Ambisi besar pemerintah untuk menjadikan kawasan Rebana sebagai motor pertumbuhan ekonomi baru di Jawa Barat kembali ditegaskan dalam infocom Regional Summit 2025 yang digelar di Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, Senin (19/5/2025).
Salah satu sorotan utama datang dari Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Dedi Latip, yang memaparkan strategi besar Indonesia dalam menarik arus investasi masuk, baik dari dalam negeri (PMDN) maupun luar negeri (PMA).
Dedi mengungkapkan bahwa pemerintah menargetkan realisasi investasi nasional sebesar Rp 13.000 triliun dalam lima tahun ke depan. Capaian tahun 2025 sendiri ditargetkan menembus Rp 1.905 triliun, dan diharapkan terus meningkat hingga Rp 3.414 triliun pada tahun 2029-atau tumbuh 8 persen setiap tahunnya.
“Untuk mewujudkan target ambisius ini, dibutuhkan percepatan dan reformasi besar-besaran dalam hal perizinan, regulasi, dan peningkatan daya saing,” tegas Dedi.
Ia mengakui bahwa hingga saat ini, proses perizinan terutama bagi Penanaman Modal Asing (PMA) masih menjadi kendala utama. Oleh karena itu, pihaknya tengah menyusun rencana perubahan besar terhadap persyaratan dasar pendirian usaha. Beberapa aspek seperti BKKPR (persetujuan kesesuaian tata ruang), izin lingkungan, hingga perizinan bangunan akan disederhanakan dan disesuaikan agar lebih ramah investor.
“Kami pro terhadap bisnis, namun juga tetap mendukung tata kelola pemerintahan yang baik. Perizinan harus direformasi secara total. Selama ini koordinasi antarinstansi hanya berlangsung di ruang-ruang terbatas, ini harus kita ubah,” kata Dedi.
Ia juga menekankan bahwa menarik investor saja tidak cukup. Pemerintah juga harus menjaga kenyamanan dan keberlanjutan investasi yang sudah ada, termasuk dengan menanggulangi berbagai persoalan di lapangan seperti premanisme, konflik lahan, hingga sengketa antar pelaku usaha.
“Jangan sampai kita berhasil membawa masuk investor besar, tetapi mereka justru hengkang karena persoalan teknis di lapangan. Ini soal kepercayaan dan kredibilitas negara,” tambahnya.
Dedi mengajak seluruh pemerintah daerah, khususnya di kawasan Rebana, untuk mengubah mindset dan bersikap total dalam memberikan ruang dan peluang kepada investor, terutama di sektor padat modal dan padat karya. Ia juga menyebut bahwa meskipun PMDN diprioritaskan, kehadiran PMA tetap penting untuk meningkatkan daya saing Indonesia di kawasan Asia Tenggara.
“Kita masih kalah bersaing dalam menarik investor asing. Karena itu, sinergi antara pusat dan daerah sangat penting untuk menyediakan fasilitas dan kemudahan yang dibutuhkan investor,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Dedi juga menyoroti pentingnya keberlanjutan dalam pembangunan kawasan industri. Dari total 145 kawasan industri yang sudah ada, para investor kini semakin menuntut komitmen terhadap lingkungan hidup sejalan dengan Paris Agreement.
“Pembangunan industri tidak hanya soal lahan dan pabrik, tapi juga harus mempersiapkan tenaga kerja yang kompeten dan memastikan kawasan tersebut tetap lestari dan berkelanjutan,” tegasnya.
Acara yang melibatkan para menteri dan kepala daerah ini mengusung tema ‘Investasi dan Pengembangan Berkelanjutan di Jantung Jawa Barat’.
Sejumlah Kementerian dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat menjadi pembicara di infocom Regional Summit, di antaranya Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM Dedi Latip, dan Sekjen Kementerian Perhubungan Antoni Arif Pribadi dan Gubernur Jabar Dedi Mulyadi.
Sementara itu, tujuh kepala daerah juga mengungkapkan pandangannya tentang tantangan dan masa depan Rebana. Ketujuh kepala daerah yang hadir di antaranya Wali Kota Cirebon Effendi Edo, Bupati Majalengka Eman Suherman, Bupati Cirebon yang diwakili Wakil Bupati Cirebon Agus Kurniawan Budiman, Bupati Kuningan Dian Rachmat Yanuar, Bupati Indramayu Lucky Hakim, Bupati Subang Reynaldy Putra Andita dan Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir.
Mereka mengupas persoalan Rebana dari mulai sinergitas antardaerah, peran masing-masing daerah, hingga roadmap bersama untuk pengembangan kawasan Rebana dalam jangka pendek, menengah, dan panjang jadi pembahasan.
Rebana menjadi episentrum baru pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat. Kawasan ini terdiri dari tujuh daerah, Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Subang, Sumedang, Kuningan, Majalengka, dan Indramayu. Menurut data Pemprov Jabar, Rebana memiliki luas 43 ribu hektare. Menurut Kepala Pelaksana Badan Pengelola Rebana Bernardus Djonoputro, nilai investasi di kawasan Rebana mencapai Rp23 triliun pada 2024, atau meningkat 8% lebih dibandingkan tahun sebelumnya.
Berdasarkan catatan infocom, pengembangan Kawasan Rebana ini terus berkembang dari tahun ke tahun. Terdapat total 13 Kawasan Peruntukan Industri (KPI) yang direncanakan dibangun di Rebana, menjadi tanda positif bagi pertumbuhan ekonomi dan industri di Jabar. Hal ini juga membuka peluang bagi daerah penyangga, terutama dalam mendukung aspek logistik, sarana prasarana, kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas, serta pemenuhan realisasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDG’s).
infocom Regional Summit didukung oleh PT Pertamina (Persero), Patimban Industrial Estate a Barito Pacific Company, dan PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Jawa Barat.