Jejak Kuliner Tradisional di Pekalangan Cirebon

Posted on

Menjelang sore, deru kendaraan masih ramai terdengar dari jalan raya di Kelurahan Pekalangan. Namun hanya beberapa langkah dari keramaian itu, sebuah gang kecil menampilkan pemandangan berbeda. Di sana, deretan pedagang memenuhi sisi gang, menyuguhkan aneka kuliner khas yang menggugah selera.

Para pedagang itu berjajar rapi di sebuah gang yang menjadi pintu masuk kawasan RW 04 Pekalangan Utara, Kelurahan Pekalangan, Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon.

Tidak jauh dari pintu gang, seorang ibu tampak duduk tenang di balik lapak dagangan. Di hadapannya, sebuah etalase kaca memamerkan jajanan tradisional yang tertata rapi dan siap disajikan kepada pembeli.

Di atas lapak dagangan itu menempel sebuah papan bertuliskan ‘Kue Tapel Ibu Rema’, yang menandakan bahwa di sanalah jajanan manis khas Cirebon itu dijajakan.

Kue Tapel khas Cirebon ini merupakan jajanan tradisional yang terbuat dari bahan dasar adonan tepung beras, parutan kelapa, ketan, potongan pisang dan gula mmerah

Tepat di sebelah lapak kue tapel, sebuah gerobak kuning terlihat sederhana. Di baliknya, seorang pedagang tampak tengah menyiapkan nasi lengko, salah satu kuliner khas Cirebon yang disajikan dengan potongan tempe, tauge, dan siraman bumbu kacang.

Gang di wilayah RW 04 Pekalangan Utara ini buka satu-satunya kawasan di Kelurahan Pekalangan yang dipenuhi oleh para pedagang makanan tradisional.

Masih di wilayah yang sama, tepatnya di sepanjang Jalan Pekalangan, RW 01 Pandesan, sejumlah pedagang mi yamin dapat ditemukan.

Menurut salah satu warga setempat, Budi Santoso, mi yamin menjadi salah satu kuer yang cukup populer di Kelurahan Pekalangan, khususnya di RW 01 Pandesan.

Ia menyebut, setidaknya ada sejumlah penjual mi yamin yang cukup terkenal di kawasan ini. Beberapa di antaranya adalah Mie Colot dan Mi Yamin Mang Darto.

“Di sini memang yang terkenal mi yamin. Dan penjual mi yamin di sini rata-rata semuanya terkenal, salah satunya Mi Yamin Mang Darto. Tapi yang legendaris Mie Colot,” kata dia, baru-baru ini.

Sederet makanan-makanan khas itu menjadi gambaran bahwa Kelurahan Pekalangan memang salah satu wilayah yang kaya akan beragam sajian kuliner.

Bahkan keberadaan para pedagang yang menjajakan makanan-makanan itu dapat ditemui hingga ke gang-gang kecil yang ada di wilayah ini.

Lurah Pekalangan, Wartono, menyebut wilayahnya memang telah lama menjadi tempat berkumpulnya para pedagang yang menawarkan beragam kuliner khas. Mulai dari nasi lengko, mi yamin, kue tapel, hingga jajanan lainnya, semua bisa ditemukan di berbagai sudut kelurahan ini.

Tak hanya makanan tradisional, di sepanjang Jalan Pekalangan juga bermunculan pedagang makanan kekinian, seperti penjual sate taichan hingga kafe yang kerap menjadi tempat nongkrong anak-anak muda.

“Kalau di Kelurahan Pekalangan memang banyak makanan-makanan khasnya. Ada nasi lengko, kue tapel, mi yamin dan segala macam,” kata dia.

Kue Tapel namanya, diambil dari kata nempel/ditapel yang artinya ditempel atau ditaplok. Warna kuenya sekilas mirip Gonjing atau Pancong yang membedakan hanya bentuk dan cara membuatnya.

Jika Gonjing berbentuk segitiga padat tetapi Kue Tapel berbentuk tipis melebar dengan menyisakan luberan kelapa di ujung kuenya serta di dalamnya ada irisan pisang dan gula merah sebagai topingnya.

Rasa Kue Tapel cukup gurih dan manis ketika digigit akan terasa rasa manis gula merah dan pisang di mulut. Sebagai makanan tradisional Kue Tapel tidak pernah sepi dari peminat.

Berbeda dengan Kue yang lain sejenis. Kue Tapel Khas Cirebon memiliki keunikannya tersendiri yaitu dari cara pembuatannya yang tanpa menggunakan minyak atau mentega sama sekali serta masih menggunakan kayu bakar.

“Kue Tapel mah anti kolesterol soalnya nggak pake minyak,” kata Vina (16) penjual Kue Tapel Khas Cirebon Ibu Lena.

Menurut Vina untuk menjaga cita rasa kue. Sengaja kue Tapel tidak menggunakan minyak tapi menggunakan akar tumbuhan yang bernama Akar Sella. ” Akar Sella ini yang nantinya dipakai buat pengganti minyak,” tutur Vina.

Selain bebas kolesterol Akar Sella juga mempunyai ciri karena mengeluarkan bau yang khas. Untuk cara menggunakan Akar Sella sendiri adalah dengan menggosokannya ke wajan sebelum adonan Kue Tapel dituangkan ke wajan.

Namun menurut Vina pengolesan Akar Sella juga tidak sembarangan, harus ada takarannya. “Olesinya ngga boleh kebanyakan, nanti adonannya tidak nempel ke wajan,” kata Vina.

Untuk harganya masih cukup terjangkau hanya Rp 7.500 per keping Kue Tapel.

Selain tapel, Pekalangan juga jadi surga kuliner mi yamin. Ragam mi yamin berjejer, pilihannya beragam bisa di pinggir jalan hingga kedai nyaman dengan kipas angin dan AC untuk menemani makan. Salah satu penjual mi yamin di pinggir jalan adalah Mie Yamin Mas Bewok. Mi yamin yang dijual oleh bapak yang bernama asli Supandi ini sudah berjualan mie yamin sejak tahun 1976. Mulanya, Supandi atau mas Bewok, berjualan dengan cara dipikul, baru, setelah beberapa tahun berjualan, Supandi berjualan mie yamin dengan menggunakan gerobak seperti sekarang.

Meski hanya menggunakan gerobak kecil roda dua, jika sedang ramai, dalam sehari, Supandi bisa menjual mie yamin sampai 300 porsi, dengan omzet jutaan rupiah per hari. Untuk cara pembuatannya, mie yamin direbus terlebih dahulu menggunakan kompor arang. Menurut Supandi, digunakannya arang sebagai bahan pembakaran, bertujuan agar mie yamin menjadi lebih wangi dan terjaga cita rasanya.

Mie yamin disajikan bersama dengan kuah pelengkap yang diisi dengan tahu, bakso dan juga siomai. Khususnya untuk isian siomainya, menurut Supandi, terbuat dari ikan tenggiri yang berkualitas super. Sedangkan untuk topping mienya berisi pangsit, sayuran, dan cacahan daging kering yang dibuat dengan tambahan tepung, kentang dan juga telur.

Saat dimakan, mie yamin mas Bewok memiliki cita rasa mie yang manis dan kenyal. Untuk satu porsinya, dihargai Rp 15.000, buka dari jam 10.00 WIB sampai 19.00 WIB. Berlokasi di Jalan Kebon Cai, Pekalangan, Kota Cirebon.

Kue Tapel Cirebon

Mi Yamin Mas Bewok