Beasiswa Zakat Jaga Asa Penuntut Ilmu dari Desa Menuju Madinah

Posted on

Di setiap sudut negeri ini, ada anak-anak muda yang memeluk erat buku-buku mereka, bukan sekadar untuk mengejar gelar, tetapi untuk menjaga api ilmu agar tetap menyala.

Mereka tumbuh di tengah keterbatasan, di kampung-kampung kecil, di pesantren terpencil, di kota yang hiruk pikuknya tak pernah berhenti. Namun semangat mereka satu, menuntut ilmu sebagai jalan pengabdian kepada Allah.

Di tengah derasnya tantangan biaya, beasiswa pendidikan berbasis zakat hadir seperti mata air di padang tandus. Ia bukan hanya menghapus cemas soal biaya pendidikan atau buku pelajaran, tetapi juga menjadi jembatan bagi para penuntut ilmu untuk tetap berdiri tegak.

Dari zakat itu lahirlah para penghafal Al-Qur’an yang kelak membimbing umat, para dai yang menyebarkan syiar agama dengan ilmu yang sahih, hingga para profesional muslim yang menanamkan nilai-nilai Islam di bidangnya masing-masing.

Hal itulah yang dirasakan oleh Rizal Thama Oktavian, pemuda asal Lampung yang merantau dari kampungnya untuk mendalami pendidikan Al-Qur’an.

“Jadi karena memang pada kondisi masyarakat di kampung saya, itu sangat terbatas untuk ilmu pengetahuan agamanya. Terlebih lagi keluarga, saya pribadi pun dalam pengetahuan agama sangat terbatas,” ujar Rizal belum lama ini, melalui wawancara daring di Bandung.

Saat hendak melanjutkan ke pendidikan tinggi, kendala yang ia hadapi adalah keterbatasan biaya dan fasilitas belajar saat menuntut ilmu di perantauan. Ia pun berusaha dengan mencari kuota beasiswa di berbagai universitas, tetapi belum juga membuahkan hasil.

“Di sisi lain, tantangan itu justru melatih kesabaran, keikhlasan dan juga kemandirian bagi diri saya. Alhamdulillah, di tengah perjalanan Allah tolong, Allah berikan jalan dengan hadirnya dukungan zakat yang sangat meringankan perjalanan pendidikan ini. Dengan adanya bantuan ini, saya jadi lebih fokus untuk menekuni ilmu tanpa harus khawatir dengan beban biaya begitu,” katanya.

Rizal merupakan salah seorang penerima beasiswa pendidikan dari Lembaga Amil Zakat (LAZ) Muslim Peduli. Rizal pun akhirnya bisa melanjutkan pendidikan ke Institut Agama Islam Pemalang Jawa Tengah, dan meraih gelar sarjana pendidikan pada 2024.

“Alhamdulillah, saya sangat bersyukur, ya, karena mendapatkan dukungan untuk belajar melalui fasilitas dari LAZ. Ini perubahan yang paling terasa mungkin adalah bertambahnya kepercayaan diri di dalam menempuh perjalanan pendidikan ini serta semangat yang terus ada karena saya merasa bahwa ada banyak pihak yang peduli dan mendukung perjalanan pendidikan saya yang tadinya mungkin sempat pesimis gitu, sempat khawatir,” katanya.

Saat ini, Rizal aktif menjadi salah seorang pengajar di lembaga pendidikan Islam atau pesantren di Garut. Ia pun berharap bisa melanjutkan pendidikan magister (S2).

“Saya menyampaikan banyak terima kasih kepada para muzakki yang telah menyalurkan hartanya di dunia pendidikan sehingga bisa membantu para penuntut ilmu untuk terus belajar dan memberikan manfaat kepada umat dan pada LAZ yang telah membantu mengkoordinir dan menyalurkan zakat orang-orang yang berzakat ini. Semoga Allah berikan balasan yang terbaik bagi dunia dan di akhirat, jazaakumullahu khairan,” kata Rizal.

Beasiswa pendidikan dari LAZ Muslim Peduli tak hanya memfasilitasi para penuntut ilmu di dalam negeri. Tetapi juga membuka jalan bagi penuntut ilmu yang ingin belajar ilmu agama di Tanah Suci, Madinah. Salah satu penerima beasiswa itu, ialah Muhammad Kautsar Abdissalam (25).

Selulus sekolah dasar negeri, Kautsar mengenyam pendidikan di pesantren Sabilunnajah untuk pendidikan menengah dan atasnya. Kenikmatan dalam menuntut ilmu semakin ia rasakan, ketika ia masuk ke Ma’had Imam Asy-Syafi’i (MIAS) di Cilacap, Jawa Tengah.

“Semakin tertarik dengan ilmu agama, terlebih lagi pas saya di Cilacap. Banyak hal yang saya baru tahu gitu. Oh, ternyata ini salah, ternyata yang benar kayak begini gitu. Nah, setelah dari situ, saya ingin melanjutkan belajar, meskipun bukan kuliah yang penting belajar gitu,” ujar Kautsar.

Tawaran kemudian datang dari Pengasuh (Mudir) Pondok Pesantren Sabilunnajah, Ustadz Beni Sarbeni kepada Kautsar untuk meneruskan belajar di Kuliyyah Haram, Masjid Nabawi, Madinah. Kesempatan itu, tak ia sia-siakan. Selama enam bulan, ia kemudian mengurus segala keperluan untuk kuliah termasuk membuat visa dan rampung pada 2024 lalu.

Setelah melalui serangkaian tes, Kautsar akhirnya diterima belajar di Madinah. Di sana, ia mengambil jurusan akidah.
Bersama para penuntut ilmu asal Indonesia lainnya, ia tinggal di syuqqah atau asrama yang merupakan bagian dari bantuan LAZ Muslim Peduli.

Selama belajar di Madinah, Kautsar sempat menghadapi kendala bahasa, terutama saat berbincang bahasa Arab dengan syaikh yang berasal dari luar Saudi.

“Alhamdulillah, sekarang sudah semester tiga udah mulai terbiasa,” tuturnya.

Untuk keperluan sehari-hari, seperti makan. Kautsar memanfaatkan uang kompensasi yang diberikan pihak kampus. Hal yang cukup berat yang dihadapi oleh para penuntut ilmu di Madinah adalah saat mengurus iqomah atau izin tinggal bagi pelajar yang menempuh pendidikan di Arab Saudi. Iqomah ini harus dibayar satu tahun sekali yang bisa menghabiskan biaya hingga puluhan juta bila dirupiahkan.

“Karena ada bantuan dari muhsinin, jadi saya lebih fokus belajar, tempat tinggal sudah ada, makan tinggal cari sendiri dan iqomah sendiri sudah ada gitu kan. Jadi fokus belajar aja,” kata Kautsar.

Rencananya setelah menyelesaikan studi di Madinah, Kautsar bercita-cita untuk kembali mengabdi di Pesantren Sabilunnajah, tempat ia belajar selepas SD. Ia ingin mengajar aqidah, nahwu sharaf dan sirah.

“Saya mau menyampaikan apa yang sudah saya dapat selama ini dari pembelajaran SMP, SMA, kuliah sampai apa yang saya dapat di Madinah, dan saya juga ingin ke depannya selain balik ke sini untuk mengajar, saya ingin mengajak syaikh-syaikh di Arab datang ke Indonesia, untuk hadir ke pesantren ini,” katanya.

Penyaluran beasiswa pendidikan oleh LAZ Muslim Peduli dinilai Kautsar sangat penting sebagai investasi, untuk mencetak pendakwah-pendakwah yang mengajarkan ilmu yang sahih kepada masyarakat.

“Bagi saya sendiri, pentingnya zakat buat para pelajar ini untuk belajar untuk menempuh pendidikan, apalagi yang sekarang buat ke Madinah itu sebagai investasi ke depannya untuk para pendakwah yang baik, insya Allah berkualitas, Insyaallah. Karena, banyak sekali yang terhenti pendidikannya karena kekurangan biaya. Makanya, bagi saya ini, sangat penting untuk melahirkan pendakwah-pendakwah yang baru gitu,” kata Kautsar.

“Masya Allah. Jujur, di Indonesia ini, pendakwah-pendakwahnya belum banyak gitu, ya, lebih lagi yang di luar Jawa gitu, kan, sangat membutuhkan para pendakwah baru, gitu, kan, untuk menyebarkan agama yang haq ini,” ucapnya melanjutkan.

Pada 13 Maret 2023, LAZ Muslim Peduli telah mendapatkan izin operasional dari Kementerian Agama Republik Indonesia sebagai Lembaga Amil Zakat tingkat Kota/Kabupaten Bandung melalui SK No. 171 Tahun 2023.

Selama itu, LAZ Muslim Peduli telah menyalurkan bantuan dana beasiswa kepada para santri baik di dalam negeri seperti di Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bogor, maupun di luar negeri seperti Mekkah dan Madinah.

Pada tahun 2024, LAZ Muslim Peduli telah melakukan penyaluran program Peduli Beasiswa Santri sebesar Rp 409.643.800. Saat ini program Peduli Beasiswa Santri masih memiliki kekurangan anggaran ketercapaian sebesar Rp 1.590.356.200 dari target capaian Rp 2.000.000.000.

Selain menyalurkan kepada santri, LAZ Muslim Peduli juga telah menyalurkan bantuan dana beasiswa kepada para guru yang ada di Kota Bandung, Jawa Barat. LAZ Muslim Peduli telah menyalurkan sebesar Rp 3.220.000 dan masih kekurangan Rp 1.496.780.000 dengan target Rp 1.500.000.0000.

LAZ Muslim Peduli juga masih memiliki sejumlah program lain seperti di bidang dakwah, kemanusiaan, dan ekonomi.
Baru-baru ini LAZ Muslim Peduli juga diganjar penghargaan oleh BAZNAS RI, kategori LAZ tingkat Kabupaten/Kota dengan pelaporan terbaik, melalui kegiatan BAZNAS AWARDS 2025 di Jakarta.