Detik-detik Kelas SMKN Cileungsi Ambruk Timpa Murid

Posted on

Suasana kelas XI Teknik Logistik SMKN 1 Cileungsi pada Selasa pagi (10/9/2025) awalnya berjalan santai. Baru saja menyelesaikan pelajaran Bahasa Jepang, para siswa tengah menanti jam istirahat. Beberapa ada yang tiduran, sebagian sibuk mengisi daya ponsel, sementara lainnya membuka bekal makanan. Namun dalam hitungan info, keceriaan itu berubah menjadi kepanikan besar.

Sekejap setelah suara keras terdengar dari atas, ruangan seisi kelas berubah menjadi lautan jeritan. Teriakan panik bercampur dengan tangisan dan rintihan kesakitan. Puing-puing atap jatuh menimpa tubuh siswa, membuat suasana semakin kacau.

“Suasananya keos banget, ada yang kaget, ada yang panik, ada yang kesakitan,” tutur Annisa Nur Afni (17), siswi kelas XI Teknik Logistik, salah satu korban yang selamat.

Annisa masih ingat jelas, sekitar pukul 09.00 hingga 10.00 WIB, atap lantai dua bangunan ambruk tanpa tanda-tanda sebelumnya.

“Enggak ada angin, enggak ada hujan, tiba-tiba roboh aja gitu,” katanya.

Ia sendiri mengalami benjol di kepala akibat tertimpa reruntuhan. Memang yang paling terkena dampak ambruknya atap bangunan yang baru 10 tahun berdiri itu adalah murid yang sisi kanan dari pintu masuk kelas.

“Saya ketiban juga, tapi enggak terlalu parah. Ada teman yang lagi tiduran kena lebih parah,” ujarnya lirih.

Meski tubuhnya sakit, Annisa berusaha tetap tenang. Di tengah kepanikan teman-temannya yang berlarian mencari jalan keluar, ia mencoba menenangkan diri.

“Saya enggak terlalu panik, malah sempat ngerekam suasana di dalam kelas. Lalu saya coba nyari jalan keluar. Kita harus merangkak di bawah meja supaya bisa keluar,” tuturnya.

Di luar kelas, kondisi tak kalah menakutkan. Puing-puing atap berserakan di lorong dan tangga, membuat jalur evakuasi terhambat.

“Selasar besar sebenarnya masih kuat, masih kokoh. Yang parah itu bagian atas tangga (jalur naik-turun siswa) sama sisi kanan bangunan. Jadi kita keluar pelan-pelan, saling menjaga satu sama lain,” kata Annisa.

Menurutnya, hampir separuh dari 40-an siswa di kelasnya terkena dampak runtuhan. Beberapa dilarikan ke rumah sakit dengan luka serius.

“Ada teman yang masih dirawat karena luka berat. Kalau saya dan sebagian teman lain sudah boleh pulang,” katanya.

Tak hanya luka fisik, peristiwa itu juga meninggalkan trauma mendalam bagi para siswa. Novita (16), teman sekelas Annisa, mengaku masih diliputi rasa takut.

“Kalau lihat atap aja sekarang udah takut, langsung kebayang kejadian tadi,” ucapnya dengan suara pelan.

Annisa sendiri mengaku masih syok, tetapi bersyukur bisa selamat bersama teman-temannya.

“Waktu kejadian itu keos banget, tapi kita semua berusaha saling bantu. Ada yang menggotong teman, ada yang mengarahkan jalan keluar. Rasanya seperti enggak percaya bisa terjadi di sekolah kita,” kata Annisa.

Rencananya, menurut Annisa, pihak sekolah akan membicarakan kelanjutan proses belajar dengan orang tua siswa. “Kayaknya enggak mungkin langsung masuk lagi besok. Mungkin sementara sekolah online atau moving class. Soalnya masih trauma juga, Pak,” ungkapnya.

Dari hasil peninjauan, Kadisdik Jawa Barat Purwanto menyebut konstruksi atap diduga menjadi penyebab utama runtuhnya bangunan.

“Atapnya di lantai dua, tentu tekanannya besar. Genting yang dipakai juga berat, usianya sudah sekitar 10 tahun. Struktur baja ringan kelihatan tidak kuat menahan beban sehingga akhirnya roboh. Perlu diteliti lagi apakah perencanaannya dulu sesuai dengan pelaksanaan,” ungkap Purwanto.

Sementara itu, Bupati Bogor Rudy Susmanto menegaskan Pemkab Bogor tetap turun tangan meski kewenangan SMA/SMK berada di pemerintah provinsi.

“Yang bersekolah di sini adalah anak-anak masyarakat Kabupaten Bogor. Kami pastikan semua korban tertangani di rumah sakit, tinggal tujuh siswa yang masih dirawat. Kami juga menyiapkan trauma healing, bahkan siap mendatangi rumah siswa bila diperlukan,” ujarnya di lokasi.

Rudy menambahkan, proses belajar mengajar tidak boleh terhenti. Besok, Kamis (11/10/2025), pihak sekolah akan mengundang orang tua siswa untuk mencari solusi bersama.

“Tidak mungkin langsung masuk, perlu penyesuaian supaya psikologis anak-anak pulih. Kalau perlu sementara belajar dari rumah atau sistem moving class,” kata Rudy.