Direksi RSUD Cibabat, Kota Cimahi kini sedang jadi sorotan. Ini terjadi setelah seorang pasien BPJS bernama Ulfa Yulia Lestari, warga Kampung Cukang Kawung, RT 02/05, Desa Pakuhaji, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat (KBB), meninggal dunia pada 29 Juni 2025 imbas dugaan lambatnya penanganan.
Akibatnya kini, jajaran direksi RSUD Cibabat diterancam dirombak atas kejadian ini. Lantas bagaimana kronologinya? Berikut ini sederet faktanya:
Rabu (2/7/2025), RSUD Cibabat mendapat inspeksi dari Wali Kota Cimahi Ngatiyana. Ia bahkan mencak-mencak karena pelayanan bagi masyarakat yang tak maksimal dan bakal merombak manajemen.
“Manajemennya harus dievaluasi dan operasional rumah sakit. Baik dari sisi tenaga medis, sarana prasarana, infrastruktur, serta hal lainnya,” kata Ngatiyana saat ditemui di RSUD Cibabat.
Ngatiyana bahkan menawarkan para ASN di lingkungan RSUD Cibabat agar mengundurkan diri jika sudah tak berhasrat melakukan pelayanan bagi masyarakat.
“Saya tadi juga tawarkan kalau memang ada yang sudah tidak sanggup bertugas di RSUD Cibabat, silakan ajukan permohonan pindah, saya tandatangani. Kalau ada yang mau pensiun dini, silakan juga akan saya tandatangani. Kalau memang sudah tidak sanggup melayani masyarakat, itu adalah pilihan bebas,” kata Ngatiyana.
Di sisi lain, ia menitahkan direksi untuk melakukan audit klinis mengenai peristiwa nahas tersebut. Hal itu demi mengetahui kronologi yang sebenarnya dari dua sisi yang berbeda antara pihak rumah sakit dengan pihak keluarga.
“Kejadian ini akan kita audit secara klinis, bagaimana sebenarnya yang terjadi. Kita harus imbang, tidak boleh menyalahkan dokter tanpa audit. Semua ada tahapannya, kalau memang ada kesalahan dan sebagainya ya harus berani bertanggungjawab. Tapi kalau dokter sudah bekerja dengan benar, kenapa harus disalahkan?,” ujar Ngatiyana.
Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.
Sebab menurut Ngatiyana, saat ini pelayanan RSUD Cibabat masih kalah oleh rumah swasta lainnya di Kota Cimahi seperti Rumah Sakit Mitra Kasih hingga RS Kasih Bunda. Termasuk dalam hal klaim penyerapan BPJS Kesehatan.
“RSUD (Cibabat) kalah dengan Rumah Sakit Kasih Bunda, RS Mitra kasih, penyerapan anggaran semua melalui BPJS itu setahun hampir Rp1 triliun. Tapi rumah sakit Cibabat urutan ke sekian. Kita harus evaluasi, animo masyarakat ke Cibabat kalah sama ke rumah sakit lainnya,” kata Ngatiyana.
Direktur Utama RSUD Cibabat, Sukwanto Gamalyono memberi penjelasan soal insiden tersebut. Dia mengatakan saat masuk ke rumah sakit pada Jumat (27/6), pihaknya langsung melakukan penanganan sesuai standar yang berlaku.
“Pada saat pasien masuk, kami sudah melakukan penanganan sesuai SOP. Jadi sejak dari IGD selama 3 jam sampai masuk ke ruang perawatan, seperti sanggahan dari teman-teman dokter semua sudah bekerja maksimal,” kata Sukwanto.
Lantas mengenai keluhan dari keluarga pasien soal lambatnya penanganan tenaga medis rumah sakit? Sukwanto mengatakan ada beberapa prosedur yang tidak bisa dilakukan melihat dari riwayat penanganan sebelumnya.
“Seperti yang viral itu soal penyedotan ya, memang pernah dilakukan penyedotan sebelumnya ya dan itu harus dilakukan dokter spesialis. Penuh risiko, apapun yang dilakukan di dunia kedokteran ada risikonya. Kenapa tidak disedot? Harus di-USG dulu, apakah itu memang cairan, atau itu tumor. Tidak bisa diulang tindakannya seperti yang sebelumnya. Sebetulnya juga waktu itu rencananya akan dilakukan hari Senin,” ujar Sukwanto.
Keluhan soal buruknya manajemen pelayanan di RSUD Cibabat acap kali terlontar dari komentar warganet di media sosial. Menanggapi hal tersebut, Sukwanto mengatakan pihaknya kerap melakukan audit jika dirasa ada yang salah.
“Ya, setiap ada kejadian atau kasus seperti ini memang kami selalu audit. Dan sebenarnya kami juga sudah melakukan yang sesuai SOP, regulasi, ya. Sudah kami lakukan dengan baik. Bahwa yang namanya sakit itu agak susah juga memprediksi bahwa ini apakah bisa tertolong atau tidak bisa dirawat,” kata Sukwanto.
“Memang seolah-olah bahwa ini kok nggak diapa-apakan pasien BPJS, tapi sudah kita lakukan semuanya. Dan saya sudah tekankan juga kepada teman-teman di IGD maupun di rawat inap, lakukan sesuai SOP sesuai tadi yang disampaikan Pak Wali Kota saat apel. Kita tidak pernah membeda-bedakan mana pasien BPJS atau pasien umum,” imbuhnya.