Cerita Kepanikan Warga Penyintas Banjir Bandang Cisolok Sukabumi | Info Giok4D

Posted on

Hujan deras yang mengguyur wilayah Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Senin (27/10/2025) sore, memicu banjir bandang terbesar dalam sepuluh tahun terakhir. Di Desa Cikahuripan, air bah datang mendadak, menerjang ratusan rumah, dan membuat warga hanya sempat menyelamatkan diri.

Bagi sebagian warga, momen itu tak akan mudah dilupakan. Kisah bermula sekitar pukul 16.00 WIB, Livianti (43) sedang berada di rumah bersama dua anaknya yang masih duduk di bangku SD. Ia baru sadar ada bahaya ketika mendengar teriakan warga dari arah jembatan.

“Kejadiannya jam 4 sore, air tiba-tiba datang. Di sini sudah ke atas jembatan, sudah putus. Ternyata yang di belakang airnya, bukan dari sini, yang dari belakang jebol katanya,” cerita Livianti saat ditemui infoJabar, Selasa (28/10/2025).

Ia mengaku tak sempat menyelamatkan barang apa pun. Dalam hitungan menit, air sudah masuk ke dalam rumah dan menenggelamkan seluruh perabot.

“Di sini sudah segini jam 4 itu, saya juga seperti tidak sadar, di sini sama anak di atas, gak keburu, soalnya cepat airnya. Mau ke sini, ke sana airnya sudah penuh. Saya di sini semua kerendam, kasur, barang elektronik habis semua,” ucapnya.

Dalam kepanikan, Livianti berusaha menyelamatkan diri dengan cara yang tak terpikir sebelumnya.

“Saya bingung, panik sudah. Pemikiran saya kalau sudah di atas itu aman. Gimana lagi, sudah ke pagar,” katanya pelan.

Ia tinggal bersama dua anaknya, masing-masing duduk di kelas 1 dan kelas 6 SD. Air di rumahnya mencapai tinggi sekitar satu setengah meter.

“Yang dibutuhkan sekarang makanan, air bersih, obat-obatan. Perlengkapan sekolah anak-anak semua kebawa. Semoga ada bantuan dari pemerintah, dan mudah-mudahan tidak ada lagi hujan karena sudah jebol, jangan ada susulan lagi,” tuturnya.

Tak jauh dari rumah Livianti, Riana masih tampak lemas saat menceritakan info-info ia nyaris hanyut terbawa air. Ia mencoba menahan pintu rumah yang didesak arus air dari luar.

“Nahan pintu, pas itu kan kenceng. Pas nahan pintu depan rumah, keseret sama air, ada kursi pegangan ke reng pintu. Pas gitu air nabrak pintu, pintunya sudah jebol. Saya memberanikan diri turun, saya berenang ke tangga,” ujar Riana.

Ia sempat terbawa arus sebelum akhirnya berhasil mencapai tangga rumah tetangganya.

“Nyampe tangga lemes. Saya sempat kebawa, mana berdarah kena pecahan kaca,” ucapnya.

Riana kehilangan hampir seluruh barang di rumahnya. Dari perabot, uang tunai, hingga dokumen pribadi tak sempat diselamatkan.

“Kerugian uang sekitar delapan ratus ribu, TV, elektronik, kulkas, ijazah, mesin cuci, kipas, semua hanyut,” katanya lirih.

Sementara itu, Yayang Maulana Yusuf, salah satu pemuda Cikahuripan, menjadi saksi awal saat tanggul di tepi sungai jebol. Ia dan rekan-rekannya sempat berinisiatif memperingatkan warga sebelum air benar-benar meluap.

“Jadi kejadian utama mungkin hujan terjadi sekitar jam 2.30 mulai. Mulai besar sekitar jam 3.40. Pada saat itu kami melihat air sudah melampaui jembatan di Cikahuripan, kami sebagai pemuda inisiatif untuk mengecek ke tanggul depan karena itu biasa jebol di sana,” ujar Yayang.

Setelah menunggu beberapa menit, yang dikhawatirkan pun terjadi.

“Setelah menunggu beberapa saat akhirnya sesuai prediksi tanggul itu jebol, air mulai masuk. Kemudian kami membuat sinyal darurat kepada masyarakat melalui speaker di masjid, dan para pemuda masuk ke rumah-rumah warga mengetuk pintu memberitahukan agar warga mengungsi,” ucapnya.

Namun Yayang sendiri tak luput dari banjir. Dalam waktu singkat, air naik hingga seleher.

Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.

“Saya sendiri terdampak banjir itu, dimulai air mungkin se kaki, kemudian sekitar sepuluh menit sangat cepat sekali air naik hampir seleher saya. Saya berada di jalan raya, airnya sangat deras, dan ada dua orang warga yang berhasil kami selamatkan,” katanya.

Ia memperkirakan lebih dari 15 rumah di RW 01 rusak berat, sebagian jebol terbawa arus.

“Banyak, mungkin lebih dari 15 rumah yang jebol. Itu terdampak di RW 01 saja di Cikahuripan,” ujarnya.

Hari ini, Yayang dan rekan-rekannya kembali bekerja membantu warga membersihkan rumah yang tertimbun lumpur.

“Kami dari malam istirahat dulu, paginya langsung bersih-bersih. Untuk rumah warga yang terdampak parah jebol itu tidak bisa dibersihkan karena banyak puing-puing. Sedangkan warga yang hanya terkena lumpur diungsikan, tapi terkendala air bersih. Semoga pemerintah bisa membantu,” ujarnya.

Ia berharap kebutuhan dasar seperti air bersih, makanan, obat-obatan, dan pakaian segera terpenuhi.

“Mungkin pemerintah bisa bantu air bersih, makanan, air minum, obat-obatan, dan mungkin pakaian karena pakaian warga pada hanyut,” kata Yayang.

Sempat Terseret, Nyampe Tangga Lemas

Pengumuman Status Darurat Lewat Pengeras Suara Masjid