Berjalan dengan telanjang kaki untuk tujuan yang disengaja seperti olahraga punya dampak yang bagus untuk kesehatan otot hingga otak. Dampak lainnya, orang merasa lebih bahagia dengan berjalan telanjang kaki.
Penggunaan alas kaki seperti sandal dan sepatu setiap hari ke tempat kerja, ke sekolah, ke kantor, dan sebagainya memang membuat kaki nyaman. Bantalan yang empuk membuat kaki punya ‘kekebalan’ terhadap ketidak rataan medan yang dilalui.
Pada jalan berbatu misalnya, penggunaan sandal dan sepatu bisa menghindarkan telapak kaki dari kesakitan. Tetapi, nyatanya penggunaan alas kaki tidak selalu baik.
Ada kalanya, berjalan dengan telanjang kaki perlu dilakukan untuk mengoptimalkan kembali fungsi sensori dan otot kaki. Lebih dari itu, berjalan dengan kaki telanjang membuat lebih bahagia karena ada pelepasan-pelepasan stress di otak.
Berjalan dengan kaki telanjang banyak diteliti oleh para akademisi di bidang kesehatan khususnya fisioterapi. Penelitian menunjukkan manfaat besar dari kebiasaan berjalan tanpa alas kaki ini.
Satu di antara manfaatnya adalah mengoptimasi otot tungkai bawah. Otot tungkai bawah adalah kumpulan otot yang berada di area kaki bagian bawah, seperti betis dan sekitarnya, yang berfungsi untuk menggerakkan pergelangan kaki dan jari kaki.
Studi dalam Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi Vol. 7 No. 1 bulan 2023 berjudul ‘Berjalan Tanpa Alas Kaki Lebih Mengaktivasi Otot Tungkai Bawah Dibanding Berjalan Menggunakan Sepatu’ menyebutkan bahwa penggunaan alas kaki setiap saat dapat menimbulkan dampak kurang baik. Menurut studi itu, pemakaian alas kaki seperti sepatu dengan jelas dapat membatasi informasi sensoris pada reseptor sensoris tungkai bawah.
“Bantuan stabilitas pada penggunaan sepatu tidak selamanya baik untuk persendian, hal ini menyebabkan kurang optimalnya otot persendian dalam melakukan stabilisator, kemampuan stabilisator otot persendian akan menurun seiring dengan seringnya menggunakan sepatu, selain itu penggunaan sepatu akan membatasi pergerakan alami dari persendian.” tulis jurnal itu.
Penelitian tersebut melibatkan subjek 100 orang mahasiswa yang dibagi dua kelompok, yaitu yang berjalan dengan alas kaki dan yang telanjang kaki untuk melakukan aktivitas berjalan dalam jarak dan waktu yang ditentukan.
“Berjalan tanpa alas kaki mampu mengaktifkan otot-otot kecil pada kaki dan otot-otot besar pada tungkai dibanding penggunaan sepatu.” tulis jurnal tersebut.
Otak punya kemampuan kognitif. Yaitu, proses mental yang melibatkan pikiran untuk berpikir, belajar, memahami, mengingat, dan memecahkan masalah. Kemampuan kognitif otak dapat berkembang sangat baik di antaranya karena manusia menyempatkan diri berjalan dengan telanjang kaki.
Studi tentang ini dimuat dalam jurnal Korean J Physiol Pharmacol 2024 halaman 295-302 berjudul ‘Barefoot walking improves cognitive ability in adolescents’ (berjalan telanjang kaki membuat baik kemampuan kognitif kalangan remaja).
Stui ini melibatkan 59 orang yang dibagi tiga kelompok: Kelompok kontrol, kelompok beralas kaki, dan kelompok bertelanjang kaki. Mereka diminta untuk berjalan selama 40 menit setiap pagi, empat kali dalam seminggu. ‘Tugas’ tersebut dilakukan selama 12 minggu. Apa hasilnya?
“The barefoot group also had a significant increase in cognitive speed and concentration and a significant decrease in brain stress. Taken together, barefoot walking can effectively enhance cognitive ability in adolescents,” tulis jurnal tersebut.
(Kelompok yang berjalan tanpa alas kaki juga mengalami peningkatan kecepatan dan konsentrasi kognitif yang signifikan, serta penurunan stres otak yang signifikan. Secara keseluruhan, berjalan tanpa alas kaki dapat secara efektif meningkatkan kemampuan kognitif pada remaja.)
infoJabar mencoba berjalan dengan telanjang kaki. Pada Minggu (16/11/2025). Perjalanan kaki 2,5 jam dimulai dari Alun-alun Tanjungsari, Kecamatan Tanjungsari menuju Desa Cikahuripan, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang.
Jalur yang dilalui adalah aspal bagus, jalan beraspal rusak, dan jalan kualitas jalan pedesaan di mana aspal kadang-kadang tertutup lumpur mengering. Di tengah terik matahari, berjalan telanjang kaki punya sensasi panas tersendiri.
Berjalan kaki dengan cara ini terasa lebih ringan. Langkah kaki seperti tanpa beban. Memang jalanan terasa lebih panas, tetapi dengan ritme langkah yang sedikit cepat, sengatan matahari lambat laun tidak terasa.
Pada mulanya, memang terasa berbeda dengan berjalan menggunakan sepatu, Sebabnya, getaran yang dihasilkan dari setiap kali telapak kaki menyentuh bumi tidak teredam. Tumbukan tumit ke bumi bahkan getarannya terasa ke bahu.
Tetapi, lama kelamaan, tubuh menyesuaikan dengan cara berjalan seperti itu. Semakin lama berjalan, langkah rasanya menjadi semakin cepat karena badan mulai terbiasa.
Yang menjadi perhatian adalah ketika kaki menginjak aspal yang rusak dan jalanan berlumpur kering yang menyisakan kerikil. Respons telapak kaki pada medan tersebut agak ‘sakit’, sehingga perlu berjalan dengan mata yang awas untuk menghindari hal-hal tajam yang mungkin bisa melukai telapak kaki.
Sudah tahu kan manfaat ‘barefoot walking’ atau berjalan dengan telanjang kaki. Nah, infoers bisa mencobanya. Namun, ada yang harus diperhatikan dalam membiasakan kebiasaan baik ini.
Di antaranya, tidak berjalan kaki telanjang pada daerah yang belum dikenal dalam kondisi gelap, seperti pada subuh hari ketika matahari belum muncul penuh. Hal ini dikhawatirkan di jalan-jalan yang dilaui, terdapat benda tajam seperti kerikil tajam dan paku atau pecahan kaca.
Hal lainnya, meski berjalan telanjang kaki baik, perhatikan kekuatan telapak kaki dan jangan memaksakan. Selalu bawa sandal atau sepatu di dalam tas, sehingga ketika menempuh jarak cukup jauh tapi kaki sudah menunjukkan kendala, segera berhenti, cuci kaki, dan kembali pakai alas kaki.
Berjalan dengan kaki telanjang tujuannya untuk sehat bukan? Karenanya, jangan menyakiti diri dengan memaksakan berjalan padahal kaki sudah lecet. Semoga artikel ini membantu ya infoers!
