Remaja itu bernama Ben Austin, berusia 17 tahun. Saat itu ia sedang berlatih di lapangan latihan (cricket nets) di Ferntree Gully pada hari Selasa ketika bola dari mesin lempar otomatis mengenai bagian kepala atau lehernya. Diduga, saat itu ia sedang mengenakan helm.
Melansir dari BBC, petugas darurat dipanggil tak lama sebelum pukul 17.00 waktu setempat. Kemudian, Ben segera dilarikan ke Rumah Sakit Anak Monash dalam kondisi kritis. Ia sempat mendapatkan perawatan dengan alat bantu hidup, namun meninggal dunia pada hari Rabu.
Klub Kriket Ferntree Gully menyatakan pihaknya sangat terpukul atas kepergian tragis salah satu pemainnya.
Presiden Asosiasi Kriket Ferntree Gully dan Distrik, Arnie Walters, mengatakan bahwa Ben adalah sosok yang “berbakat sekaligus populer di kalangan kriket lokal.”
“Saya tahu betapa beratnya kabar ini bagi komunitas kami, dan kami akan memberikan segala bentuk dukungan yang kami bisa bagi klub dan keluarga besar kriket kami,” ujarnya, dikutip dari BBC.
Akun media sosial klub juga menyampaikan belasungkawa kepada keluarga dan teman-temannya, serta kepada “semua orang yang mengenal Ben dan merasakan kebahagiaan yang ia bawa.”
“Kami mohon agar privasi keluarga Ben dihormati pada masa sulit ini,” tulis pernyataan itu.
Atas nama keluarga Ben, klub juga mengucapkan terima kasih kepada Ambulance Victoria, pihak kepolisian, dan tenaga medis rumah sakit atas bantuan mereka.
Peristiwa ini terjadi sekitar satu dekade setelah tragedi serupa yang menimpa pemain kriket Australia, Phillip Hughes, yang meninggal akibat pukulan bola di lehernya saat pertandingan Sheffield Shield pada tahun 2014.
Kematian Hughes, yang menurut keputusan koroner tidak ada pihak yang bersalah, kemudian mendorong peningkatan standar keselamatan bagi para pemain kriket.
