Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hak Asasi Manusia (HAM) Jawa Barat, Hasbullah Fudail, mengungkap adanya indikasi aktor intelektual dalam kasus perusakan Villa Ninna di Cidahu, Kabupaten Sukabumi.
Hal ini disampaikan usai menemui jajaran Polres Sukabumi dan berdialog langsung dengan sejumlah pihak di Sukabumi, Rabu (2/7/2025).
“Sampai hari ini kan aktor intelektual belum di ini, masih oleh aparat penegak hukum masih dicari. Kita berharap itu segera ditetapkan. Supaya masyarakat juga tidak resah. Jadi ada aktor-aktor intelektualnya itu, ada,” ungkap Hasbullah kepada infoJabar di Mapolres Sukabumi.
Menurutnya, informasi tentang peran aktor penggerak ini justru diperoleh setelah para tersangka mulai terbuka. Awalnya mereka memilih untuk tidak memberikan keterangan, terkait adanya indikasi aktor intelektual.
“Kita hanya tadi kebetulan menurut penyidik, jadi yang tujuh orang itu sebelumnya tidak mau terbuka, mungkin ada budaya ewuh pakewuh ya. Tapi setelah kita tadi dialog dengan mereka, mengatakan ada, ini namanya ini, siapa yang menghubungi anda yang lagi di pekerjaan, ‘ini pak, terus saya datang’, kata mereka. ‘Saya dibangunkan, disuruh ini’. Yang begitu-begitu kan itu ada, tinggal itu aja proses,” jelasnya.
Hasbullah menyebut kehadirannya di Cidahu juga merupakan tindak lanjut dari instruksi langsung Menteri Natalius Pigai.
“Alhamdulillah kemarin kita atas atensi Pak Menteri langsung. Kebetulan kemarin pas Hari Ulang Tahun Bhayangkara, sama Pak Kapolda, Pak Gubernur lagi ada acara, kami ditelepon oleh Kementerian untuk segera turun ke lapangan, apa sih yang terjadi kasus hari Jumat itu?,” ujarnya.
Setelah dua hari berada di lokasi, Hasbullah menilai ada harapan penyelesaian damai secara kemanusiaan. Ia bahkan menyaksikan pertemuan menyentuh antara keluarga tersangka.
“Hasil kami dari lapangan dari kemarin sampai hari ini, alhamdulillah satu titik temu yang menjadi islah, musyawarah perdamaian dari kedua belah pihak. Karena toh ini semua warga masyarakat kita di sana. Dan kami tadi alhamdulillah bisa mempertemukan istri para korban yang tujuh tersangka itu tadi, ketemu, dan suasana apa ya, aspek kemanusiaan. Sampai saya juga meneteskan air mata, karena tadi orang-orang itu ada yang hamil istrinya, ada anaknya empat kecil-kecil. Mereka tidak tahu masalah sebenarnya, spontan aja kejadian itu,” ungkapnya.
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
Menurut Hasbullah, para tersangka bukanlah pelaku yang merancang aksi perusakan, melainkan orang-orang biasa yang terjebak situasi.
“Mereka bukan orang yang merencanakan, orang yang lewat di situ tiba-tiba kena sorot video dan sebagainya. Itu yang kita temui tadi, dan mereka menyesali semua. Bagi kami tujuh orang itu, mereka orang-orang biasa, tidak tahu secara hukumnya, orang pendidikan rendah. Dengan kejadian gerombolan seperti itu, karena ada video hari ini viral di mana-mana, kita juga tidak bisa salahkan polisi. Ketika itu barang bukti ada di lapangan, merusak, ya itu yang kemudian diamankan,” jelasnya.
Ia pun menegaskan pentingnya memburu sosok penggerak di balik kejadian. “Tapi satu intinya, mereka sangat menyesali. Dan kita menyatakan aktor intelektual di balik ini memang ada, dan itu yang harus diproses, bukan orang-orang seperti ini,” ucap Hasbullah.
“Kalau kami lihat ya, tapi biar proses hukum yang berjalan. Tapi kami, masyarakat, kita lihat hari ini. Sehingga kalau pun ada proses hukum yang dilakukan, kita minta mereka ditangguhkan,” jelasnya.
Ia pun meminta agar tujuh warga itu mendapat pendampingan hukum yang layak.
“Makanya tadi kami minta dengan teman-teman advokatnya untuk didampingi. Mereka juga harus kooperatif, kita minta seperti itu,” pungkasnya.