Kota Bandung kembali dihadapkan pada masalah klasik yang tak kunjung hilang, tumpukan sampah yang menggunung di berbagai titik. Aroma tak sedap dan pemandangan mengganggu membuat warga semakin resah, terutama ketika volume sampah terus melonjak.
Pemandangan serupa kembali terjadi di TPS Gunung Batu Timur, lokasi yang dalam beberapa bulan terakhir dihiasi gundukan limbah hingga mencapai total 100 ton. Tumpukan itu terbentuk akibat pengurangan ritase pembuangan sampah menuju TPA Sarimukti.
Alhasil, arus pengangkutan menjadi tersendat, dan sampah dari lingkungan warga menumpuk lebih cepat dibanding kemampuan armada untuk mengangkutnya. Kondisi ini membuat pemerintah kota harus mencari strategi baru yang lebih realistis dan cepat diterapkan.
Wali Kota Bandung Muhammad Farhan turun langsung untuk memastikan penanganan berjalan lebih efektif. Ia memasang target seluruh tumpukan di TPS Gunung Batu Timur harus tuntas paling lambat 23 November 2025. Farhan juga membuka cara kerja baru yang menurutnya bisa mempercepat proses penanganan.
“Sejak semalam, sampah sudah mulai kita tata ulang pengangkutannya sedemikian rupa. Jadi memang kita memecah antrean, yang tadinya tuh antreannya cuma satu gitu ya, jadi kan panjang, sekarang antreannya dipecah,” kata Farhan di Kelurahan Pasteur, Jumat (14/11/2025).
Ia menuturkan sistem antrean tunggal membuat proses pengangkutan berlangsung jauh lebih lama. Dengan pemecahan jalur, ritme kerja di lapangan bisa meningkat. “Jadi dalam sehari bisa beberapa antrean dalam unit-uniy kecil. Insyaallah, perhitungan saya ya tanggal 23 ini (November 2025) tumpukan-tumpukan selesai semua,” ungkapnya menambahkan.
Meski kuota ritase ke TPA Sarimukti tidak bertambah, Farhan memastikan hal itu bukan penghalang. Ia menyebut kunci penyelesaian masalah ini bukan pada jumlah ritase, tetapi bagaimana memaksimalkan jalur dan jenis armada yang digunakan.
Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.
“Jadi gini, yang kita lakukan adalah dengan cara, selama ini kan satu baris. Jadi kita tuh sekarang ada beberapa pintu masuk, tapi truknya kecil-kecil. Ritasenya tetap, tapi armadanya kecil-kecil, jadi antreannya bisa lebih banyak. Yang biasanya antri 40 truk gede, sekarang jadi 70 truk kecil. Kurang lebih prinsipnya gitu,” ujarnya.
Meski demikian, Farhan menyadari solusi ini tetap bakal menghadapi tantangan cuaca. Jalur masuk ke TPA Sarimukti biasanya rawan longsor, namun Farhan optimis jalur yang dilalui truk pengangkut sampah milik Kota Bandung tidak menemui kendala tersebut.
“Masalah di sana adalah jalur yang bisa dipakai untuk masuk itu terbatas, karena hujan, berisiko longsor. Jadi memang pintu masuknya terbatas. Itu yang membuat antrean panjang. Jadi bukan pengurangan atau penambahan ritase. Tapi yang kita mah enggak. Yang kita gunakan jalur-jalur kecil yang memang tidak ada risiko longsor,” pungkasnya.
