Tak ada yang menyangka bahwa sebuah ide sederhana di tengah pandemi bisa tumbuh menjadi gerakan kultural yang memadukan musik, fashion, dan kecintaan pada kota membuat Bandung Belong To Us (BBTU) kini dikenal sebagai salah satu brand fashion ternama di Kota Bandung.
Fahmi Nurodin dan Kuch Eza, dua sahabat yang jadi penggagas BBTU, memulai semuanya dari kecintaan mereka terhadap musik dan kota tempat mereka tumbuh, Bandung.
“Awal mulanya ada Bandung Belong To Us ini event musik ya, Bandung Belong To Us tuh bukan sebuah brand fashion awal mulanya,” kata Eza saat berbincang dengan infoJabar belum lama ini.
“Karena sempat adanya pandemi di tahun 2020 ya kita nggak bisa bikin event offline, jadi kita bikin merchandise, namanya Bandung Belong To Us,” sambungnya membuka cerita.
Merchandise yang awalnya hanya pelengkap event, ternyata mendapat sambutan hangat. Identitas kuat yang ditanamkan pada Bandung Belong To Us terasa relevan dan dekat di hati banyak orang, terutama anak muda Bandung yang bangga pada kotanya.
“Kita ngerasa nama itu punya makna yang dalam. Bandung Belong To Us, Bandung milik kita semua. Siapapun yang tinggal di kota ini punya tanggung jawab buat ngejaga dan ngerawat Bandung,” ujar Eza.
Pesan itu bukan sekadar slogan, namun juga jadi semangat yang ditanamkan dalam tiap desain kaos, jaket, dan produk BBTU lainnya.
Seiring waktu, BBTU bukan hanya tumbuh sebagai brand fashion, tapi juga memperluas kiprahnya lewat Flower City Fest, festival musik yang mereka selenggarakan sebagai bentuk apresiasi untuk pelanggan setia mereka.
Flower City Fest bukan hanya ajang musik. Ia menjadi ruang temu bagi komunitas, ruang ekspresi, dan tentu saja ajang pembuktian bahwa BBTU lebih dari sekadar label baju, namun sebuah gerakan kultural.
“Jadi BBTU ini ada brand fashion, ada festival musiknya juga. Festival musik ini lebih ke reward buat customer, ada hajatannya, kalau orang Sunda atau orang Bandung bilang mah hajatannya ya di Flower City Fest ini,” terangnya.
Kini, BBTU telah menjadi salah satu brand fashion yang dikenal luas di Bandung, dikenakan dengan bangga oleh mereka yang merasa bagian dari kota ini. Dan bagi Fahmi dan Eza, perjalanan ini masih panjang.
“Bandung Belong To Us bukan cuma soal baju, tapi soal rasa memiliki. Tentang kota yang kita cintai, dan bagaimana kita bisa bikin sesuatu yang berarti darinya,” tutup Eza..
Yang menarik, BBTU benar-benar dibangun dari titik nol. Eza dan Fahmi membangun brand yang juga identik dengan klub sepakbola lokal kebanggaan warga Bandung ini dari uang hasil patungan.
“Kalau masalah modal kita mulai dari patungan lah, sangat minim lah gitu. Kita coba berdua fokusin beberapa produk, beberapa desain, kita ngelihat ada apa yang ramai ya kita fokusin di produk itu yang dipromosikan lebih gencar gitu,” terang Fahmi.
Pendekatan ini membuahkan hasil. Meski dimulai dengan sumber daya terbatas, BBTU mampu membaca pasar dengan cermat dan memaksimalkan potensi komunitas. Dengan strategi promosi yang kuat dan produk yang relevan, BBTU perlahan menjelma jadi simbol lokalitas dan gaya hidup urban Bandung.
Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.
“Mulai dari ya dari konten dan dari iklan, dari penyebaran juga ke grassroot-nya lah, kita benar-benar ke situ juga gitu. Jadi benar-benar dari tahap nol banget BBTU sampai sekarang tuh,” ucapnya.
“Malah produk BBTU jadi cenderamata orang kalau ke Bandung juga, jadi oleh-oleh lah ya,” tandasnya.