Asa Ciamis Menuju Swasembada Pangan dalam 5 Tahun

Posted on

Kabupaten Ciamis diberkahi dengan kekayaan alam yang melimpah dan menjadikannya sebagai salah satu daerah agraris. Gunung Sawal memberikan kehidupan dari air yang tak pernah berhenti mengalir. Namun dengan berbagai kendala yang dihadapi, saat ini Ciamis belum sepenuhnya mampu mandiri dalam memenuhi sejumlah pangan sendiri.

Dalam 5 tahun ke depan, Bupati Ciamis Herdiat Sunarya pun mencanangkan, Ciamis mampu swasembada pangan. Hal tersebut disampaikan Herdiat dalam pembukaan Expo KTNA 2025 di Kecamatan Sukadana, Selasa (8/7/2025).

“Pemerintah pusat telah mencanangkan swasembada pangan. Ciamis harus jadi bagian dari semangat itu. Lima tahun ke depan, kita harus bisa mencukupi kebutuhan pangan masyarakat,” tegas Herdiat.

Herdiat menyebutkan, Ciamis memiliki segalanya untuk mencapai target tersebut. Ciamis punya lahan luas, sumber air melimpah, dan komoditas pertanian yang menjanjikan. Namun, belum semua potensi ini dimanfaatkan secara optimal.

Menurut Herdiat, Ciamis memiliki sejumlah komoditas yang bisa diandalkan. Pertama, beras yang didukung dengan luasnya area persawahan. Kedua, jagung yang saat ini hanya menghasilkan 17 ribu hingga 18 ribu ton per tahun. Kondisi tersebut masih belum memenuhi kebutuhan lokal sebesar 40 ribu sampai 45 ribu ton per tahun untuk pakan ternak. Ketiga, ikan dengan dukungan air yang melimpah. Keempat, daging ayam, di mana Ciamis saat ini menjadi penyuplai kedua terbesar di Jawa Barat.

“Dengan optimalisasi, kami yakin bisa mencapai swasembada beras, jagung, ikan, dan daging dalam waktu tidak lama,” ujar Herdiat.

Herdiat juga mengapresiasi peran para petani yang menjadi tulang punggung ekonomi Ciamis, terutama saat masa pandemi COVID-19. Ketika sektor industri terpuruk, para petani tetap menggarap sawah dan kebun. Para petani Ciamis sangat membantu menjaga stabilitas ekonomi daerah.

“Petani kita tidak takut pada pandemi. Mereka tetap menanam dan memanen. Itulah yang membuat ekonomi Ciamis tetap tumbuh stabil di masa sulit hingga sekarang,” ucapnya.

Meski memiliki potensi, wilayah selatan Ciamis seperti Lakbok dan Purwadadi menghadapi tantangan klasik. Di mana sawah terendam banjir saat musim hujan dan kekeringan di musim kemarau. Ada 6.000 hektare lahan pertanian yang kerap terdampak.

Untuk mengatasi hal ini, Pemkab Ciamis telah menganggarkan Rp 7 miliar untuk pipanisasi di tahun 2022. Namun, Herdiat menyebut, upaya itu belum cukup. Solusi jangka panjang adalah dengan normalisasi sungai atau bila perlu pembuatan sodetan dinilai lebih efektif untuk stabilisasi air. Untuk hal itu, Pemkab Ciamis meminta dukungan pemerintah pusat.

“Kalau pengairan lancar dan panen bisa 2-3 kali setahun, saya yakin Ciamis bisa swasembada beras,” tegasnya.

Herdiat menutup pesannya dengan mengajak seluruh lapisan, mulai dari petani, penyuluh, hingga pemerintah, untuk bersatu mewujudkan mimpi swasembada pangan.

“Pertanian adalah kebutuhan dasar manusia. Kita harus bersama-sama menjaga semangat dan kebersamaan ini. Saya apresiasi kepada petani yang sudah bekerja keras membangun ketahanan pangan Ciamis,” pungkasnya.