Peta wilayah Desa Cidadap, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, kini telah luluh lantak akibat erosi sungai. Dusun Kawung Luwuk, yang selama puluhan tahun menjadi tempat bernaung bagi puluhan keluarga, kini nyaris terhapus dari muka bumi.
Bukan karena digusur manusia, melainkan ditelan oleh amukan Sungai Cidadap yang tak kenal ampun. Bantaran sungai yang dahulu berjarak 300 meter dari permukiman, kini telah mencapai lokasi yang dulunya dihuni ratusan warga.
Hanya dalam hitungan hari, daratan yang dulunya permukiman warga kini telah berubah menjadi aliran sungai yang deras.
Ustaz Abdul Manan, tokoh masyarakat setempat, memberikan kesaksian. Ia menyaksikan sendiri bagaimana tanah kelahiran warganya tergerus meter demi meter. Sungai yang tadinya berjarak 300 meter, kini berada tepat di bekas ruang tamu dan kamar tidur warga.
“Kemarin sore masih ada, sekarang sudah habis semua. Lembur (kampung) ini sudah jadi kali (sungai),” ucapnya getir, Rabu (17/12/2025).
Dari 23 rumah yang semula berjumlah 23 unit, 16 di antaranya kini lenyap, ambruk terseret arus. Sisanya, tinggal menunggu waktu, menggantung di bibir tebing yang rapuh.
Bagi warga Sawah Tengah, kampung halaman mereka kini hanya akan tinggal cerita dan kenangan.
Setelah kampung mereka hilang ditelan air, warga kini harus bertahan hidup di ruang-ruang kelas SDN Kawung Luwuk.
Ruyatman, Kasi Pelayanan Desa Cidadap sekaligus petugas Puskesos, mencatat migrasi besar-besaran warga yang kehilangan tempat tinggal.
“Untuk Kampung Sawah Tengah ada 24 Kepala Keluarga (KK) dengan 71 jiwa yang mengungsi. Ditambah dari Kampung Babakan Cisarua sebanyak 48 KK atau 145 jiwa,” papar Ruyatman.
Di sekolah itulah, mereka dihadapkan pada realitas pahit lainnya. Mereka tidur di lantai yang dingin, tanpa kasur dan selimut yang memadai.
Di tengah ketidakpastian akan masa depan kampung mereka, para pengungsi dihadapkan pada krisis logistik. Ruyatman mengungkapkan, bantuan yang datang belum sebanding dengan jumlah pengungsi yang terus bertambah.
“Yang paling mendesak itu kebutuhan bayi seperti pampers, lalu selimut dan kasur. Di sini banyak balita dan lansia, lantai sekolah dingin, obat-obatan juga sangat dibutuhkan karena sudah ada warga yang jatuh sakit,” ungkap Ruyatman.
Banyak warga yang lari menyelamatkan diri tanpa sempat membawa pakaian ganti. Harta benda mereka tertinggal di rumah-rumah yang kini mungkin sudah menjadi dasar Sungai Cidadap.
Tragedi Cidadap tak hanya milik Sawah Tengah. Di seberang sana, Kampung Cisarua RT 03/15 mengalami nasib terisolasi yang tak kalah miris.
Sebanyak 21 KK (71 jiwa) terisolasi di kampung mereka karena jembatan penghubung tunggal putus total sejak banjir.
“Sampai saat ini, belum ada penyaluran bantuan ke sana karena akses yang susah,” jelas Ruyatman.
Sementara itu, warga Kampung Cipanas sebanyak 86 jiwa terpaksa bertahan di rumah masing-masing di zona bahaya, karena posko pengungsian sudah tak sanggup lagi menampung.
Kini, harapan warga Sawah Tengah hanya satu: Relokasi. Tanah lama mereka sudah hilang. Jika Pemerintah Kabupaten Sukabumi maupun Pemerintah Provinsi Jawa Barat tidak bergerak cepat, keberadaan Kampung Sawah Tengah benar-benar akan musnah.
Warga tidak hanya meminta makanan, mereka meminta tanah untuk memulihkan kehidupan. Sebelum kampung mereka benar-benar hanya menjadi nama dalam arsip desa, sebuah kenangan tentang tempat yang pernah ada sebelum Sungai Cidadap mengambilnya paksa.
Krisis Logistik dan Kesehatan Pengungsi
Warga Kampung Cisarua Terisolasi
Di tengah ketidakpastian akan masa depan kampung mereka, para pengungsi dihadapkan pada krisis logistik. Ruyatman mengungkapkan, bantuan yang datang belum sebanding dengan jumlah pengungsi yang terus bertambah.
“Yang paling mendesak itu kebutuhan bayi seperti pampers, lalu selimut dan kasur. Di sini banyak balita dan lansia, lantai sekolah dingin, obat-obatan juga sangat dibutuhkan karena sudah ada warga yang jatuh sakit,” ungkap Ruyatman.
Banyak warga yang lari menyelamatkan diri tanpa sempat membawa pakaian ganti. Harta benda mereka tertinggal di rumah-rumah yang kini mungkin sudah menjadi dasar Sungai Cidadap.
Tragedi Cidadap tak hanya milik Sawah Tengah. Di seberang sana, Kampung Cisarua RT 03/15 mengalami nasib terisolasi yang tak kalah miris.
Sebanyak 21 KK (71 jiwa) terisolasi di kampung mereka karena jembatan penghubung tunggal putus total sejak banjir.
“Sampai saat ini, belum ada penyaluran bantuan ke sana karena akses yang susah,” jelas Ruyatman.
Sementara itu, warga Kampung Cipanas sebanyak 86 jiwa terpaksa bertahan di rumah masing-masing di zona bahaya, karena posko pengungsian sudah tak sanggup lagi menampung.
Kini, harapan warga Sawah Tengah hanya satu: Relokasi. Tanah lama mereka sudah hilang. Jika Pemerintah Kabupaten Sukabumi maupun Pemerintah Provinsi Jawa Barat tidak bergerak cepat, keberadaan Kampung Sawah Tengah benar-benar akan musnah.
Warga tidak hanya meminta makanan, mereka meminta tanah untuk memulihkan kehidupan. Sebelum kampung mereka benar-benar hanya menjadi nama dalam arsip desa, sebuah kenangan tentang tempat yang pernah ada sebelum Sungai Cidadap mengambilnya paksa.
