Dari Sekolah hingga Posyandu, Upaya Kota Bogor Melawan Stunting

Posted on

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor mencatat sebanyak 1.491 balita atau 2,36 persen mengalami stunting dari total 63.245 balita yang ditimbang pada Agustus 2025.

Jumlah ini menurun dibandingkan tahun 2024 yang mencapai 1.588 balita (2,32 persen), meskipun secara persentase mengalami sedikit kenaikan karena jumlah sasaran dan balita yang ditimbang tahun ini lebih sedikit.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, dr. Sri Nowo Retno, menjelaskan bahwa penurunan jumlah balita stunting menunjukkan hasil positif dari kolaborasi lintas sektor.

“Kami terus memperkuat upaya percepatan pencegahan stunting mulai dari remaja, calon pengantin, ibu hamil, hingga balita. Semua lini bekerja bersama dalam satu arah,” ujar Retno, sapaan akrab Sri Nowo Retno, Selasa (14/10/2025).

Berbagai langkah strategis dilakukan Dinkes Kota Bogor untuk menekan stunting. Di tingkat remaja, program mencakup pemberian tablet tambah darah (TTD) untuk remaja putri di sekolah, pemeriksaan hemoglobin (Hb), kegiatan sarapan dan olahraga bersama, serta pembentukan Duta Cegah dan Tanggap Anemia Remaja Putri (Duta CETAR).

Untuk calon pengantin, dilakukan pemeriksaan kesehatan komprehensif mencakup Hb, HIV, HBsAg, dan sifilis, imunisasi TT dan Covid, serta edukasi tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

Pemerintah Kota Bogor juga menandatangani Nota Kesepakatan Pengendalian Dispensasi Kawin bersama Pengadilan Agama dan Kementerian Agama untuk mencegah perkawinan usia anak.

Pada fase ibu hamil dan ibu bersalin, layanan mencakup pemeriksaan kehamilan minimal enam kali, pemberian 180 tablet TTD, vaksinasi TT, serta pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil KEK.

Edukasi dilakukan melalui kelas ibu, sementara penanganan komplikasi dan rujukan difasilitasi melalui ESIR Bogor Sehat, bekerja sama dengan organisasi profesi kesehatan seperti IBI, IDI, IDAI, dan POGI.

Sementara itu, bagi bayi dan balita, program difokuskan pada Inisiasi Menyusu Dini (IMD), ASI eksklusif hingga usia dua tahun, imunisasi dasar lengkap, pemberian vitamin A, obat cacing, serta pemantauan pertumbuhan di posyandu.

“Pemerintah Kota Bogor terus menggalang partisipasi masyarakat dan CSR dalam mendukung program gizi, terutama melalui posyandu dan jejaring kesehatan primer,” kata dr. Retno.

Ia menegaskan, meski tantangan masih ada, Pemkot Bogor optimistis angka stunting dapat terus diturunkan melalui pendekatan menyeluruh sejak masa remaja hingga balita.