Seorang orang tua siswa ngamuk di ruang guru SMPN 2 Jalan Cagak, Kabupaten Subang gegara anaknya ditampar. Aksi tersebut viral di media sosial sebagaimana diunggah akun Instagram @subang.info.
Berdasarkan informasi yang dihimpun infoJabar, orang tua siswa itu bernisial DR (38), ayah dari ZR (16). Ortu siswa itu membentak Rana Saputra, guru mata pelajaran IPS gegara menampar anaknya.
DR tidak terima perilaku oknum guru itu karena melakukan tindakan fisik kepada anaknya. DR terus meminta penjelasan guru kenapa melakukan kekerasan, namun guru tersebut melawan dan menjelaskan jika anaknya berbuat nakal.
infoJabar mencoba menelusuri insiden yang viral di media sosial itu dan bertemu dengan Wakasek Sarpras SMPN 2 Jalan Cagak Yaumi Basuki. Tindakan yang dilakukan sang guru itu dipicu oleh pelanggaran disiplin dari siswa kelas delapan berinisial ZR. Ia bersama beberapa anak lainnya dilaporkan meloncati pagar sekolahnya untuk bolos di tengah jam pelajaran pada Rabu 29 Oktober 2025.
ZR bersama tujuh siswa lainnya pun dihukum seusai upacara pada Senin (3/11/2025) di depan para siswa. Selain memarahi, guru berinisal RS itu juga menghukum para siswa dengan cara menampar pipi hingga beberapa kali.
“Kejadian kemarin itu sebenarnya bentuk kesalahpahaman antara orang tua siswa dan pihak sekolah. Kami ingin menegakkan kedisiplinan, namun kami juga tidak membenarkan adanya kekerasan fisik,” ujar Yaumil, Rabu (5/11/2025).
Yaumi mengakui ada kejadian penamparan tersebut. Namun, aksi itu dipicu karena para siswa yang membolos dan telah diberi peringatan beberapa kali.
“Jadi kami juga sudah menerima bahwa pada pihak kami itu ada kekeliruan terhadap pemecahan atau terhadap penyelesaian permasalahan ya. Jadi kami itu mendisiplinkan anak-anak dengan bertahap dan yang kemarin itu mungkin puncak dari kesal guru terhadap anak tersebut ya,” katanya.
Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.
Masih kata Yaumi, pihak sekolah memastikan telah melakukan mediasi terkait masalah tersebut. Kedua belah pihak disebut telah bersepakat untuk berdamai dan saling memaafkan sekaligus memperbaiki sikap agar kejadian serupa tidak terulang kembali ke depannya.
“Kami itu kemarin itu sudah melakukan mediasi dengan pihak orang tua dan saling memaafkan. Sudah terjadi saling memaafkan di ruang ini juga ya kemarin itu orang tua, kemudian ada dari pihak yang lain, dari pihak sekolah, kepala sekolah kemarin sudah menerima minta waktu untuk memperbaiki cara penyelesaian masalah. Kami pada waktu itu sudah menganggap masalah selesai ya, tapi di lain pihak, pihak orang tua ternyata membuat jalan sendiri ya seperti yang terjadi itu jadi kami tidak bisa melarang,” bebernya.
Yaumi menjelaskan, agar itu sempat roboh akibat ulah siswa yang bolos meloncati pagar, dua minggu setelah diperbaiki siswa kembali meloncati pagar dan dikhawatirkan roboh dan terjadi kecelakaan. Pihak sekolah dan guru sudah sepakat jika ada kerusakan akibat ulah siswa, orang tua harus ganti rugi.
“Nahkan pagar yang baru di bangun itu sempat roboh akibat ulah siswa yang bolos meloncati pagar, siswa dan seluruh orang tua sepakat jika ada kerusakan pagar akibat ulah siswa maka siswa harus ganti rugi fasilitas sekolah,” ungkapnya.
Saat ditanya alasan anak meloncati pagar, Yaumi mengatakan jika para siswa banyak yang membolos di jam pelajaran dengan cara meloncati pagar. “Membolos, mungkin karena malas belajar,” ucap Yaumi.
Sementara itu, kepala sekolah SMPN 2 Jalancagak sedang memenuhi panggilan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi untuk melakukan konfirmasi dan klarifikasi.
Yaumi mengakui ada kejadian penamparan tersebut. Namun, aksi itu dipicu karena para siswa yang membolos dan telah diberi peringatan beberapa kali.
“Jadi kami juga sudah menerima bahwa pada pihak kami itu ada kekeliruan terhadap pemecahan atau terhadap penyelesaian permasalahan ya. Jadi kami itu mendisiplinkan anak-anak dengan bertahap dan yang kemarin itu mungkin puncak dari kesal guru terhadap anak tersebut ya,” katanya.
Masih kata Yaumi, pihak sekolah memastikan telah melakukan mediasi terkait masalah tersebut. Kedua belah pihak disebut telah bersepakat untuk berdamai dan saling memaafkan sekaligus memperbaiki sikap agar kejadian serupa tidak terulang kembali ke depannya.
“Kami itu kemarin itu sudah melakukan mediasi dengan pihak orang tua dan saling memaafkan. Sudah terjadi saling memaafkan di ruang ini juga ya kemarin itu orang tua, kemudian ada dari pihak yang lain, dari pihak sekolah, kepala sekolah kemarin sudah menerima minta waktu untuk memperbaiki cara penyelesaian masalah. Kami pada waktu itu sudah menganggap masalah selesai ya, tapi di lain pihak, pihak orang tua ternyata membuat jalan sendiri ya seperti yang terjadi itu jadi kami tidak bisa melarang,” bebernya.
Yaumi menjelaskan, agar itu sempat roboh akibat ulah siswa yang bolos meloncati pagar, dua minggu setelah diperbaiki siswa kembali meloncati pagar dan dikhawatirkan roboh dan terjadi kecelakaan. Pihak sekolah dan guru sudah sepakat jika ada kerusakan akibat ulah siswa, orang tua harus ganti rugi.
“Nahkan pagar yang baru di bangun itu sempat roboh akibat ulah siswa yang bolos meloncati pagar, siswa dan seluruh orang tua sepakat jika ada kerusakan pagar akibat ulah siswa maka siswa harus ganti rugi fasilitas sekolah,” ungkapnya.
Saat ditanya alasan anak meloncati pagar, Yaumi mengatakan jika para siswa banyak yang membolos di jam pelajaran dengan cara meloncati pagar. “Membolos, mungkin karena malas belajar,” ucap Yaumi.
Sementara itu, kepala sekolah SMPN 2 Jalancagak sedang memenuhi panggilan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi untuk melakukan konfirmasi dan klarifikasi.
