100 Hari Kerja Farhan-Erwin soal Urus Sampah di Bandung

Posted on

Jelang 100 hari kepemimpinan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan dan Erwin, masalah sampah menjadi salah satu hal yang masih banyak dikeluhkan warga. Gunungan sampah di sejumlah pasar dan TPS hingga bayang-bayang TPA Sarimukti yang kian penuh menjelma tantangan yang perlu segera diselesaikan.

Menanggapi hal ini, Farhan mengatakan ada sejumlah rencana yang akan dikebut Pemkot Bandung dalam beberapa waktu ke depan untuk mengelola sampah. Terkait sampah di Pasar Gedebage misalnya, akan dibangun pengolahan sampah organik yang setidaknya akan memakan waktu tiga bulan ke depan sebelum dapat beroperasi.

Opsi pengolahan sampah organik ini menjadi pilihan mengingat pembangunan insinerator alias pemusnah sampah dalam pembakaran suhu tinggi, berpotensi memunculkan polusi udara.

“Di Gedebage sedang dibangun fasilitas pengolahan sampah organik. Walaupun lumayan lama, karena kita membangun dari awal. Saya tekankan di Gedebage tidak ada insinerator, 100 persen penanganan sampah organik. Nah itu butuh waktu sekitar 3 bulan untuk membangun semua fasilitas,” ungkap Farhan di Balai Kota Bandung, Jumat (16/5/2025).

Meski demikian, ia mengatakan, Pemkot Bandung masih akan membuka peluang untuk membangun sejumlah titik insinerator baru. Dari 15 titik insinerator yang akan dibangun, hingga saat ini baru ada 3 unit yang sudah beroperasi.

“Kita juga tetap membuka kemungkinan untuk membuka beberapa titik insinerator. Dari 15 yang kita rencanakan awal, memang yang sudah operasional baru 3. Itu ada di Ciwastra dua buah, kemudian satu lagi di Bandung Kulon,” jelasnya.

Adapun insinerator sampah adalah sistem pengolahan sampah menggunakan pembakaran suhu tinggi (850-1400°C) untuk memusnahkan sampah. Proses ini, yang dikenal sebagai insinerasi, dapat mengubah sampah menjadi abu dengan volume yang lebih kecil dan juga bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan energi, termasuk listrik.

Farhan mengatakan, rencana membangun 15 insinerator tersebut masih jauh dari terlaksana. Pihaknya masih akan menghitung potensi polusi yang akan dihasilkan dari masing-masing alat.

“(Insinerator) yang lain masih belum beroperasi, masih jauh. Kita masih menunggu konstruksi dan lain-lain, sambil menghitung satu per satu kira-kira berapa besar resiko polusinya. Secara teknis enggak mungkin sekaligus membuat 15 buah,” paparnya.

Selain itu, ia mengatakan, Pemkot Bandung juga akan segera mengoperasikan sistem pengolahan sampah berbasis Refused Derived Fuel (RDF). Lokasinya berada di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Cicukang-Holis dan Tegallega.

“Kalau RDF Cicukang-Holis akan segera full kapasitas, demikian juga yang di Tegalega itu, (beroperasi) full kapasitas,” jelasnya.

Selain berfokus di pengolahan sampah terpusat, Farhan menyebut pihaknya juga akan menggalakkan kembali program Kang Pisman, alias Kurang, Pisahkan, dan Manfaatkan Sampah. Program yang digagas Wali Kota Bandung terdahulu, Oded M Danial tersebut bertujuan untuk menekan jumlah produksi sampah di tingkat rumah tangga.

“Kita akan susun strategi baru. Itu sebabnya di akhir Mei ini sepertinya akan mulai diluncurkan The New Kang Pisman dan Buruan Sae,” ungkapnya. Adapun Buruan Sae adalah program pemanfaatan lahan untuk ditanami tanaman produktif yang bisa bermanfaat untuk masyarakat sekitar.

Ia mengatakan, program Kang Pisman yang baru akan menekankan pada pelatihan kader-kader di tingkat RW terkait pengelolaan sampah mandiri. Adapun jumlah RW yang diklaim berhasil menerapkan Kang Pisman ada sebayak 412 RW.

“Lebih intensif dalam hal pelatihan. Jadi kita akan mengajak RW-RW yang berhasil (menerapkan Kang Pisman), jagoan- jagoannya, untuk melakukan pelatihan ke RW-RW lainnya. Jadi tidak tergantung dengan dinas saja,” jelasnya.

Semua upaya tersebut merupakan bagian dari ikhtiar untuk menekan jumlah volume sampah yang dibuang Kota Bandung ke TPA Sarimukti, yang semakin terancam overload. Farhan mengatakan, pihaknya masih akan terus menargetkan jumlah sampah yang dibuang ke TPA Sarimukti sebanyak maksimal 140 rit per-hari.

“Sekarang mah kita bertahan di 140 ritase. Sisanya saya ikut apa kata gubernur saja,” pungkasnya.

Hidupkan Kembali Kang Pisman