Kisah Pilu Zahra dan 2 Adiknya Bertahan di Rumah Ambruk Akibat Bencana

Posted on

Tiga anak yatim di Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung, harus bekerja keras menjalani hidup dengan penuh perjuangan. Kondisi mereka semakin berat setelah atap dan dinding rumah yang mereka tempati ambruk.

Ketiga anak yatim tersebut adalah Fatimah Azzahra (21), Muhamad Raihan Nur Wahid (17), dan Muhamad Fadel Ramdan (13). Mereka selama ini tinggal di sebuah rumah sederhana di Kampung Jalan Cagak, Desa Maruyung. Namun sebagian bangunan itu kini rata dengan tanah setelah ambruk dihantam angin puting beliung dan gempa bumi yang terjadi pada Rabu (29/10) lalu. Saat kejadian, ketiganya berada di dalam rumah.

“Kejadiannya malam hari pukul 10 malam. lagi pada tidur eh saya terkena di sini pinggang sedikit. Tapi sama genteng kan langsung ngegebruk gitu,” ujar Fatimah yang akrab disapa Zahra saat ditemui awak media, Selasa (25/11/2025).

Sejak ayah mereka meninggal beberapa tahun lalu, Zahra menjadi tulang punggung keluarga dan merawat kedua adiknya. Sementara ibu kandung mereka telah menikah lagi dan tinggal di Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

“Saya ngurus dua adik dari mulai ayah meninggal pas saya kelas 1 SMA lalu. Jadi sampai sekarang udah 21 tahun saya mengurus ade yang satu SMA kelas 3, sekarang ade yang satu lagi SMP kelas 1,” katanya.

Dalam kehidupan sehari-hari, mereka hidup dari bantuan saudara dan para tetangga. Zahra sendiri belum memiliki pekerjaan tetap sehingga sulit memenuhi kebutuhan harian.

“Alhamdulillah sehari-hari sih ada bantuan dari Bibi dan tetangga. Terus setelah ambruk awalnya sih di sini dulu. Nah, udah gitu ke UU (uwa) dulu kan, minta izin buat tinggal di sana gitu. Karena emang kondisinya sudah tidak memungkinkan di sini,” jelasnya.

Meski begitu, sang ibu terkadang masih memberikan nafkah semampunya. Namun karena kondisi ekonomi yang sama-sama sulit, bantuan itu tidak menentu.

“Kan karena ekonominya juga sama, jadi kadang kalau misalnya punya ya dikasih, kalau enggak ya enggak gitu. Kadang juga makan kadang enggak gitu. Saya sama adek-adek juga gitu kadang puasa,” ucap Zahra.

Setelah rumah mereka ambruk, pemerintah desa dan sejumlah yayasan swasta memberikan bantuan darurat berupa kebutuhan pokok dan material bangunan. Bagi Zahra, harapan terbesarnya sederhana: memiliki rumah yang layak dan aman.

“Iya keinginannya mah cuma pengen dibangun rumah aja yang nyaman, aman sama biar tenang aja gitu sama adek-adeknya gitu,” ungkapnya.

Ketua RW 03, Permana Sidik, membenarkan adanya bantuan dari relawan dan yayasan. Bantuan tersebut berupa uang dan material bangunan untuk menata kembali rumah anak-anak yatim itu.

“Saya rasa ini sangat membantu sekali ya terhadap korban yang terkena musibah. Apalagi kan kasihan anak-anak yatim lah ya sudah tidak ada keluarga yang memperhatikannya kasihan,” kata Permana.

Menurutnya, bangunan itu harus diperbaiki total agar mereka bisa tinggal dengan aman. Ia juga berharap semakin banyak pihak yang peduli terhadap musibah yang menimpa keluarga ini.

“Saya harapkan semoga semakin ada perhatian lebih lah untuk peristiwa ini ya untuk musibah ini terutama tersangkut anak-anak yatim,” ujarnya.

Sebelumnya, ketiganya masih menempati rumah tersebut meski kondisinya mengkhawatirkan. Kini mereka mengungsi di rumah saudara terdekat.

“Sebelumnya ada di rumah ininya iya. Sekarang di rumah uwa nya, karena seperti kemarin-kemarin kan masih nginap di sini,” tuturnya.

Kepala Desa Maruyung, Apen Supendi Naufal, mengatakan bahwa pihak desa langsung turun ke lokasi setelah kejadian dan memberikan bantuan awal.

“Alhamdulillah begitu kejadian hari H-nya saya langsung datang ke lapangan. Saya memberikan bantuan ala kadarnya dan selanjutnya saya berkirim surat ke Dinsos, ke PMI dan sebagainya. Dan sampai sekarang saya pun tidak diam,” ujarnya

Pemdes Maruyung juga telah mengajukan anggaran penanganan melalui Detail Engineering Design (DED) mitigasi bencana.

“Mungkin ada anggaran dari DED mitigasi bencana yang tahap dua sampai sekarang belum cair. Mudah-mudahan sebelum minggu sekarang sudah cair lah. Sehingga kami bisa merealisasikan membantu rumah yang bahwa itu dibangun kembali,” kata Apen.

Selain itu, pemerintah desa juga bersurat ke BPBD serta Dinas Perumahan, Permukiman, dan Pertanahan (Disperkimtan) Kabupaten Bandung untuk mempercepat penanganan.

“Iya dari BPBD, dari Perkimtan juga sudah ada yang mengontrol ke sini gitu. Termasuk aktivis dari Desa Maruyung juga. Jadi begitu ada kejadian kita bersurat ke mana-mana ada buktinya, termasuk dokumen-dokumen kita di lapangan juga ada gitu,” jelasnya.

Apen menambahkan, angin puting beliung tersebut tidak hanya merusak satu rumah. Ada 16 rumah lainnya di beberapa RW yang terdampak bencana serupa.

“Jadi bukan warga ini saja yang kena bencana. Hampir bersamaan pada kejadian itu ada 16 rumah lah yang kena angin puting beliung di Desa Maruyung. Ada di RW 10, RW 8, RW 11, yang rumahnya tertimpa pohon tumbang, di RW 4, di RW 7,” pungkasnya.

Rumah Diperbaiki

Ketua RW 03, Permana Sidik, membenarkan adanya bantuan dari relawan dan yayasan. Bantuan tersebut berupa uang dan material bangunan untuk menata kembali rumah anak-anak yatim itu.

“Saya rasa ini sangat membantu sekali ya terhadap korban yang terkena musibah. Apalagi kan kasihan anak-anak yatim lah ya sudah tidak ada keluarga yang memperhatikannya kasihan,” kata Permana.

Menurutnya, bangunan itu harus diperbaiki total agar mereka bisa tinggal dengan aman. Ia juga berharap semakin banyak pihak yang peduli terhadap musibah yang menimpa keluarga ini.

“Saya harapkan semoga semakin ada perhatian lebih lah untuk peristiwa ini ya untuk musibah ini terutama tersangkut anak-anak yatim,” ujarnya.

Sebelumnya, ketiganya masih menempati rumah tersebut meski kondisinya mengkhawatirkan. Kini mereka mengungsi di rumah saudara terdekat.

“Sebelumnya ada di rumah ininya iya. Sekarang di rumah uwa nya, karena seperti kemarin-kemarin kan masih nginap di sini,” tuturnya.

Kepala Desa Maruyung, Apen Supendi Naufal, mengatakan bahwa pihak desa langsung turun ke lokasi setelah kejadian dan memberikan bantuan awal.

“Alhamdulillah begitu kejadian hari H-nya saya langsung datang ke lapangan. Saya memberikan bantuan ala kadarnya dan selanjutnya saya berkirim surat ke Dinsos, ke PMI dan sebagainya. Dan sampai sekarang saya pun tidak diam,” ujarnya

Pemdes Maruyung juga telah mengajukan anggaran penanganan melalui Detail Engineering Design (DED) mitigasi bencana.

“Mungkin ada anggaran dari DED mitigasi bencana yang tahap dua sampai sekarang belum cair. Mudah-mudahan sebelum minggu sekarang sudah cair lah. Sehingga kami bisa merealisasikan membantu rumah yang bahwa itu dibangun kembali,” kata Apen.

Selain itu, pemerintah desa juga bersurat ke BPBD serta Dinas Perumahan, Permukiman, dan Pertanahan (Disperkimtan) Kabupaten Bandung untuk mempercepat penanganan.

“Iya dari BPBD, dari Perkimtan juga sudah ada yang mengontrol ke sini gitu. Termasuk aktivis dari Desa Maruyung juga. Jadi begitu ada kejadian kita bersurat ke mana-mana ada buktinya, termasuk dokumen-dokumen kita di lapangan juga ada gitu,” jelasnya.

Apen menambahkan, angin puting beliung tersebut tidak hanya merusak satu rumah. Ada 16 rumah lainnya di beberapa RW yang terdampak bencana serupa.

“Jadi bukan warga ini saja yang kena bencana. Hampir bersamaan pada kejadian itu ada 16 rumah lah yang kena angin puting beliung di Desa Maruyung. Ada di RW 10, RW 8, RW 11, yang rumahnya tertimpa pohon tumbang, di RW 4, di RW 7,” pungkasnya.

Rumah Diperbaiki