Keinginan Eneng untuk Pindah Sekolah yang Tak Pernah Terwujud

Posted on

Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapa pun untuk melakukan tindakan serupa. Bila Anda merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan ke pihak-pihak yang dapat membantu, seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.

Suasana duka masih menyelimuti kediaman AK (14) atau yang memiliki sapaan akrab Eneng. Siswi madrasah tsanawiyah negeri (MTsN) itu ditemukan tak bernyawa dengan kondisi yang tragis. Ia mengakhiri hidupnya sendiri dan meninggalkan surat berisi curahan hati yang mengarah pada dugaan perundungan (bullying).

“Pihak keluarga meyakini karena di situ ada surat wasiat mengarah ke bullying. Adapun ini betul atau tidaknya nanti kita lihat saja perkembangan proses hukumnya bagaimana, itu semua kita pasrahkan ke pihak yang berwajib,” kata paman Eneng, Topik Walhidayat (35) di rumah duka, Jumat (31/10/2025).

Eneng yang merupakan anak bungsu dikenal sebagai anak baik, rajin dan berprestasi. Cita-citanya mulia, yakni ingin menjadi dokter. Ayah dan kakaknya bekerja di luar kota, sedangkan ia tinggal bersama nenek dan ibunya di Sukabumi.

“Alhamdulillah aktif malah berprestasi juga, kemarin dari kelas 1, kelas 2 (MTsN) dia dapat juara kedua rangking,” ujarnya.

Sebelum memutuskan untuk mengakhiri hidup, Eneng sempat mengutarakan keinginannya kepada ibunya, tepat dua pekan sebelum peristiwa tragis itu terjadi.

“Almarhumah itu inginnya pindah sekolah, cuman untuk pindah sekolah itu kan sekarang orang tua mana yang mau memindahkan sekolah anak kalau kita belum ada rencana. Kecuali kita sudah ada kesiapan, contohnya dari segi materi dulu, sedangkan kalau untuk pendaftaran itu kalau di swasta harus ada biaya. Jadi pihak orang tua itu minta waktu sebentar dulu,” ungkapnya.

Permintaan untuk pindah sekolah itu sering diutarakan Eneng. Namun, ia tak pernah cerita pada keluarga soal dugaan perundungan. Ia baru menceritakannya secara tak langsung lewat surat terakhir yang ditinggalkan.

“Kalau untuk surat wasiat ditemukan pertama yang menemukan oleh mamahnya. Itu posisi ada di kasur,” kata dia.

Kini, keluarga sudah membuat laporan ke Polres Sukabumi terkait dugaan perundungan yang dialami korban.

“Harapan dari keluarga kalau ini pem-bully-an terbukti dan kami meminta pihak terkait dengan secepatnya kasus bullying ini, secepatnya harus diselesaikan,” kata Topik.

“Pesan untuk pihak sekolah kalau memang ini terbukti saya minta jangan sampai mempersulit untuk menyelesaikan masalah ini, kalau bisa permudah dan tolong kooperatif sama pihak kepolisian karena ini harus ditegakkan keadilan. Jadi jangan sampai anak kalian yang menjadi korban berikutnya,” tutupnya.

Sebelumnya diberitakan, fakta baru terungkap dalam kasus siswi Madrasah Tsanawiyah (MTs) berinisial AK (14) di Kabupaten Sukabumi yang meninggal dunia diduga karena mengakhiri hidupnya sendiri. Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Sukabumi mengungkap bahwa korban sempat mengalami perselisihan dengan kakak kelasnya sebelum peristiwa tragis itu terjadi.

Bersamaan dengan ditemukannya korban yang tak bernyawa, ditemukan pula secarik surat curahan isi hati Eneng. Surat itu ditulis dengan campuran bahasa Sunda dan Indonesia, beberapa narasi menggunakan kata sapaan “eneng”. Tulisan tangan korban tampak rapi namun bergetar di beberapa bagian seolah ditulis dalam keadaan sangat emosional.

Dalam surat itu, korban menulis bahwa ia bukan bermaksud membuat masalah, melainkan hanya ingin menyampaikan perasaan. Ia mengaku sering tersakiti oleh perkataan dan sikap teman-teman di kelas, dan merasa lelah hingga hanya ingin mencari ketenangan.

“Eneng beres di bikin nyeri ku perkataan babaturan di kls ku omongan, sikap. Eneng beres cape, eneng cuman hayang ketenangan,” tulisnya.

Korban sempat menyinggung keinginan pindah sekolah karena tidak tahan dengan suasana kelas yang membuatnya tidak nyaman. Di akhir halaman, ia menulis, “Eneng sayang mmh, bpk, I love you. Sebenerna malin banyak cerita t’h, tapi segitu aja we babay,”

Pada halaman kedua, korban berulang kali meminta maaf kepada orang tua, guru, dan teman-teman. Ia menyebut beberapa nama teman sekelas dan mengaku berusaha memaafkan meski masih terluka.

Ada pula penggalan kalimat yang menguatkan dugaan bahwa korban mengalami perundungan (bullying) di lingkungan sekolah. Pihak kepolisian hingga saat ini masih melakukan penyelidikan.

“Kami baru menerima laporan dari keluarganya, langsung kami melakukan penyelidikan dugaan bullying,” kata Kasat Reskrim Polres Sukabumi Iptu Hartono.