Geopark Ciletuh Bikin Evaluator UNESCO Terkesan

Posted on

Selama lima hari, dua evaluator UNESCO Global Geopark Bojan Režun dari Slovenia dan Zhang Chenggong dari China menyusuri lembah, geosite, desa, hingga pusat-pusat edukasi di kawasan Geopark Ciletuh-Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi.

Dalam proses revalidasi tahun 2025 ini, keduanya tak hanya membawa pulang catatan teknis, tapi juga kesan emosional dan apresiasi terbuka.

“Menurut saya ini emosional. Berbeda sekali dengan negara-negara di Eropa. Negara Anda sangat cantik dan saya menerima impresi yang sangat baik selama di sini. Kami hanya punya waktu yang pendek, dan kami harap bisa memberikan kesan yang positif,” tutur Bojan dalam sesi tanya jawab dengan awak media, Kamis (3/7/2025) malam.

Ia memuji kinerja tim pengelola yang dinilainya sudah bekerja sangat baik, terutama dalam upaya pemulihan pascabencana.

“Ini memperkuat masyarakat lokal dan mendorong arah pembangunan yang tidak merusak komunitas. Saya punya impresi yang sangat positif selama tiga hari kunjungan lapangan,” lanjutnya.

Senada dengan itu, Zhang Chenggong menilai keterlibatan masyarakat menjadi kekuatan utama Geopark Ciletuh. “Tidak hanya dari signifikansi geologinya yang luar biasa, tapi juga keterlibatan masyarakat yang membuat saya sangat terkesan,” ungkap Zhang.

Dari seluruh rangkaian kegiatan, Bojan menyebut dua tempat yang paling membekas baginya yakni Desa Sinarresmi dan salah satu sekolah di Surade.

“Desa tradisional ini bersatu dengan alam. Saya tidak mengharapkan perasaan seperti ini. Tapi setelah melihat langsung bagaimana mereka hidup bersama alam, ini menunjukkan keberlanjutan,” ucap Bojan.

Ia menambahkan ada tiga poin penting yang ia lihat di lokasi tersebut, yaitu keberlanjutan, pembangunan yang seimbang, dan perhatian terhadap warisan budaya.

“Yang kedua adalah kunjungan ke sekolah. Sangat penting bagi generasi muda untuk melihat, mendengar, dan mengalami langsung apa itu geopark. Anak-anak di sini tidak hanya bermain, tetapi benar-benar menikmati pengalaman geopark. Ini menjadi potensi, bukan hanya untuk Indonesia, tapi juga dunia,” lanjutnya.

Zhang pun menegaskan pentingnya pendekatan edukasi yang menyentuh seluruh lapisan. “Pendidikan di kawasan geopark ini sangat luar biasa. Bukan hanya ada di sekolah, tapi juga terasa di seluruh masyarakat,” ujarnya.

Kunjungan dimulai sejak 30 Juni 2025, saat kedua evaluator disambut di Pendopo Sukabumi. Setelah paparan resmi, mereka langsung bergerak ke Palabuhanratu dan mulai menyusuri titik-titik utama Geopark Ciletuh.

Hari-hari berikutnya diisi dengan kunjungan ke Geosite Puncak Darma, Curug Sodong, Museum Konservasi, serta pusat edukasi milik Fakultas Geologi Universitas Padjadjaran. Mereka juga meninjau Sentra Industri Opak Ketan Jampang dan kawasan konservasi penyu di Pangumbahan, Ciracap.

Pada 3 Juli, rombongan mendatangi Gunung Sungging dan Museum Megalodon, lalu menyambangi SMPN 1 Surade dan Desa Wisata Hanjeli. Hari itu ditutup dengan kunjungan ke Kampung Adat Kasepuhan Sinarresmi, yang disebut-sebut sebagai simbol kekuatan budaya dan kearifan lokal yang hidup selaras dengan alam.

Saat ditanya soal kondisi kawasan yang masih dalam masa pemulihan, Bojan menyampaikan bahwa UNESCO tidak menuntut pembangunan masif, melainkan perkembangan yang bermakna.

“Setelah empat tahun, kami tidak mencari proyek baru sebanyak-banyaknya, tapi kami ingin melihat perkembangan, ide-ide baru, dan bagaimana masyarakat dilibatkan,” ungkapnya.

Ia mengakui masih ada tantangan di area terpencil yang terdampak longsor dan kerusakan infrastruktur. Namun menurutnya, progres sudah berjalan baik.

“Infrastruktur penting, tidak hanya untuk geopark tapi juga untuk masyarakat lokal. Memang tidak bisa selesai dalam satu bulan. Tapi jika pemerintah dan masyarakat bekerja bersama, saya percaya perkembangannya bisa jauh lebih signifikan,” ucap Bojan.

Kekayaan budaya juga menjadi sorotan. Bojan menyebut warisan budaya di Sukabumi sangat besar, baik tangible maupun intangible. “Nilai-nilai itu harus dikembangkan dan dipromosikan, terutama dengan melibatkan masyarakat lokal. Dan saya melihat itu sudah luar biasa,” tuturnya.

Terkait pelayanan dan dukungan selama proses evaluasi, kedua evaluator kompak memuji tim lokal yang mereka nilai sangat profesional. “Kerja samanya luar biasa. Dari awal, kami sudah merasakan persiapan yang matang. Pemerintah daerah sangat terlibat. Berdasarkan pengalaman saya, ini adalah salah satu revalidasi terbaik yang pernah saya ikuti,” ungkap Bojan.

Kampung Adat dan Sekolah yang Membekas

Pemulihan Pascabencana dan Revalidasi