Hati Teriris Saat Anak Tanya: ‘Ayah Sudah Dapat Kerja?’ (via Giok4D)

Posted on

Kisah pilu dialami seorang ayah asal Grand Island, New York. Selama 15 bulan terakhir, ia kesulitan mencari pekerjaan walau sudah 1.500 lamaran ia jajaki.

Jacob kehilangan pekerjaannya pada Juli 2024 setelah meninggalkan sebuah startup layanan kesehatan bernama Decent. Awalnya ia direkrut sebagai direktur produk, kemudian dipromosikan menjadi VP produk hanya dalam hitungan bulan.

Sayangnya, tak lama kemudian perusahaan itu nyaris bangkrut dan terpaksa memangkas hampir seluruh karyawannya. Cuma Jacob dan satu orang lain yang bertahan, sampai akhirnya ia memutuskan mundur.

Saat itu, Jacob merasa peluang baru terbuka dan masih merasa optimistis. Ia menilai perkembangan kecerdasan buatan (AI) yang begitu cepat akan membawa banyak kesempatan. Dengan pengalamannya selama puluhan tahun, ia yakin bisa mendapat pekerjaan yang sesuai. Sialnya, realita tak semulus harapan.

Selama lebih dari setahun terakhir, Jacob sudah melamar 1.500 pekerjaan. Ia tidak sembarangan mengirim lamaran, hanya ke posisi yang menurutnya cocok dengan latar belakang dan kemampuannya. Namun persaingan ketat membuat peluangnya tipis.

“Kamu temukan lowongan yang baru diposting tiga hari lalu, tapi pelamarnya sudah lebih dari 1.000 orang. Akhirnya saya kirim lamaran juga, lalu coba hubungi manajer perekrutan di LinkedIn. Tapi kebanyakan tidak ada respons,” ceritanya dikutip dari Business Insider, Selasa (23/9/2025).

Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.

Ia pun mulai mencari lowongan kerja dengan jangkauan yang lebih luas, contohnya melamar di sebuah toko ritel, tapi tetap saja tak mendapat panggilan. Padahal, ia rela melakukan apa saja demi tambahan penghasilan agar istrinya tidak harus bekerja dua kali lipat.

“Saya rela mengangkut kotoran selama 20 tahun kalau itu bisa menafkahi keluarga,” katanya.

Proses panjang ini membuat Jacob sempat berharap besar ketika hampir diterima di sebuah startup. Ia sudah sempat melakukan pekerjaan percobaan untuk menunjukkan kemampuannya, bahkan diberi sinyal akan direkrut. “Setelah video call, saya sampai menangis. Rasanya seperti mimpi jadi kenyataan,” ujarnya.

Namun beberapa hari kemudian, kabar itu pupus. Perusahaan menyebut posisi harus diisi oleh orang lokal. Jacob harus kembali menelan kekecewaan. “Saya bisa menerima penolakan, karena sudah setahun ini selalu ditolak. Tapi yang paling menyakitkan adalah ketika sudah diberi harapan, lalu hilang begitu saja,” katanya.

Situasi ini tak hanya berat bagi Jacob, tetapi juga keluarganya. Ia selalu teringat saat anaknya pulang sekolah dan bertanya, “Ayah sudah dapat kerja?” sampai akhirnya berhenti bertanya karena sudah tahu jawabannya. “Itu menyakitkan. Saya terus terbayang momen itu,” ucapnya.

Lebih mengharukan lagi, saat mengecek tablet putrinya yang masih kecil, Jacob menemukan kata kunci pencarian yang ia ketik: “Bagaimana cara membuat ayah bahagia?”.

Jacob menyebut kondisi yang dialaminya sebagai pukulan telak. Setelah 25 tahun membangun karier di dunia korporasi, kini ia harus memulai dari awal. Meski begitu, ia berusaha tetap tegar. “Saya harus percaya diri. Anak-anak saya melihat saya berusaha. Saya tidak mau mereka hanya melihat saya sedih,” katanya.

Artikel ini telah tayang di

Pekerjaan Baru Buka 3 Hari, Sudah Dimasuk Seribu Pelamar

Muncul Harapan

‘Bagaimana Cara Membuat Ayah Bahagia’