Tahun 2025 mencatat beragam peristiwa unik yang menyita perhatian masyarakat Jawa Barat. Salah satunya datang dari Kabupaten Cianjur, ketika sebilah bambu di Kampung Limbangan, Desa Cikaroya, Kecamatan Warungkondang, mendadak viral dan memantik perdebatan publik antara nalar, kepercayaan, dan fenomena media sosial.
Bambu yang berada di belakang rumah Rudi (58) itu mengalirkan air dalam jumlah besar tanpa terlihat tersambung selang atau keran. Video bambu tersebut tersebar luas di media sosial dan memicu rasa penasaran masyarakat. Tak sedikit warga meyakini air dari bambu itu membawa berkah hingga dipercaya dapat menyembuhkan penyakit.
Fenomena yang kemudian dikenal dengan sebutan ‘Bambu Sakti Pandanwangi’ itu membuat warga dari berbagai daerah berdatangan. Namun di tengah euforia, pemilik bambu justru berulang kali menegaskan bahwa temuannya bukanlah sesuatu yang bersifat mistis.
“Ini karya seni, ada trik sulap juga. Bukan mistis. Hanya ada yang mengaitkan ke mistis, jadinya salah kaprah. Yang harusnya ini dinikmati sebagai karya seni, malah dianggap ajaib dan punya khasiat airnya,” kata Rudi kala itu.
Ia mengaku tidak menyangka karya seni yang baru dibuat selama enam hari itu berkembang menjadi fenomena massal. Bahkan warga dari luar daerah ikut berdatangan untuk mengambil air.
“Ada yang dari sekitaran Cianjur, bahkan ada dari Cirebon yang datang. Tapi saya tegaskan ini air biasa, ini karya seni. Bahkan saya sudah pasang plang yah menjelaskan kalau ini bukan mistis dari logis,” ujarnya.
Rudi menjelaskan, bambu tersebut dibuat sebagai bentuk ekspresi seni sekaligus ajakan berpikir logis. Nama Pandanwangi, menurutnya, hanya simbol sastra untuk mengangkat potensi lokal.
“Saya hanya mengajak warga berpikir cara membuatnya. Kalau kaitan nama, sengaja dibuat begitu sebagai karya sastra, mengangkat potensi daerah, di mana di sini kan terkenalnya Pandanwangi. Tapi banyak yang menyalahartikan. Cukup disayangkan juga,” katanya.
Meski membantah unsur mistis, Rudi tetap menolak membongkar rahasia mekanisme di balik bambu tersebut.
“Kalau triknya saya tidak akan buka. Yang jelas ada alat, bukan selang. Ini alat yang memang logis dan pengaplikasian ilmu sains. Alat itu mengikat molekul air sehingga terkumpul di dalam bambu,” kata dia.
Seiring meningkatnya jumlah pengunjung, pemerintah desa pun turun tangan. Kekhawatiran akan kesalahpahaman publik mendorong keputusan untuk membongkar bambu tersebut demi mencegah persepsi menyimpang.
“Ini hasil rembukan semua pihak. Daripada menimbulkan persepsi menyimpang, lebih baik dibongkar sementara. Meskipun faktanya memang ini sebatas trik, tapi ada saja yang terkecoh. Diharapkan warga tidak mengaitkan dengan hal mistis apalagi menganggap airnya mujarab dan menyembuhkan,” kata Kepala Desa Cikaroya, Encep Mahmudin.
Fenomena ini juga mendapat sorotan dari Pesulap Merah, Marcel Radhival. Ia menilai secara logika, debit air yang stabil sulit terjadi tanpa sumber air tersembunyi.
“Konsepnya sama dengan ember tumpah di kolam renang. Airnya dialirkan dengan selang ke dalam bambu, ketika terisi penuh maka tumpah,” ujarnya.
“Kemungkinan besar ada selang. Karena dilihat dari debitnya stabil. Kalau alat kecil untuk menyerap kelembaban debitnya tidak akan sebesar itu,” tambahnya.
Marcel juga menyoroti konstruksi bambu yang dinilai tidak lazim jika ingin menampilkan trik murni.
“Supaya lebih ajaib, digantung saya pakai tali pancing yang kecil. Kan ada yang kuat sampai ratusan kilogram. Kalau di tiang, berarti ada selang transparan,” katanya.
