Situ Wangi di Desa Winduraja, Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis kembali bersinar pada Sabtu malam (22/11/2025). Meski langit sempat turun hujan, semangat warga tak surut. Mereka tetap datang untuk menghadiri Tradisi Damar Larung yang hanya digelar dua tahun sekali.
Tradisi Damar Larung ini dimulai sejak Sabtu siang dengan kegiatan pelayanan kesehatan gratis, donor darah hingga santunan. Warga juga terlibat dalam penanaman pohon sebagai bentuk upaya menjaga alam.
Menjelang malam, panggung seni mulai menghidupkan suasana. Alunan gamelan Gondang Galuh Ethnic Winduraja berpadu dengan pertunjukan dari siswa SMKN 1 Kawali. Ketika langit mulai gelap, ratusan damar berbahan serabut kelapa yang dibentuk menyerupai kembang Cakra Galuh disiapkan untuk dilarung. (dihanyutkan ke situ).
Kepala Desa Winduraja Endang Suryaman menuturkan, nama Damar Larung sengaja dipilih untuk menghidupkan kembali jejak budaya leluhur. Menurutnya, bentuk damar yang menyerupai Cakra Galuh bukan sekadar estetika, tetapi memiliki nilai sejarah kuat.
“Bentuk kembang Cakra Galuh ini adalah peninggalan karuhun. Kalau dilihat dari atas, wujudnya benar-benar seperti kembang Cakra Galuh,” kata Endang.
Ia berharap prosesi budaya ini mampu mendongkrak popularitas Situ Wangi sebagai destinasi wisata unggulan.
“Intinya, kami ingin Situ Wangi semakin dikenal. Kalau wisatawan datang, PAD kabupaten dan desa bisa tumbuh,” katanya.
Kepala Dinas Pariwisata Ciamis Heryan Rusyandi mengatakan, tahun ini merupakan penyelenggaraan Damar Larung Jilid 2, sebuah agenda budaya yang dilaksanakan dua tahun sekali. Tema yang diangkat pun sarat pesan yakni alam lestari, budaya terjaga.
“Kegiatan ini bagian dari upaya melestarikan budaya dan alam. Semoga tradisi seperti ini tidak hilang, tetapi justru semakin berkembang dengan kreativitas baru dari Pokdarwis Prabuwangi,” ujarnya.
Menurut Heryan, damar yang dilarung malam itu berjumlah seribu buah, dipersiapkan selama kurang lebih dua bulan. Ia menegaskan makna damar bukan sekadar penerangan fisik, tetapi simbol harapan agar kehidupan masyarakat tetap diberi petunjuk dan keberkahan.
“Damar ini memberi penerangan, memberi kehidupan. Filosofinya sangat dalam,” ucapnya.
Selain prosesi pelarungan, kegiatan pagi hari juga sarat nilai sosial dan lingkungan, mulai dari bakti sosial hingga penanaman 1.000 pohon yang diharapkan menjadi benteng hijau bagi kawasan Situ Wangi.
Heryan menambahkan, pihaknya mendorong Damar Larung masuk ke kalender rutin pariwisata daerah. Dengan kunjungan wisata Ciamis yang kini mencapai sekitar 1.500 wisatawan setiap akhir tahun, ia yakin tradisi ini bisa menjadi magnet baru.
“Kami berharap tradisi Damar Larung bisa menarik lebih banyak pengunjung ke Situ Wangi. Silakan teman-teman media turut menyebarkan informasi agar masyarakat semakin mengenal budaya ini,” ujarnya.
Kepala Dinas Pariwisata Ciamis Heryan Rusyandi mengatakan, tahun ini merupakan penyelenggaraan Damar Larung Jilid 2, sebuah agenda budaya yang dilaksanakan dua tahun sekali. Tema yang diangkat pun sarat pesan yakni alam lestari, budaya terjaga.
“Kegiatan ini bagian dari upaya melestarikan budaya dan alam. Semoga tradisi seperti ini tidak hilang, tetapi justru semakin berkembang dengan kreativitas baru dari Pokdarwis Prabuwangi,” ujarnya.
Menurut Heryan, damar yang dilarung malam itu berjumlah seribu buah, dipersiapkan selama kurang lebih dua bulan. Ia menegaskan makna damar bukan sekadar penerangan fisik, tetapi simbol harapan agar kehidupan masyarakat tetap diberi petunjuk dan keberkahan.
“Damar ini memberi penerangan, memberi kehidupan. Filosofinya sangat dalam,” ucapnya.
Selain prosesi pelarungan, kegiatan pagi hari juga sarat nilai sosial dan lingkungan, mulai dari bakti sosial hingga penanaman 1.000 pohon yang diharapkan menjadi benteng hijau bagi kawasan Situ Wangi.
Heryan menambahkan, pihaknya mendorong Damar Larung masuk ke kalender rutin pariwisata daerah. Dengan kunjungan wisata Ciamis yang kini mencapai sekitar 1.500 wisatawan setiap akhir tahun, ia yakin tradisi ini bisa menjadi magnet baru.
“Kami berharap tradisi Damar Larung bisa menarik lebih banyak pengunjung ke Situ Wangi. Silakan teman-teman media turut menyebarkan informasi agar masyarakat semakin mengenal budaya ini,” ujarnya.
