Aktivitas Gunung Tangkuban Parahu Menurun, Warga Diimbau Tetap Waspada

Posted on

Aktivitas vulkanik Gunung Tangkuban Parahu di perbatasan Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subang mengalami penurunan dalam beberapa hari terakhir. Meski demikian, Badan Geologi Kementerian ESDM tetap mengingatkan masyarakat agar tak lengah karena potensi letusan freatik masih ada.

“Gunungapi Tangkuban Parahu merupakan gunungapi aktif yang berada di wilayah Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Gunungapi ini memiliki 9 kawah dengan dua kawah utama berada di area puncak, yaitu Kawah Ratu dan Kawah Upas,” kutip infoJabar dari laporan resmi Badan Geologi tertanggal Kamis, 5 Juni 2025.

Laporan itu juga menjelaskan bahwa letusan yang umum terjadi di gunung tersebut bersifat freatik dan berasal dari Kawah Ratu.

“Keindahan pemandangan sekitar kawah menjadikan area sekitar G. Tangkuban Parahu sering dikunjungi oleh wisatawan dari dalam maupun luar negeri,” lanjut laporan tersebut.

Berdasarkan pemantauan kegempaan hingga pukul 12.00 WIB, jumlah gempa menurun dibanding dua hari sebelumnya. “Hasil pemantauan rekaman kegempaan pada tanggal 5 Juni 2025 hingga pukul 12:00 WIB terdiri dari 74 kali Gempa Low-Frequency, 2 kali Gempa Hembusan dan 2 kali gempa Vulkanik Dangkal,” demikian tertulis dalam dokumen resmi.

Penurunan sudah mulai terlihat sejak 4 Juni. “Mulai tanggal 4 Juni 2025, jumlah gempa Hembusan dan Low-Frequency di Gunung Tangkuban Parahu mengalami penurunan jika dibandingkan dengan pemantauan pada tanggal 3 Juni 2025. Berdasarkan data pemantauan tanggal 4 Juni 2024 jumlah Gempa Low-Frequency (LF) terekam sebanyak 202 kejadian, lebih rendah dibandingkan rekaman sehari sebelumnya (3 Juni 2025) yang mencapai 270 kejadian,” kutip infoJabar dari laporan itu.

Meski menurun, dinamika vulkanik dinilai masih tinggi. “Rekaman Gempa Hembusan dan Low-Frequency ini dinilai masih tinggi, menunjukkan adanya perubahan dalam dinamika aktivitas vulkaniknya, meskipun secara keseluruhan tingkat aktivitas Gunung Tangkuban Parahu masih berada pada Level I (Normal),” jelas Badan Geologi.

Pengamatan visual menunjukkan aktivitas masih terjadi di Kawah Ratu dan Ecoma. “Pengamatan secara visual di sekitar Kawah Ratu dan Kawah Ecoma, terpantau hembusan asap putih tipis hingga sedang dengan ketinggian berkisar antara 5 hingga 130 meter dari dasar Kawah Ratu dan 5 hingga 10 meter dari dasar Kawah Ecoma,” tulis laporan itu.

Kondisi kawah juga masih menunjukkan tekanan dari bawah permukaan. “Saat ini aktivitas solfatara dan fumarola lebih dominan terjadi di Kawah Ratu dibandingkan Kawah Ecoma, dengan tekanan lemah hingga sedang,” lanjutnya.

Dari hasil pengukuran deformasi menggunakan EDM dan GNSS, diketahui adanya tekanan yang terus menguat di kedalaman dangkal. “Pengamatan deformasi permukaan menggunakan alat EDM dan GNSS masih menunjukkan adanya pola inflasi, yang mengindikasikan akumulasi tekanan pada kedalaman dangkal di bawah tubuh gunungapi,” tulis Badan Geologi.

Peringatan penting juga disampaikan terkait potensi letusan mendadak. “Hal ini masih menjadi perhatian karena potensi erupsi freatik tetap dapat terjadi secara tiba-tiba, tanpa didahului gejala vulkanik yang jelas,” kutip infoJabar dari laporan yang ditandatangani Kepala Badan Geologi, Dr. Ir. Muhammad Wafid A.N., M.Sc.

Sementara itu, pengukuran gas tidak menunjukkan gejala mencolok. “Hingga saat ini, pengukuran gas menggunakan instrumen Multi-GAS pada stasiun permanen belum menunjukkan perubahan mencolok dalam komposisi gas-gas vulkanik seperti rasio CO2/SO2, CO2/H2S, maupun proporsi antara SO2 dan H2S. Konsentrasi gas masih berada dalam batas normal, dan bersifat fluktuatif.”

Masyarakat dan wisatawan diimbau tidak mendekati kawah serta memperhatikan situasi terkini. “Dengan mempertimbangkan semua data tersebut, masyarakat di sekitar Gunung Tangkuban Parahu dan para pengunjung tetap diimbau untuk tidak mendekati area dasar kawah, tidak berlama-lama di kawasan aktif, serta segera menjauh jika teramati peningkatan intensitas hembusan atau tercium bau gas menyengat,” kutip infoJabar dari imbauan resmi Badan Geologi.

“Meski aktivitas menurun, kewaspadaan harus tetap dijaga. Pemerintah daerah dan BPBD diminta terus menjalin koordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Api Tangkuban Parahu di Desa Cikole serta Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung.”

Masyarakat juga diminta tidak mudah termakan isu yang tidak dapat diverifikasi. “Masyarakat diharapkan tetap tenang, tidak mudah terpengaruh oleh isu-isu yang belum dapat dipertanggungjawabkan, serta mengikuti perkembangan informasi resmi melalui aplikasi MAGMA Indonesia atau situs web https://magma.esdm.go.id,” demikian isi imbauan tersebut.

“Evaluasi tingkat aktivitas Gunung Tangkuban Parahu akan dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu apabila terjadi perubahan signifikan. Masyarakat diharapkan tetap tenang, waspada, serta mengikuti arahan dari pihak berwenang demi keselamatan bersama,” tutup laporan tersebut.