Kebijakan pembatasan jam malam yang digulirkan Pemprov Jabar, bagi pelajar bukanlah bentuk pembatasan kebebasan, melainkan ikhtiar perlindungan terhadap generasi muda. Namun kebijakan ini menuai pro dan kontra.
Kebijakan ini digulirkan agar para pelajar di Jawa Barat taat aturan. Hak itu dikatakan, Sekretaris Daerah (Sekda) Jawa Barat Herman Suryatman.
“Saya kira itu konteksnya untuk memberikan perlindungan pada anak-anak, agar mereka bisa tidur pada waktunya, sesuai dengan usia mereka,” ujar Herman saat diwawancarai di Bandung, (27/5).
Herman menyoroti fenomena anak-anak usia sekolah yang terbiasa tidur larut malam, bahkan ada yang hingga pukul 4 pagi. Atas dasar itu, kata dia, Gubernur Dedi Mulyadi telah mengirimkan surat edaran kepada bupati, wali kota, camat hingga lurah untuk memberi perhatian serius terhadap aktivitas malam pelajar.
“Jam malam ini bukan membatasi, bukan mengekang. Tapi menjaga, melindungi anak-anak supaya bisa tidur pada waktunya, sesuai kebutuhan usia mereka,” ungkapnya.
Menurutnya, tidur lebih awal dapat meminimalisasi anak-anak dari potensi terpapar dinamika sosial negatif yang kerap terjadi pada malam hari, seperti nongkrong hingga terlibat pergaulan bebas. Selain itu, aspek kesehatan fisik dan mental anak juga akan lebih terjaga.
Untuk teknis pelaksanaannya, Herman menjelaskan, bahwa pengawasan dibagi sesuai kewenangan yakni tingkat SD, SMP oleh pemerintah kabupaten/kota dan tingkat SMA oleh pemerintah provinsi.
“Untuk SD, SMP dimohon bupati/walikota tampil di depan. Sedangkan SMA/SMK karena kewenangan provinsi, langsung dimonitor oleh Dinas Pendidikan Provinsi. Untuk MA oleh Kementerian Agama,” katanya.
Terkait isu sanksi, Herman menyebut saat ini pemerintah belum berbicara soal hukuman. Fokus utama dengan adanya aturan jam malam ini adalah optimalisasi penerapan.
“Saya kira, hari ini kita tidak berbicara sanksi. Kita berbicara bagaimana kita ikhtiarkan, maksimalkan penerapannya. Jangan sampai belum apa-apa, berbicara tidak diterima,” ujarnya.
Pemprov Jabar dengan menyiapkan pola kolaboratif dengan aparat keamanan. Surat permohonan kepada Kapolda dan Pangdam sudah disiapkan untuk mengerahkan personel TNI dan Polri mendampingi sekolah-sekolah untuk mengawasi kebijakan tersebut.
“Pak Gubernur sedang menyiapkan, tentu kami menyiapkan desainnya dan kami menyiapkan surat kepada Pak Kapolda dan Pak Pangdam, permohonan agar bisa menugaskan personil TNI dan Polri untuk membantu mendampingi, mengawal sekolah SMA/SMK di Jawa Barat,” terangnya.
“Tiap sekolah akan ada TNI-Polri yang mengawal, bisa menjadi teman berbagi, pembina, bapak. Anak-anak kita senang dengan TNI,” lanjutnya.
Selain itu, Herman menyebut keberadaan patroli gabungan TNI, Polri, dan Satpol PP akan diperkuat untuk mengawasi lingkungan malam hari. “Kita manfaatkan potensi yang ada. Kita kolaborasi sama-sama menjaga anak-anak kita,” terangnya.
Forum Orang Tua Siswa (Fortusis) Jawa Barat menyatakan, penolakan terhadap kebijakan pembatasan jam malam bagi pelajar yang mulai diberlakukan di sejumlah daerah.
Mereka menilai kebijakan tersebut memberatkan dan tidak mempertimbangkan kondisi sosial serta tanggung jawab keluarga dalam mendidik anak. Hal tersebut disampaikan Ketua Fortusis Jabar, Dwi Subianto.
“Iya sangat keberatan. Jadi nilai edukasinya dimana, itu kan anak sudah sekolah dari pagi sampai sore, terus malam nggak boleh main, keliru dong,” kata Dwi saat dihubungi infoJabar, Selasa (27/5).
Dwi menuturkan, tidak semua pelajar yang keluar di malam hari melakukan hal-hal negatif. Dia menyebut, banyak juga pelajar yang justru mendapat inspirasi saat melakukan kegiatan di malam hari.
“Tidak semua pelajar keluar malam itu berbuat hal yang negatif. Ada anak yang di malam hari justru mendapat inspirasi. Misalnya bawa laptop, ngobrol sama temannya menemukan gagasan, mendapat ide baru,” ungkapnya.
“Kan orang macam-macam cara mencari inspirasinya. Jadi anak itu mencari inspirasi dengan berbagai model, itu harus dipahami oleh pemerintah,” sambungnya.
Dwi menuturkan, apa yang disampaikan itu mewakili seluruh orang tua yang tergabung di Fortusis Jabar meminta, jika pemerintah ingin membatasi jam malam untuk pelajar, fasilitas infrastruktur berbasis olahraga, budaya dan lainnya agar disediakan mulai dari tingkat desa/kelurahan.
“Jadi harus dibangun dulu infrastruktur itu baru diterapkan aturan seketat apapun,” ucap Dwi.
Plt Kepala Dinas Pendidikan Jabar, Deden Saepul Hidayat mengaku, tidak mempersoalkan sikap Fortusis mengenai aturan jam malam bagi pelajar.
Menurut Deden, apa yang disampaikan Fortusis menjadi hal wajar dalam menyikapi kebijakan yang baru dibuat. “Persepsi bisa macam-macam, tergantung sudut pandang mana. Kalau sudut pandang kami, lebih pada bagaimana anak-anak supaya sehat,” kata Deden, Rabu (28/5).
Deden menjelaskan, aturan jam malam bagi pelajar merupakan cara pemerintah untuk mencegah peserta didik terpapar hal-hal negatif yang biasanya sering terjadi di malam hari.
Menurut Deden, dalam aturan jam malam, ada pengecualian bagi pelajar tetap dibolehkan beraktivitas di luar rumah pada malam hari dengan syarat wajib diketahui dan diawasi orang tua.
Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.
“Namanya jam malam, artinya membatasi anak-anak untuk tidur tidak terlalu larut malam. Itu sesuai dengan perlindungan anak sebetulnya. Dari sisi kesehatan, psikologi dan sebagainya itu masuk,” ungkap Deden.
“Pengecualiannya, kegiatan keagamaan yang masih tetap dalam pengawasan sekolah atau orang tua. Ada kondisi tertentu dan pengawasan orang tua,” sambungnya.
Lebih lanjut, Deden menyebut, dengan adanya surat edaran soal jam malam itu, sekolah diharuskan memberi edukasi kepada orang tua agar membiasakan anaknya berada di rumah dan tidur di jam 9 malam.
“Tapi itu lebih seperti edukasi agar orang tua memerankan anak-anak harus sehat, terkondisi belajar dengan baik. Tidur jam 9, bangun setengah 4, tahajud, sholat. Itu saya pikir sudah kebiasaan. Bagus kalau begitu,” jelasnya.
“Selebihnya kami harap kepala sekolah memberikan edukasi, advokasi pada siswa atau edukasi pada orang tua, karena terus terang banyak anak kita usia remaja masih berkeluyuran sampai malam,” kata Deden.