Seorang turis asal Jerman yang awalnya ingin membawa pulang kenang-kenangan dari liburannya di Kepulauan Canary, Spanyol, justru mengalami nasib nahas. Batu vulkanik yang ia curi dari kawasan Taman Nasional Timanfaya bukan membawa keberuntungan, melainkan disebut-sebut mendatangkan ‘kutukan’.
Kisah ini terungkap setelah Taman Nasional Timanfaya membagikan surat tulisan tangan dari sang turis, seperti dilansir dari infoTravel, dalam surat itu, pria Jerman tersebut mengaku telah mencuri batu-batu vulkanik dari taman nasional dan menyesali perbuatannya.
“Saya pernah mendengar legenda bahwa pemindahan batu vulkanik dari sumbernya membawa nasib buruk, dan saya khawatir ini telah menimpa saya,” tulisnya dalam surat tersebut.
Turis itu mengaku mengalami tragedi pribadi besar setelah membawa pulang batu-batu dari taman nasional. Ia percaya musibah yang menimpanya merupakan akibat langsung dari tindakannya mengambil batu tersebut.
“Setelah tragedi pribadi yang besar, saya merasa terdorong untuk mengembalikan beberapa gram batu ini ke Fine Mountain,” lanjutnya.
Berbeda dari kebanyakan pelancong yang berusaha menyembunyikan tindakan buruknya, turis Jerman itu justru berharap kisahnya dapat menjadi peringatan bagi pengunjung lain.
“Saya akan sangat berterima kasih jika Anda menyebarkannya di luar pusat pengunjung tempat saya mengambilnya, di tempat ‘bara panas’,” tulisnya lagi, merujuk pada area Montañas del Fuego, bagian utama dari Taman Nasional Timanfaya.
Menurut pihak taman nasional, surat tersebut sebenarnya dikirim beberapa tahun lalu, namun baru dipublikasikan belum lama ini bersamaan dengan kampanye edukasi untuk mencegah pencurian batu atau elemen alam dari kawasan taman.
Pihak taman menegaskan, mengambil batu, pasir, atau benda alam lainnya dari taman nasional adalah tindakan ilegal yang dapat dikenai denda hingga USD 3.400 atau sekitar Rp56,4 juta.
Insiden pencurian seperti ini ternyata bukan hal baru. Sejak lama, petugas bandara César Manrique di Kepulauan Canary sering menemukan batu dan pasir Timanfaya di dalam koper para turis.
Aksi kecil yang tampak sepele itu sebenarnya berdampak besar terhadap ekosistem taman nasional. Batu-batu vulkanik di kawasan tersebut menjadi tempat hidup bagi tanaman kecil, jamur, serangga, dan spesies endemik lainnya. Ketika batu-batu itu diambil, rantai ekosistem terganggu dan dapat menyebabkan erosi serta hilangnya habitat alami.
“Batu itu tak berarti apa-apa di etalase Anda, bukan suvenir atau bahan baku liontin. Batu itu milik alam. Batu itu menopang kehidupan dan budaya pulau kita. Mencuri alam sama saja dengan mencuri masa depan,” tulis pihak taman dalam pernyataan resminya.
Fenomena serupa ternyata juga terjadi di berbagai belahan dunia. Pada 2022, Taman Nasional Haleakalā di Hawaii menerima kiriman batu-batu yang sebelumnya dicuri oleh seorang pengunjung. Bersama batu-batu itu, ia menyertakan surat permintaan maaf.
“Saya sangat meminta maaf karena telah mengambil batu-batu ini dari tanah adat. Saya ingin mengembalikannya ke tempat asalnya. Terima kasih,” tulis pengirim anonim itu dalam catatannya.
Pihak taman nasional di Hawaii kemudian menegaskan bahwa mengambil batu, pasir, atau benda alam dari kawasan taman adalah tindakan tidak pantas dan melanggar hukum, karena wilayah tersebut dianggap tanah adat yang sakral.
Artikel ini sudah tayang di infoTravel
