Ketika Teror Babi Hutan Mengintai Petani Sukabumi baca selengkapnya di Giok4D

Posted on

Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.

Teror Babi hutan jadi momok bagi warga Desa Pangumbahan, Kecamatan Ciracap kasus serupa juga terjadi di wilayah lain di kawasan Pajampangan, Kabupaten Sukabumi. Hewan liar itu sering turun dari hutan, mengacak-acak kebun singkong, merusak batang cabai, dan menggulingkan tanaman palawija yang baru tumbuh.

Warga sudah mencoba berbagai cara untuk melindungi lahan, dari membuat pagar bambu hingga memasang jebakan listrik. Tapi upaya itu tak selalu berakhir baik ada yang justru berujung maut, salah satunya dialami seorang petani di Kecamatan Ciemas, yang ditemukan tewas diduga tersengat aliran listrik dari perangkap yang ia pasang sendiri.

Peristiwa ini menambah panjang daftar risiko yang dihadapi petani akibat serangan babi hutan yang makin sering muncul di wilayah selatan Sukabumi. Warga berharap kehadiran para pemburu yang berperan penting dalam menekan populasi babi hutan yang sudah lama menjadi hama pertanian.

Kepala Dusun di Desa Pangumbahan, Budiman, menegaskan bahwa aktivitas para pemburu tidak pernah menimbulkan keresahan. “Adanya pemburu yang datang memburu babi hutan tidak meresahkan warga, justru warga terbantu dan diuntungkan dengan adanya pemburu tersebut. Masalahnya banyak warga yang menanam singkong dan palawija lainnya. Kedatangan pemburu, justru dengan adanya pemburu kami merasa aman,” ujar Budiman, akhir pekan kemarin kepada awak media.

Ia juga menambahkan, selama ini warga juga tidak merasa terganggu oleh suara tembakan atau kehadiran para pemburu. “Warga tidak ada yang diresahkan dengan kedatangan mereka, jadi ketika kedatangan pemburu, warga merasa terbantu,” imbuhnya.

Budiman juga menyinggung peristiwa beberapa waktu lalu yang sempat membuat geger, ketika seorang petani terseruduk babi hutan hingga terluka. Menurutnya, kejadian itu bukan semata karena perburuan, melainkan kesalahpahaman di lapangan.

“Jadi ada warga kami memang yang diseruduk oleh babi hutan karena disebabkan ada pemburu, memang betul tapi harus digarisbawahi, itu ada sebab akibatnya, warga yang sedang panen cabai, dengan istri dan warga dia enggak tahu ada yang sedang berburu babi hutan antara perburuan dengan lokasi pemetikan cabai jauh lokasinya,” kisah Budiman.

“Ada warga berteriak babi-babi di sawah dia spontan ambil pacul berdua dengan temannya keluar dari kebun, posisi bukan di kebun, jarak dari kebun satu petak sawah. Kejadian saat dia akan memukul babi, dia terjatuh di depan babi, jadi posisi babi sedang dikejar pemburu, bukan babi yang nyamperin dia ke kebun justru dia yang nyamperin babi jatuh,” ungkap Budiman menambahkan.

Warga lainnya juga menuturkan, perburuan babi bahkan sering diminta langsung oleh pemilik lahan. Mereka menilai populasi babi sudah sangat meresahkan, terutama bagi petani singkong dan palawija.

Banyak kebun rusak parah, dan sebagian petani bahkan memasang jebakan listrik seadanya untuk melindungi lahan mereka meski berisiko membahayakan diri sendiri.

Dikonfirmasi terpisah, Aep Majmudin Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi mengaku akan segera berkoordinasi dengan komunitas pemburu untuk mengatasi persoalan tersebut. “Kita akan koordinasi dengan Perbakin, pemburu,” singkat Aep.

Aep memastikan selama sesuai prosedur aktivitas perburuan hama babi hutan bisa menjadi solusi untuk memerangi teror babi yang kerap merusak lahan petani. “Iya itu salah satu solusinya, segera saya utus petugas lapangan untuk memantau ke lokasi yang memang terdapat babi hutan yang merusak lahan petani,” sambungnya.