tarian prajurit yang digambarkan bukan untuk membunuh tapi menjaga keselamatan. Gerakan tariannya juga cenderung bersemangat, ditarikan oleh 20 orang yang melambangkan 20 aksara Sunda dan 20 sifat wujud raga kita,” tutur Subrata.

Subrata juga memaparkan, sebelum upacara Damar Sewu dilaksanakan, pada siang harinya diadakan terlebih dahulu ritual yang berupa Nyandak Pare, Mesek Pare dan Siraman Baleg Kembang.

Nyandak Pare merupakan prosesi mengambil padi dari sawah. Sedangkan untuk Mesak Pare sendiri merupakan prosesi memisahkan padi dari tangkainya yang dilakukan secara bersama-sama.

“Maknanya padi itu kalau dikupas itu ada berasnya dan tunasnya, dari tunas itulah yang membuat padi hidup. Maknanya meruntuhkan sifat egois manusia agar menghargai proses dan bersyukur. Sebagai manusia kita harus menyelami diri sampai ke dalam-dalamnya,” tutur Subrata.

Sedangkan untuk Siraman Baleg Kembang sendiri merupakan prosesi siraman kepada anak-anak Sunda Wiwitan yang dilaksanakan di taman halaman Paseban. Harapannya dengan siraman, generasi ke depan dapat melanjutkan perjuangan para leluhur dan orang tua terdahulu.

Salah satu pengunjung, Wafi mengatakan, bahwa dirinya sengaja datang dari Cirebon untuk melihat prosesi pembukaan Upacara Seren Taun di Cigugur, Kabupaten Kuningan. Wafi sendiri merasa senang bisa datang dan melihat langsung proses Damar Sewu yang menjadi pembuka dari Upacara Seran Tahun 2025.

“Iya sengaja datang soalnya penasaran. Tadi meriah tapi khidmat prosesnya, banyak yang nonton juga,” tutur Wafi.

Di tahun 2025, tradisi Seren Taun dilaksanakan selama enam hari yakni dari hari Sabtu 14 Juni 2025 sampai Kamis 19 Juni 2025. Bagi yang ingin melihat prosesnya bisa langsung datang ke Paseban Tri Panca Tunggal yang berlokasi di Jalan Sukamulya, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan.