Kota Bandung Gencarkan Pembentukan Sekolah Ramah Anak

Posted on

Pemerintah Kota Bandung bersama ratusan sekolah negeri dan swasta se-Kota Bandung menegaskan komitmen untuk mewujudkan lingkungan Sekolah Ramah Anak. Komitmen tersebut ditandai dengan deklarasi bersama yang ditandatangani pemerintah, lembaga terkait dan para perwakilan sekolah di Aula Yayasan Taruna Bakti Bandung, Jumat (10/10/2025).

Wali Kota Bandung Muhammad Farhan mengatakan, salah satu tujuan utama Sekolah Ramah Anak adalah membentuk komitmen untuk menekan munculnya kasus di sekolah, termasuk perundungan. Melalui Sekolah Ramah Anak, diharapkan anak dapat bersekolah dengan lebih aman dan nyaman.

“Dideklarasikan karena kita memerlukan komitmen bersama bahwa memang masih ada beberapa kasus yang sedang kita tangani,” ungkapnya.

“Prinsipnya, anak-anak harus berada dalam lindungan orang tua, juga pemerintah yang berperan sebagai pengampu anak-anak juga dunia pendidikan di Kota Bandung,” lanjutnya.

Ia menyebutkan, program Sekolah Ramah Anak merupakan program pemerintah pusat yang akan segera diimplementasikan di Kota Bandung. Seluruh satuan pendidikan di berbagai jenjang, baik negeri maupun swasta akan ikut menerapkan konsep tersebut.

“Sekolah ramah anak program nasional, bukan pekerjaan yang mudah. Kita akan mulai dengan langkah bersama, tidak hanya sekolah negeri tapi juga swasta,” ujarnya.

Sementara itu, Bunda Forum Anak Kota Bandung Aryatri Benarno mengatakan bahwa secara umum, Sekolah Ramah Anak bertujuan untuk menempatkan hak anak sebagai pusat dari sistem pendidikan. Sehingga, suasana sekolah yang aman dan menyenangkan dapat terwujud.

“Fokusnya adalah untuk merubah pandangan peserta didik dan pengajarnya. Mereka bukan hanya pengajar, tetapi juga pembimbing, sahabat dan orangtua. Juga harus bisa memberi teladan dan perliaku yang benar,” ungkap Aryatri dalam sambutannya.

Adapun pembeda Sekolah Ramah Anak dengan sekolah pada umumnya adalah penerapan enam komponen utamanya. Keenam komponen Sekolah Ramah Anak adalah : (1) kebijakan yang ramah anak, (2) pendidik yang terlatih Konvensi Hak Anak, (3) Satuan Pendidikan Ramah Anak, (4) sarana dan pra-sarana yang ramah anak, (5) adanya partisipasi anak, (6) adanya partisipasi orang tua, alumni, organisasi dan dunia usaha.

Lebih jauh, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Bandung Uum Sumiati mengatakan bahwa saat ini sudah ada 3 sekolah di Kota Bandung yang telah menyandang gelar Sekolah Ramah Anak. Terdapat pula 64 sekolah ainnya yang telah dipersiapkan untuk menerapkan konsep tersebut.

“Kita sudah ada tiga sekolah yang terstandarisasi, sisanya menunggu giliran karena mungkin sudah banyak yang mampu (menerapkan konsep Sekolah Ramah Anak), tapi harus menunggu tim pendamping dari pusat untuk melihat apakah sekolah tersebut benar-benar sudah menerapkannya,” ungkap Uum.

Adapun ke-64 sekolah lainnya yang terdiri dari 50 SMP dan 14 SD tersebut saat ini berstatus menuju Sekolah Ramah Anak yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota Bandung. Untuk menjadi Sekolah Ramah Anak, diperlukan asesmen oleh tim independen yang ditunjuk pemerintah pusat.

Salah satu sekolah yang telah menjadi percontohan bagi Sekolah Ramah Anak di Kota Bandung adalah Taruna Bakti. Ketua Yayasan Taruna Bakti Ibramsyah Amir mengatakan, sekolah tersebut telah memiliki mekanisme pengaduan masalah yang dialami oleh siswa untuk menindaklanjuti hal-hal seperti perundungan.

“Taruna Bakti senantiasa berupaya melindungi hak-hak anak, termasuk lewat mekanisme pelayanan pengaduan kasus di lingkungan sekolah. Hal ini untuk memastikan setiap anak terlindungi dari perundungan dan diskriminasi,” ungkapnya.

“Sekolah Ramah Anak bukan sekedar simbol, tetapi juga upaya mewjudkan sekolah yang ramah, asri, dan nyaman bagi seluruh pesertanya,” tutupnya.

Sementara itu, Bunda Forum Anak Kota Bandung Aryatri Benarno mengatakan bahwa secara umum, Sekolah Ramah Anak bertujuan untuk menempatkan hak anak sebagai pusat dari sistem pendidikan. Sehingga, suasana sekolah yang aman dan menyenangkan dapat terwujud.

“Fokusnya adalah untuk merubah pandangan peserta didik dan pengajarnya. Mereka bukan hanya pengajar, tetapi juga pembimbing, sahabat dan orangtua. Juga harus bisa memberi teladan dan perliaku yang benar,” ungkap Aryatri dalam sambutannya.

Adapun pembeda Sekolah Ramah Anak dengan sekolah pada umumnya adalah penerapan enam komponen utamanya. Keenam komponen Sekolah Ramah Anak adalah : (1) kebijakan yang ramah anak, (2) pendidik yang terlatih Konvensi Hak Anak, (3) Satuan Pendidikan Ramah Anak, (4) sarana dan pra-sarana yang ramah anak, (5) adanya partisipasi anak, (6) adanya partisipasi orang tua, alumni, organisasi dan dunia usaha.

Lebih jauh, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Bandung Uum Sumiati mengatakan bahwa saat ini sudah ada 3 sekolah di Kota Bandung yang telah menyandang gelar Sekolah Ramah Anak. Terdapat pula 64 sekolah ainnya yang telah dipersiapkan untuk menerapkan konsep tersebut.

“Kita sudah ada tiga sekolah yang terstandarisasi, sisanya menunggu giliran karena mungkin sudah banyak yang mampu (menerapkan konsep Sekolah Ramah Anak), tapi harus menunggu tim pendamping dari pusat untuk melihat apakah sekolah tersebut benar-benar sudah menerapkannya,” ungkap Uum.

Adapun ke-64 sekolah lainnya yang terdiri dari 50 SMP dan 14 SD tersebut saat ini berstatus menuju Sekolah Ramah Anak yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota Bandung. Untuk menjadi Sekolah Ramah Anak, diperlukan asesmen oleh tim independen yang ditunjuk pemerintah pusat.

Salah satu sekolah yang telah menjadi percontohan bagi Sekolah Ramah Anak di Kota Bandung adalah Taruna Bakti. Ketua Yayasan Taruna Bakti Ibramsyah Amir mengatakan, sekolah tersebut telah memiliki mekanisme pengaduan masalah yang dialami oleh siswa untuk menindaklanjuti hal-hal seperti perundungan.

“Taruna Bakti senantiasa berupaya melindungi hak-hak anak, termasuk lewat mekanisme pelayanan pengaduan kasus di lingkungan sekolah. Hal ini untuk memastikan setiap anak terlindungi dari perundungan dan diskriminasi,” ungkapnya.

“Sekolah Ramah Anak bukan sekedar simbol, tetapi juga upaya mewjudkan sekolah yang ramah, asri, dan nyaman bagi seluruh pesertanya,” tutupnya.