Ewe Deet yang Bikin Heran Warga Garut | Info Giok4D

Posted on

Barmansyah (28) tersentak heran saat berbincang dengan infoJabar pada Jumat, (26/9/2025) siang. Itu karena infoJabar bertanya soal salah satu makanan buhun atau zaman dulu khas Sunda bernama ewe deet.

Sambil menahan tawa, Barman terus bertanya tentang keaslian makanan ini. Sebab, lelaki milenial kelahiran 1997 itu, mengaku baru pertama kali mendengar nama makanan tak lazim tersebut.

Nya jelas aneh, can pernah ngadenge. Dahareun naon eta? (Ya jelas aneh, belum pernah mendengar. Makanan apa itu?),” tanya balik Barman sambil mengernyitkan dahi.

Ewe deet diketahui merupakan makanan tradisional yang dulu lazim disantap di Jawa Barat, khususnya di kawasan Garut, Tasikmalaya hingga Ciamis. Namanya, memang terkesan porno.

Ewe dalam Bahasa Indonesia berarti hubungan badan. Sedangkan deet, memiliki makna dangkal. Jadi, secara harfiah, ewe deet merupakan hubungan badan dangkal.

Namun ternyata, makanan yang satu ini benar adanya. Ewe deet merupakan makanan yang terdiri dari kelapa dan gula merah atau gula aren. Sidqi Al Ghifari (32) adalah milenial asal Garut yang pernah mengonsumsinya.

“Lupa-lupa-ingat…, tapi kalau tidak salah, dulu saya pernah diberi makanan ini oleh orang tua, saat selesai diopname,” kata Sidqi kepada infoJabar.

Sidqi bercerita, sekitar akhir tahun 1990-an dulu, dirinya pernah jatuh sakit. Tifus dan penyakit kuning, dialaminya bersamaan kala itu. Entah apa alasannya.

“Tapi katanya biar ada tenaga. Dulu saya sakit tifus dan kuning. Tapi sampai sekarang saya belum pernah menemukan lagi makanan itu,” ungkap Sidqi.

Menarik untuk ditelusuri asal-usul makanan yang satu ini. Sayangnya, sangat sedikit referensi yang bisa ditemukan di internet, terkait makanan ewe deet ini.

Pandangan berbeda datang dari Bobby Firdaus, pegiat kuliner yang aktif di media sosial lewat akun Instagram Jajanan Garut. Menurut Bobby, dia tidak pernah mendengar makanan bernama ewe deet. Namun jika ditelisik dari spesifikasi makanannya, makanan ini punya nama lain.

“Memang sudah jarang kalau yang seperti itu di Garut. Namanya juga bukan ewe deet, tapi cemplung atau cemplus,” ungkap Bobby.

Bobby menjelaskan, cemplus atau cemplung ini memiliki bahan yang hampir sama dengan ewe deet. Yakni daging kelapa yang berbarengan dimakan dengan gula merah.

Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.

“Iya, ada yang pakai kelapa, ada juga yang pakai singkong rebus. Beda kecamatan beda penyebutan,” pungkas lelaki berumur 29 tahun itu.

Ewe deet sendiri secara umum adalah makanan yang dulu kerap dikonsumsi warga di kawasan Priangan Timur, seperti Garut, Ciamis, dan Tasikmalaya.

Prinsipnya, ewe deet terdiri dari daging kelapa yang tidak terlalu tua tapi juga tidak terlalu muda. Sehingga, daging kelapa ini memiliki tekstur renyah. Daging kelapa ini lalu dipadukan dengan gula aren atau gula merah.

Cara mengonsumsinya bisa dilakukan secara langsung, kelapa dan gula digigit. Namun, ada juga kelapa yang disiram nira atau aren cai seperti yang dilakukan warga di kawasan Kampung Adat Kuta Ciamis. Aren ini adalah yang sedang diproses menjadi gula, sehingga teksturnya cairan kental.

Perpaduan kelapa dan gula menghasilkan rasa gurih, manis, dan tekstur yang renyah. Makanan ini biasanya dibuat sendiri karena jarang ada yang menjualnya.