Di ruang tamunya yang masih terasa dingin sore itu, Siti Indriani (35) duduk sambil memandangi pojok tempat setrikaan.
Wanita yang tinggal di Kampung Cikaret RT 01/01, Desa Sukamekar, Sukaraja, Sukabumi masih belum percaya, di sudut itu Senin (7/7) sore seekor ular king kobra sebesar lengan orang dewasa dengan berat lima kilogram dan panjang tiga meter sempat menggulung diri.
“Kayak mimpi, saya baru lihat ular segede itu, apalagi di rumah sendiri. Ibu saya saja hidup 72 tahun di sini baru melihat ada king kobra, belum pernah dari dulu ada ular paling berbisa, berbahaya masuk rumah,” ujar Siti saat ditemui infoJabar di kediamannya pada Rabu (9/7/2025).
Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 16.30 WIB. Kala itu, Siti sedang bekerja di kantornya ketika ponselnya berdering. Sang ibu yang menelepon dari rumah terdengar panik.
“Katanya ada ular di rumah. Dari kantor saya langsung izin pulang duluan, buru-buru. Perjalanan ke sini sekitar 20 menitan, agak macet,” ceritanya.
Sesampainya di rumah, suasana sudah riuh. Meja-meja dipindahkan untuk memojokkan ular. Siti berjalan ke dalam dan mendapati ular hitam panjang itu menggulung tak jauh dari tempat salat.
“Yang pertama lihat bibi yang kerja di sini. Dia lagi duduk sama nenek di ruang tengah, dengar suara ‘gepluk’ dari arah jendela. Pas dilihat, katanya ada yang bergerak, panjang, hitam, hidup. Langsung telepon saya,” ujarnya.
Tak tinggal diam, Siti sempat mencoba meminta bantuan tetangga, tapi tidak ada yang berani mendekat. Akhirnya, ia pun menghubungi petugas pemadam kebakaran.
“Pas saya lihat sendiri, memang besar banget. Saya juga takut, makanya akhirnya nelepon Damkar. Di belakang sini memang ada sawah, tiap tahun kadang ada ular kecil masuk rumah, tapi nggak pernah sebesar ini,” ucapnya.
Petugas Damkar yang dihubungi Siti datang sekitar 10-15 menit kemudian. Sambil menunggu, Siti dan keluarganya memilih diam di ruang depan sambil terus mengawasi ular agar tak kabur.
“Ular itu diam aja, kayak mau maju, tapi nggak. Jadi kami nggak berani apa-apa, cuma didoain aja semoga diam sampai Damkar datang,” tambahnya.
Begitu petugas datang, evakuasi berlangsung cepat. Dengan alat penjepit khusus, ular itu berhasil diambil, dilakban bagian kepalanya, lalu dimasukkan ke dalam karung. “Karung beras ukuran 25 kilo aja susah nutup karena badannya besar banget,” ungkap Siti.
Setelah kejadian, Siti memastikan ke tetangga sekitar kalau-kalau ada yang memelihara ular tersebut. Namun, tak ada seorang pun yang mengaku.
“Udah ditanya-tanyain juga, nggak ada yang ngaku pelihara. Jadi ya nggak tahu ular itu dari mana. Mungkin saja terbawa arus dari atas karena di sini kan banyak perumahan baru yang mungkin dulunya itu habitat mereka,” katanya.
Siti mengaku salut dengan para petugas pemadam kebakaran yang dinilainya cepat, tanggap, dan terampil. Ia berharap pemerintah memperbanyak jumlah petugas Damkar di tiap kecamatan serta menyosialisasikan nomor layanan ke warga.
“Profesi Damkar itu luar biasa, benar-benar penting. Kalau ada kejadian begini kita nggak usah coba-coba tangani sendiri, apalagi kalau binatangnya berbisa. Lebih baik panggil Damkar. Mereka cepat datang cuma minta KTP sama alamat aja,” ujarnya.
“Banyak warga nggak tahu harus hubungi siapa kalau kejadian kayak gini. Kemarin juga warga ada yang cerita pernah ada ular tapi kebingungan harus gimana akhirnya saya kasih nomor Damkar supaya nggak ragu-ragu buat ditindak,” tambahnya.
Meski kini sudah lega, Siti masih merinding jika mengingat kejadian itu. Pojok setrikaan yang kemarin jadi sarang dadakan king cobra itu kini sudah dibersihkan. Tapi bayangan ular hitam besar itu masih melekat di ingatannya.
“Kalau nggak lihat sendiri mungkin saya nggak percaya. Kayak mimpi aja,” tutupnya sambil menghela napas.