Anggaran Minim Jadi Penyebab Pasar Pananjung Belum Direvitalisasi

Posted on

Pasar tradisional Pananjung di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, telah berdiri hampir 32 tahun tanpa pernah mendapatkan revitalisasi menyeluruh. Meski demikian, sejumlah perbaikan kecil sempat dilakukan secara swadaya oleh para pedagang demi menjaga aktivitas perdagangan tetap berjalan.

Pasar yang berjarak sekitar 1,9 kilometer dari Pantai Pangandaran itu kini menghadapi kondisi yang memprihatinkan. Akses jalan di area pasar kerap becek dan kotor, sementara di beberapa titik tercium bau tak sedap. Keadaan ini membuat sebagian pedagang memilih menutup usahanya karena menurunnya jumlah pembeli.

Selepas hujan, suasana pasar semakin tidak terurus. Lumpur menutupi sebagian jalan, dan banyak atap kios yang sudah lapuk. Ketua Himpunan Pedagang Pasar Pangandaran (HP2P) Suryaman menyebut pasar Pananjung sudah berdiri sejak awal 1990-an dan belum pernah tersentuh revitalisasi besar.

“Sementara rencana revitalisasi sudah menjadi wacana sejak 15 tahun yang lalu. Dari masih gabung dengan Kabupaten Ciamis, sekarang sudah Daerah Otonomi Baru (DOB),” ucap Suryaman saat berbincang dengan infoJabar, Rabu (15/10/2025).

Ia menjelaskan, sejak wacana itu muncul pada tahun 2010, berbagai rapat koordinasi telah dilakukan oleh pedagang dan pemerintah, namun belum ada tindak lanjut konkret.

“Sudah sering banget beberapa kali rapat dan rapat tapi belum ada realisasi,” katanya.

Dalam menghadapi keterbatasan tersebut, para pedagang berinisiatif memperbaiki jalan pasar secara mandiri melalui iuran bersama.
“Untuk saat ini, ya nggak apa-apa gak dibangun total, karena bangunan mah masih kokoh, kita paham kondisi keuangan Pangandaran sekarang,” ucapnya.

Selain akses jalan, Suryaman menyoroti masalah drainase yang kerap menyebabkan banjir. “Jalanan juga jadi jarijih (kotor),” katanya.

Menurutnya, dari sekitar 700 ruko yang ada di pasar, hanya sekitar 60 persen yang masih aktif.
“Perkiraan kami dari 700 ruko yang ada hanya 60 persen yang bertahan, sisanya 40 persen gulung tikar,” ujarnya.

Faktor utama penurunan aktivitas perdagangan, kata Suryaman, adalah maraknya penjualan daring.
“Paling banyak pedagang yang gulung tikar itu pengusaha pakaian atau fesyen. Imbasnya besar ke mereka,” ucapnya.

Menanggapi kondisi tersebut, Bupati Pangandaran Citra Pitriyami menyatakan bahwa saat ini pemerintah daerah belum memiliki anggaran untuk melakukan revitalisasi penuh terhadap pasar.

“Saya sempat melihat dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) tahun lalu itu harus menyiapkan Rp 80 Miliar. Kalau dipakai semua untuk pasar dari APBD tentu tidak akan cukup,” ucap Citra saat meninjau pasar tradisional Pananjung.

Untuk sementara, upaya yang dilakukan pemerintah difokuskan pada perbaikan fasilitas dasar. “Perbaikan drainase ataupun jalan, karena tadi setelah saya lihat itu yang paling urgent,” ucapnya.

Citra menambahkan, rencana pembangunan menyeluruh tetap terbuka jika dukungan anggaran memungkinkan.

“Harus sudah dibenerin, rencana dibangun nanti kita lihat anggaranya, lagi ngitung punya uang berapa di APBD kita. Mudah-mudahan ada bantuan dari provinsi atau pusat, kalo dari APBD keuangannya terbatas,” katanya.