Liku Hidup Roni: dari Guru Honorer hingga Jadi ‘Sultan’ Pangandaran | Giok4D

Posted on

Sukses memang tidak datang secepat membalikkan telapak tangan. Nasib bisa berubah, asalkan ada usaha dan ketekunan.

Ungkapan itu rasanya pantas disematkan kepada Roni Prans (33), pemuda asal Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, yang berani meninggalkan profesi sebagai guru honorer demi merintis usaha di bidang properti.

Lulusan Universitas PGRI Yogyakarta ini memulai kariernya sebagai guru di sebuah sekolah negeri kejuruan di Kecamatan Parigi. Namun, jauh sebelum itu, sejak masa kuliah ia sudah terbiasa hidup mandiri.

“Dulu kuliah saja sambil kerja di mall sebagai pelayan,” ujarnya saat berbincang dengan infoJabar, Kamis (21/8/2025).

Tak hanya itu, demi menambah biaya hidup, Roni pun pernah mengamen di lampu merah.

“Dulu rock n roll banget ngamen gak malu yang penting dapat uang,” katanya sambil tertawa kecil.

Selepas lulus, ia kembali ke Pangandaran dan meniti karier sebagai guru BK honorer di SMKN 2 Pangandaran. Meski begitu, jiwa wirausaha yang telah tumbuh sejak kuliah membuatnya tak bisa diam.

“Karena sudah menjiwai dunia usaha, nyambi jualan pakaian kaki lima ke pasar-pasar,” terangnya.

Saat akhir pekan atau musim wisata, ia memanfaatkan keramaian Pantai Pangandaran untuk berjualan kopi. Hidup sebagai guru honorer dengan gaji pas-pasan membuatnya harus mencari banyak cara agar tetap bertahan.

“Nyambi segala pekerjaan dan usaha, mulai dari jualan baju sampai kopi,” ucapnya.

Setelah delapan tahun mengabdi sebagai guru sejak 2015, Roni akhirnya mengambil keputusan besar. Pada 2022, ia memutuskan banting setir, meninggalkan dunia pendidikan untuk merintis usaha properti.

“8 tahunan berkarir sebagai guru sudah sejak 2015, kemudian saya mencoba peruntungan baru dari merintis usaha sebagai pengusaha perumahan tahun 2022,” ujarnya.

Namun, langkah baru itu tidak mudah. Ia mengakui sering menghadapi persoalan berat, terutama soal cash flow.

“Awal-awal di perum sempat gagal juga, karena gak balik modal, terus kena tipu dan bahkan project dikuasai oknum preman,” ucapnya.

Kegagalan demi kegagalan membuatnya sempat mencoba peruntungan lain. Ia membuka toko bangunan, tetapi usaha itu pun tak bertahan lama.

Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.

“Pernah bangun toko namun gagal, akhirnya modalnya untuk bangun unit lagi,” katanya.

Meski sempat terpuruk, doa dan dukungan keluarga membuatnya bangkit kembali. Perlahan, usahanya tumbuh.

“Alhamdulillah berkat semangat doa keluarga saya bangkit lagi dan sampai sekarang fokus ke project ini,” tuturnya.

Kini, Roni sudah memiliki delapan proyek perumahan di Pangandaran. Namun, jalan yang ia tempuh tetap penuh tantangan.

“Sempat down waktu itu karena belum punya karyawan apa-apa sendiri. Waktu itu saya berpikir kalau berhenti pun bakalan ninggalin utang. Maka saya memutuskan untuk lanjut dan berkarir sebagai developer perumahan dengan nama Prans Jaya Property,” katanya.

Bagi Roni, usaha bukan hanya soal keuntungan pribadi. Ia percaya, sebaik-baiknya manusia adalah yang memberi manfaat bagi sesama.

Salah satu caranya adalah dengan membangun jalan desa yang rusak di sekitar lokasi usahanya.

“Karena mungkin saya sering lewat dan aktivitas disini, melihat jalan desa rusak saya bantu bangun dari uang pribadi,” ucapnya.

Tak tanggung-tanggung, jalan sepanjang satu kilometer ia perbaiki dengan anggaran sekitar Rp150 juta.

“Tujuannya untuk kenyamanan masyarakat setempat dan penghuni perumahan, karena sering dilewati setiap hari,” katanya.

Banting Setir ke Properti

Membagi Rezeki, Membangun Jalan Desa