Kekecewaan SMAN 1 Bandung Terhadap Putusan PTUN Terkait Sengketa Lahan

Posted on

SMAN 1 Bandung merasa sangat kecewa dengan keputusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) yang justru memenangkan Perkumpulan Lyceum Kristen (PLK) atas gugatan sengketa lahan.

Pihak sekolah sebelumnya merasa sangat yakin jika PTUN akan memenangkan Pemprov Jawa Barat dalam kasus sengketa lahan itu. Apalagi, Wamendikdasmen Atip Latipulhayat dan Gubernur Jabar Dedi Mulyadi sempat berkunjung ke SMAN 1 Bandung.

Kunjungan dari dua pejabat itu dianggap dapat memperkuat dan memberi ‘intervensi’ agar masalah sengketa lahan tersebut bisa segera tuntas. Namun sebaliknya, PTUN justru secara mengejutkan memenangkan gugatan PLK.

“Keputusan hakim aja yang tiba-tiba memenangkan. Dikira kami cukup dengan (kedatangan) dari Wamen, dari Gubernur ada antusias selesai, ternyata malah nambah lagi (masalahnya),” ucap Kardiana, Wakil SMAN 1 Bandung bidang Humas saat diwawancarai, Senin (21/4/2025).

Menurut Kardiana, dengan putusan PTUN itu, banyak siswa yang merasa resah dan sedikit terganggu konsentrasinya dalam belajar mengajar. Sebagian besar mereka yang terganggu karena sengketa lahan ini adalah siswa kelas 10 dan 11.

Sementara untuk siswa kelas 12 sebanyak 390 siswa, Kardiana menyebut pihak sekolah meminta mereka untuk fokus dalam mempersiapkan ujian masuk perguruan tinggi yang rencananya bakal digelar pada bulan Mei 2025 nanti.

“Kata anak-anak mereka merasa galau ke depan seperti apa padahal ini kan seharusnya tempat mereka untuk mendapatkan ilmu, tapi dengan adanya seperti ini mereka (bingung),” ujarnya.

“Tapi yang terpengaruh kelas 10, 11 karena kalau kelas 12 sudah selesai mau keluar. Yang merasa khawatir kelas 10 11, mereka khawatir harus pindah kemana. Capek-capek ikut PPDB, zonasinya kan di sini,” sambungnya.

Meski begitu, Kardiana memastikan pihak sekolah menekankan kepada semua siswa untuk tidak terlalu memikirkan masalah sengketa lahan SMAN 1 Bandung. Menurutnya siswa juga dilarang menggelar aksi terkait protes putusan PTUN di luar sekolah.

“Ibu kepala sekolah menyampaikan ya memang kita mengalami seperti ini, tapi belajar tetap, tidak usah ikut demo ke luar. Kalau mau demo protes di lingkungan sekolah, lewat drama, poster di sekolah saja,” tutup Kardiana.